ALQURAN DITURUNKAN BUKAN UNTUK MENYENANGKAN BANYAK ORANG

 



ALQURAN DITURUNKAN BUKAN UNTUK MENYENANGKAN BANYAK ORANG

Oleh

Ma’ruf Zahran Sabran

Fungsi Alquran bukan untuk menyenangkan banyak orang. Sebelum membaca Alquran, persiapkan diri anda untuk dikritisi kitab suci. Kitab suci berbicara lugas. Lugas sebab dan lugas juga akibat. Bukan munafik, baik dipolesan awal, namun buruk akibat akhir.

Karena fungsi pembeda yang dia sandang, Alquran tidak segan untuk mengkritik perilaku pemuka agama manapun, tidak terkecuali. Dia mengancam orang-orang zalim, tanpa takut. Sebagai kitab suci yang dipedomani, tentu dia selalu memberi nasehat, dibaca atau tidak dibaca, dipahami atau tidak. Kelak, tiba masanya, dia akan berbicara. Ketika Alquran berbicara, terbelalak mata orang-orang zalim (aniaya).

Betapa banyak orang-orang yang tersakiti dengan Alquran, seperti Abu Jahal, Abu Lahab. Betapa banyak pula orang-orang yang dimuliakan karena Alquran, seperti Abu Bakar, Abu Hurairah. Berapa banyak orang-orang yang mendapat kepastian masuk neraka, seperti Namrud, Fir'aun. Isi wahyu Alquran selalu benar. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Realitas Alquran  terbentang pada semua kehidupan nyata. Melakoni ayat, mewujudkan ayat pada posisi mengambil peran. Ada peran si-bakhil seperti monyet, ada peran rakus seperti babi. Keduanya berangkat dari napsu, meskipun dalam konteks ibadah. Artinya, ada perilaku yang dikerjakan melewati batas yang ditetapkan. Misal, memperbanyak item ibadah formal (salat), atau memperpanjang durasi sakramen pemujaan. Mengada-ngada dalam agama adalah sikap bidaah. Kaum Yahudi pernah berbuat di luar kewajaran, mereka meminta supaya Tuhan diwujudkan berbentuk materi (benda). Dahaga teologis umat Nabi Musa, disiram oleh Samiri dengan membuat patung anak sapi ('ijil) untuk disembah.

Setiap masa, niscaya Tuhan hadirkan para utusan penyampai agama, sehingga seruan agama tidak pernah kosong. Benteng-benteng Akidah umat, untuk perjalanan menuju Allah, the final day.  Kecuali jika Tuhan menghendaki, dunia akan kiamat. Para da'i Allah ilallah tetap eksis dimana dan bila saja. Suara mereka tetap lantang, di dalam dan di luar masjid. Tidak ada kepentingan jabatan, dan bukan meraup keuntungan politik, ekonomi dan status sosial.

Ideal moral Alquran selalu mengingatkan bani Israil dari kalangan Yahudi dan Nasrani, untuk mengingat nikmat Allah SWT tatkala mereka lemah dan berada di bawah penindasan Fir'aun (Ramses II). Hingga Allah menyelamatkan mereka keluar dari Mesir bersama Nabi Musa, setelah kekalahan tujuh tukang sihir Fir'aun, dan mantan tukang sihir tersebut beriman kepada Tuhan Harun dan Musa, seperti telah dikisahkan dalam surah Taha. Kemudian, beruntun nikmat Tuhan turun kepada mereka. Nikmat air bersih yang muncrat dari batu. Batu besar mengeluarkan dua belas mata air. Sebagai wadah untuk dua belas suku bani Israil. Artinya, setiap suku memiliki wadah minum masing-masing. Bukan Alquran ingin mengungkit jasa, tapi supaya bani Israil tahu diri.

Supaya menyembah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya. Berbuat baik kepada ibu bapak, dan berkata kepada manusia, dengan perkataan yang baik. Namun, tingkat keingkaran mereka, sudah melampaui batas. Merusak perjanjian dengan Allah dan memutuskan apa yang telah Allah suruh untuk disambungkan. Membuat kerusakan di muka bumi (perang), membunuh para nabi dan para salihin. Puncak kedurhakaan adalah mereka menyembunyikan kebenaran (taktumunal haqqa), mengubah dan menulis kitab suci dengan tangan mereka (taktubunal kitaba) sedang mereka mengetahui. Mengubah kitab suci (Taurat) dengan cara menambah dan mengurang. Atau revisi yang dikarang guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman. Kejahatan agama yang dibuat tadi, telah Tuhan papar dalam kitab Alquran. Kitab Taurat yang asli, sudah tidak ada lagi.

Alquran pasti teruji benar dalam perjalanan kesejarahan umat beragama, Yahudi, Nasrani, Majusi, Islam. Mulai dari Nabi Adam (manusia pertama), Idris, Nuh, Ibrahim, dan seterusnya. Terus, bagi kita yang hidup pada generasi milenial ketiga, kebenaran baru terungkap lima persen karena penelitian, pengamatan dan analisa. Masih sembilan puluh lima persen, kitab Alquran yang belum diungkap kebenarannya oleh manusia. Berpaut ayat ke ayat, surah ke surah, juz ke juz, sehingga Alquran merupakan kitab utuh sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Inilah hikmah terbesar, kenapa Alquran diturunkan secara berangsur-angsur. Selain selaras dengan konteks lingkungan, juga mudah dipahami, dimengerti. Keunikan kitab Alquran yang tak tertandingi sepanjang waktu. Bahasa yang indah, santun. Terserap di pikiran dan tersiram di perasaan insan pembaca, peminat, pengamat dan peneliti. Disamping, kandungan isyarat ilmiah yang sangat jenius.

Keterangan tentang tauhid, Allah SWT tidak "aling-aling" menyatakan diri esa. Dia menghinakan sehina-hinanya orang yang mendebat keesaan-Nya. Perdebatan tanpa ilmu karena mengikuti ajakan syaitan yang terkutuk (Alhaj:3). Karena mereka mendustakan siksa kubur, mendustakan hari kiamat, hari berbangkit dan hari perhitungan amal. Membunuh para utusan Tuhan (Zakaria, Yahya, Isa). Mengusir para utusan Tuhan (Hud, Lut, Ibrahim, Ayub, Musa). Membully, mengusir, menguasai, bahkan membunuh adalah agenda harian pekerjaan mereka. Untuk supaya mereka dapat memakan harta manusia dengan cara yang batil, berdalih  upeti agama. Alquran mempresentasikan umat dahulu, umat sekarang dan umat akan datang, tanpa rasa takut diintimidasi. Tanpa takut untuk tidak dibaca. Tanpa cemas akan kehilangan "pelanggan" (customer).

Kalau kitab Alquran saja takut dan cemas untuk menyuarakan kebenaran, bagaimana dengan kitab-kitab lain. Kadang kitab dikarang karena permintaan penguasa setempat, atau kepentingan dinasti, dinas yang dia bangun. Bukan murni, tidak ikhlas. Alquran tidak ada titipan dari seorang juapun, hatta Nabi Muhammad SAW sekalipun. Bahkan, dibeberapa ayat Nabi Muhammad SAW dikritisi oleh Alquran. Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN