MEMAKNAI SILATURAHMI

 


MEMAKNAI SILATURAHMI

Oleh

Ma’ruf Zahran Sabran

Sungguh mulia, tatkala air mani yang hina tersimpan di dalam rahim yang kokoh, menuruti perintah-Nya. Rahim yang memang sudah mempunyai sel indung telor (ovarium), saat dibuahi (bercampur) dengan air mani (sperma) yang jijik, berbau, lemah sehingga mudah rusak. Kemudian, menjadi nutfah (percampuran keduanya). Nutfah menjadi 'alaqah. 'Alaqah secara bahasa diartikan yang bergantung, bisa pula diartikan darah. Anomali, dari setetes air mani yang lemah, dapat menjadi tulang belulang yang kuat. Di dalam tulang berisi darah, kalsium, kalium. Lalu, masing-masing bekerja menurut tugas dan porsinya. Semua memiliki kandungan gizi dan nutrisi sesuai fungsi. Dari air setetes mani, lalu menjadi daging pipi, daging betis, daging paha, daging dada, daging susu, daging pantat yang semua dialiri saraf-saraf. Dari setetes air mani, sanggup menjadi otak beserta fungsi pikir. Dari setetes air mani, ditransformasi menjadi hati, dan isi dada yang merasa. Dari setetes air mani, menjadi mata yang berkompetensi melihat. Telinga berpotensi mendengar. Tangan berpotensi bekerja, bergerak. Kaki, berpotensi berjalan, bertebaran di muka bumi. Guna menjemput karunia Allah SWT dan meraih rida-Nya (baca: Almukminun ayat 12-14).

Coba diurut silsilah sanadnya. Ternyata, sidrahnya terhimpun dari jiwa yang satu. Siapakah yang dimaksud jiwa satu itu?  Mungkin Adam, atau Adam dan Hawa jawabannya? Mungkin Nur Muhammad SAW. Atau sang Pencipta yang tiada awal dan tiada akhir bagi-Nya. Wajib dan pasti diingat, Dia Allah yang maha esa. Allah tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tidak ada satupun yang setara dengan-Nya. Artinya, Dia satu-satunya. Jangan dibagi, jangan dikali, jangan ditambahi, jangan dikurangi! Ahad, Dia tidak dekat dan tidak jauh. Sebab, dekat dan jauh merupakan ukuran jarak. Dia tidak lama dan tidak sebentar. Sebab, lama dan sebentar merupakan hukum masa (waktu). Sehingga, Dia berada di semua abad, zaman, ruang dan waktu. Namun, Dia bukan waktu, Dia bukan ruang, Dia bukan energi, Dia bukan materi, Dia bukan informasi.

Disyukuri, dalam rangka memperluas jaringan kekasih-sayangan, perlu disyiarkan nilai-nilai universal. Sebenarnya, masa depan yang terbuka lebar, ialah peluang tersendiri bagi umat. Terutama umat muslim untuk saling memberi dan menerima. Meski terdapat ketersinggungan global. Keniscayaan watak yang biasa muncul dalam ruang diskusi. Namun, arah kedewasaan beragama sudah mulai tampak. Artinya, ajaran agama yang memaksa, picisan, polesan, fanatik, akan teruji oleh seleksi alamiah dan ilmiah. Dogma, runtuh dengan sendirinya, atau tegak dengan sendirinya. Bila ajaran agama,  paralel dengan nilai dan prinsip kosmopolitantisme (konstitusi) Madinah, niscaya akan eksis. Misal, terbuka untuk dikritisi, dan siap mengaku salah, jika telah teruji salah. Dan, siap mengaku benar, jika telah teruji benar (seperti kasus Yusuf dan Zulaikha).

Demikian, sampai akhirnya nuthfah (air mani) tadi, menjadi manusia dewasa. Setelah dewasa, dia menentang Allah dan Rasul-Nya. Telah Tuhan firmankan kedurhakaan mereka. "Dan apakah manusia tidak memerhatikan, bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani (nuthfah). Maka tiba-tiba, dia (manusia) menjadi pendurhaka yang nyata." (Yasin:77). Selanjutnya, simak dialog dua orang pemilik kebun, direkam kitab suci dalam surah Alkahfi ayat 37. "Kawannya berkata: Apakah engkau ingkar kepada Tuhan yang telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani (nuthfah). Lalu, menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna."

Bahkan, kedurhakaan yang mereka sadari, mereka nyatakan dan banggakan. "Dan, diantara manusia terdapat orang-orang yang perkataannya mengagumkanmu tentang kehidupan dunia. Dipersaksikannya kepada Allah mengenai isi hatinya. Sedang Dia penantang yang paling keras." (Albaqarah:204). Maksudnya, keingkaran yang disadari oleh mereka. Membuat mereka sengaja abai terhadap suruhan dan larangan Allah SWT. Sehingga, kedurhakaan mereka publish, pamer, unjuk kekuatan (show of porce), di media sosial (medsos), di ruang bebas, dan di mimbar terbuka.

Biar bagaimanapun, mereka, orang-orang kafir yang mempermainkan ayat-ayat Allah, niscaya berbuah pahit dari pohon neraka (zaqqum). Pasti, berakhir dengan kehidupan akhirat yang payah dan lelah. Sikap semena-mena (anarkis) dan kesombongan (arrogant), niscaya mereka meminum minuman neraka, seperti cairan timah yang mendidih. Kesudahan yang buruk, bagi orang-orang yang buruk. Mereka yang menyombongkan diri, dan merusak tatanan sosial, ekonomi, ekologi. Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN