DUA ALAM
DUA ALAM
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Dua alam (dunia dan akhirat), sangat tergambar
secara gamblang dalam Alquran. Bukan "kaleng-kaleng," saat Alquran
menerangkan penduduk surga beserta karakter. Dan, menerangkan penduduk neraka
beserta karakter. Kepada penduduk neraka difirmankan, Tuhan tidak pernah
berbuat aniaya kepada mereka. Melainkan, mereka yang berbuat aniaya terhadap
diri mereka sendiri. Untuk penduduk surga, dikatakan, bahwa dengan rahmat Allah SWT, mereka
memasuki surga. Sebab, secara adab mengajarkan semua perbuatan baik manusia,
terbit dari sisi Allah SWT. Adapun perbuatan jahat manusia, berasal dari
kelalaian dan kealpaan manusia.
Meski, dalam beberapa ayat, Tuhan menyerahkan
putusan kepada manusia untuk memilih, secara bebas. Memilih karakter surga,
atau karakter neraka. Karakter surga memakan makanan yang halal dan thayyibat.
Karakter neraka memakan makanan yang haram dan khabitsat. Halal merupakan
profil kebaikan, haram merupakan profil keburukan. Halal atau haram, baik
ditinjau dari unsur materinya, maupun dari unsur cara memperolehnya.
Dengan istilah lain, hari ini,(dunia dan akhirat)
bisa diartikan hukum sebab-akibat (sunnatullah). Dunia adalah awal (ula), dan
akhirat (bentuk feminin dari akhir), berupa hari pembalasan. Siklus yang terus-menerus
berlangsung (sustainable). Atau, hari ini, manusia sedang membangun proyek
surganya dengan amal kebaikan. Ada pula yang sedang membangun proyek nerakanya
dengan amal keburukan. Dapat pula diartikan, dunia tempat menanam, akhirat
tempat menuai. Tidak tertukar ruang balasan, antara sebab dengan akibat. Tuhan
telah memperingatkan: "Jika kamu berbuat baik, kebaikan untuk dirimu. Jika
kamu berbuat jahat, bagimu terdapat balasan." (Bani Israil:7).
Lalu, bagaimanakah cara beragama yang benar, tulus
dan murni? Berserah diri dan tanpa mendebat-Nya, bentuk beragama Nabi Ibrahim,
sang kekasih-Nya, sahabat setia Allah (khalilullah). Ikutan para semua utusan,
hingga Rasulullah Muhammad SAW. Firman Allah SWT: "Dialah yang hidup
kekal, tidak ada tuhan selain Dia. Maka sembahlah Dia, dengan tulus ikhlas
beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."
(Ghafir:65). Telah diketahui, Dia Tuhan yang sebenar, sejati (baca: Al-Ikhlas
ayat 1-4). "Katakan, Dia Allah esa. Allah tempat meminta. Tidak beranak dan
tidak diperanakkan. Tidak ada satupun yang setara dengan Dia." Diperkuat
oleh pernyataan firman, surah Asysyura ayat 11. Menunjukkan, alam semesta
bersifat dualitas dan disparitas. Namun, Tuhan tidak sanggup untuk disifati
oleh alam yang lemah, gelap, gulita (alkaunu dzulm). "Dia tidak seumpama
(tidak seperti) dengan sesuatu. Dan, Dia maha mendengar, maha melihat."
Finalti ketuhanan yang maha esa, adalah Dia yang
maha ghaib. Mutlak keghaiban-Nya, yang tidak bisa dibaca tentang Dia. Dia yang
tidak sanggup ditorehkan oleh pelukis dari kampas. Bila Tuhan yang diimani, dan
ditaati, meskipun tidak tampak. Adalah menjadi ciri orang-orang yang bertakwa.
"Mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan salat, dan mereka
menafkahkan dari apa-apa yang Kami beri rezeki kepada mereka."
(Albaqarah:3). Demikian, Alquran diturunkan untuk orang-orang yang takut kepada
yang maha pengasih. Meski ghaib (tidak tampak). Berikan kabar gembira dengan
ampunan dan pahala yang mulia. Berupa surga dan tambahan kenikmatan (jannah wazziyadah).
Ziyadah, maknanya adalah tambahan kenikmatan di
surga, berupa memandang wajah Allah jalla wa 'ala yang maha mulia
(rukyatullah). Sedang rukyatullah, untuk para sufi, dalam kajian mereka telah
sanggup memandang wajah-Nya, di dunia. Berkat ilmu, irfan, Nur Muhammad. Meski
ini, merupakan jalan sepi yang ditempuh para sufi. Dengan empat kajian keesaan.
Tajalli esa di dalam nama-Nya, yang tersembunyi lagi tampak di seluruh alam
semesta. Tajalli esa di dalam sifat-Nya, yang tersembunyi, lalu tampak disemua
hakikat alam. Sebagaimana firman-Nya: "Apakah kamu tidak memerhatikan
kepada unta, bagaimana dia diciptakan. Kepada langit, bagaimana dia
ditinggikan. Kepada gunung, bagaimana dia ditancapkan. Kepada bumi, bagaimana dia
dihamparkan. Maka, berilah peringatan. Sesungguhnya, engkau hanyalah pemberi
peringatan. Engkau bukanlah pemaksa atas mereka. Kecuali, mereka yang berpaling
dan ingkar. Maka Allah akan menyiksa mereka, dengan siksa yang besar.
Sesungguhnya, kepada Kami, mereka dikembalikan. Kemudian, atas kewajiban Kami,
menghitung perbuatan mereka." (Alghasiyah:17-26). Diperkuat dalam banyak
ayat, bahwa nalar Alquran menyatakan,
carilah Aku dengan berbantuan ayat-ayatKu. Sampai Kupaparkan, bukti diri-Ku
yang paling agung. Bukti di alam metakosmik (malaikat dan jin), alam
mikrokosmik (manusia), alam makrokosmik (semesta). Semua itu, menceritakan
kekuasaan-Ku, kebesaran-Ku. Supaya kamu yakin, percaya penuh, tanpa menyisakan
keraguan. Lagi-lagi, Aku (Allah SWT) bentangkan tiga mukjizat utama. Mukjizat
Alquran, peristiwa Isra' Miraj, peristiwa hijrah, yang berlokasi saat di gua
Tsur.
Tegas, dua alam tadi, sangat jauh berbeda (surga dan
neraka). Makanan, minuman, naungan, pasangan hidup, tikar, bantal, guling,
kasur di sana (akhirat bentuk kata feminin, akhir bentuk kata maskulin),
menurut kualitas perbuatan mereka. Untuk
tidak mempersulit paham terhadap kalam, iman akan memberi nilai (harga). Berupa
kualitas perbuatan (amal). Ilustrasinya, iman ibarat angka satu (one),
perbuatan baik ibarat angka nol (zero). Jika dalam hidup ini, kita beramal
sebanyak empat kali. Artinya, kita mengumpulkan empat angka nol (zero). Maka,
empat perbuatan baik tadi, akan berpahala, karena ada iman di hati (one).
Menjadi, sangat bernilai, 1. 000 (seribu), yaitu one, zero, zero, zero, zero.
Atau, iman, amal, amal, amal, amal, bernilai seribu kebaikan. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar