Al Hikam - Hikmah 247 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
HIKMAH DILECEHKAN
Telah berkata Imam Ahmad Ibnu Athaillah Hafidzahullah (wafat di
Mesir tahun 709 H) : Sengaja Allah
membuatkan gangguan terhadap dirimu melalui tangan - tangan orang lain, supaya
engkau tidak jinak kepada mereka. Sengaja Allah menjengkelkan engkau dari
segala sesuatu, supaya jangan ada
sesuatu yang dapat melupakan engkau dari Allah.
Rasul saw bersabda : Siapa yang memberi kepadamu kebaikan, maka segeralah balas dengan kebaikan yang
seimbang. Jika kamu tidak bisa
membalasnya, katakanlah : Jazakallah
khaira (Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), artinya : supaya kamu tidak
berhutang budi kepada makhluk.
Berhutang budilah hanya kepada Allah. Sebab, Allah sangat
pencemburu. Marah Dia kalau di hatimu
ada sesuatu yang selain Dia, baik wujud
dzahir maupun wujud batin. Dia sangat pencemburu dan sangat marah kalau Dia
diduakan (syirik), telah menimbulkan
larangan : Wahai anakku, jangan engkau
mempersekutukan Allah (Luqman ayat 13). Allah tidak mau jika di hatimu banyak
cinta. Gantungkan cintamu kepadaKu, dan buanglah cinta - cinta selain Aku, karena Aku yang memberimu makan dan
minum, maka hanya Aku yang baik, sembahlah Aku saja ! Jangan sampai kebaikan
orang lain menghijab Aku dari dirimu. Lebih
parah lagi kebaikan dirimu telah menghijab bahwa dirimulah yang baik, masih bisa mengaku diri baik ? Diri yang
hakikatnya tiada (' adam) malah mengaku
diri berbuat baik. Perbuatan baik itu
terbit dari hidayah Allah, Allah yang
membuatkan jalan - jalannya, Allah yang
mengantarkan kebaikan pada hamba,
barulah hamba mengerti arti baik,
lalu digerakkan hatimu oleh Allah untuk berbuat baik, lalu Allah tentukan, tetapkan dan beri ijin kepadamu berbuat baik
dalam ruang dan waktu yang telah Allah tentukan kepastian putusanNya, kemudian perbuatan baikmu itu diperkenankan
Allah (qabul), terakhir Allah jualah
yang membalasi amal baik yang pada hakikatnyapun bersumber dari Allah yang maha baik. Surah yasin ayat 83 secara jelas bahwa : Maka,
maha suci Allah yang ditanganNyalah kerajaan - kerajaan tiap - tiap
sesuatu dan hanya kepadaNyalah kembali (sesuatu). Hamba tidak bisa mengaku
baik, karena baik itu sifat Allah
(ketuhanan), bukan sifat hamba.
Untuk menarik si hamba supaya duduk pada maqam kehambaan
('ubudiyyah) serta supaya si hamba mengakui hak - hak ketuhanan (rububiyyah)
dengan nasehat yang sopan (kata - kata),
jika tidak mempan dengan kata - kata, Allah tarik paksa untuk dekat
kepadaNya di dalam rantai - rantai musibah. Atau, Allah utus diantara makhlukNya untuk
menghina, menghujat, melecehkan,
menjelkelkan, bahkan memenjarakanmu,
hancur nama baikmu, lalu engkau mengadu kepada Allah. Saat itulah Allah
telah berhasil menarikmu pada kerajaan besarNya, engkau berhadap kepada Allah, terbukalah
hijab.
Pada salik pelan - pelan,
Allah bukakan hakikat batin dunia, mulailah dia mengerti dan paham bahwa
sewaktu allah mendatangkan dunia kepadanya dalam keadaan dunia takluk
kepadanya, si hamba bisa menjadikan
dunia (alam kauni) sebagai dalil adanya
kebaikan Allah. Seterusnya, sewaktu orang lain memberikan kebaikan padanya yang
tampak secara (dzahir) dan yang tampak
dalam ketersembunyiaan Nya (batin)
adalah Allah swt belaka, sedang
kepada manusia sebagai suruhan Allah selaku pengantar sebab kebaikan, dia ucapkan Jazakallah khair (semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan) ini sebaik - baik ucapan sunnah (tradisi) Rasulullah saw, ucapan yang langsung menembus
langit ke tujuh dan arasy Allah yang agung,
arasy Allah yang mulia. Kebaikan seseorang - oleh ahli salik - tidak menjadi hijab
(tembok) antara dirinya dengan Allah.
Salik juga bisa menyadari dengan kesadaran langit, bahwa sewaktu Allah mencegah kebaikan orang
padanya, orang banyak yang
membencinya, mengasingkannya, menghinakannya, sedunia orang mengatakannya
bodoh, pailit, bangkrut, semua orang memecatnya dari jabatan
organisasi dunia, (mungkin) dia terpaksa
atau rela meninggalkan dunia dengan segala atribut kemewahannya, maka datanglah bersujud lama dan selamanya
kepada Allah dengan kerelaan (thau ' an - aw karha, atana tha - i ' in). Pelajari dan kajilah
dulu hai salik dengan mengawali pembacaan nama Tuhanmu yang maha
menciptakan ( iqra'), akhirilah bacaanmu dengan praktik mendekatlah
bersujudlah, bersujudlah dan mendekatlah
(wasjud waqtarib).
Keadaan yang sakit hati kepada duniawi, memaksa seseorang untuk
menjauh kepada duniawi dengan langsung dan lancar Allah tarik tangannya menuju
singgasana Rabnya, si salik mendekati
Allah melewati rantai - rantai ujian bala'. Sebaliknya, ada juga sebagian salik yang ditarik oleh Allah
swt dengan lembut pada embun - embun dan cahaya halus berupa rupa nikmat dan
anugerah kesehatan, kesenangan, kekayaan,
keturunan, kehormatan, kemuliaan,
pangkat, jabatan, titel,
lalu si hamba ini sadar, bukan
cinta kepada nikmat, tapi cinta kepada
yang mengganugerahkan nikmat anugerah ( minnah minallah), bukan senang kepada
nikmat, tapi bersenang - senang, bercinta - cinta, berjinak - jinak dengan Allah (al - unsu
billah), terpandang, tersibak,
terungkap dan terbuka bagi si hamba (kasyaf rabbani) tentang banjar - banjar, lapangan - lapangan, medan - medan keghaiban ( maydan - jamaknya
mayadin - mayadinul ghuyub). Medan - medan keghaiban berupa bisikan batin ujian
taat, bisikan batin ujian maksiyat, bisikan batin ujian nikmat, bisikan batin ujian bala'.
Ada hikmah disebalik pemberian dan ada hikmah disebalik penolakan. Kebanyakan pemberian dari makhluk bertendensi
negatif (buruk), atau sebuah pemberian
yang tidak tulus karena adanya transaksi duniawi. Traksaksional itu bisa terucap bisa
tidak. Tetapi selalu halus dan samar
pemberian dan hadiah dengan beralasan silaturrahim, betapa halusnya jejaring - jejaring
taat, tersembunyi disebalik kata
silaturtahim. Dia telah tertipu dengan kebaikan dirinya dan tertipu dengan
balasan kebaikan dari orang lain, kebaikan
model seperti ini telah menghijab (mendinding)
Allah. Bukan hanya kejahatan
(penolakan kebaikan) yang mendinding
Allah, kebaikan lebih sangat
memungkinkan mendinding Allah karena sifatnya yang lembut menembus hati secara
batin, sedang secara dzahir, kesyirikan yang berbaju taqwa sifatnya isti'
la (ketinggian), kesucian, kehormatan,
kemuliaan, keluhuran, keagungan
karena taat bersandar pada sifat - sifat ketuhanan (rabbaniyyah), yang apabila seseorang telah masuk pada
wilayah batin merasa diri agung,
tersanjung manusia agung, maka
susahlah untuk mengobatinya, diperlukan
kesabaran dan kesadaran yang berlipat - lipat dibawah bimbingan seorang mursyid
kamil mukammil - mukammal, yang dari
dahulu sampai sekarang sulit ditemukan.
Lebih sulit lagi untuk keluar dari zona nyaman kebaikan karena
bersesuaian dengan kodrat manusia senang kepada pemberian dan benci kepada
penolakan. Padahal, pemberian dari manusia adalah bahaya dan
merugikan, sedang penolakan dari Allah
berjuta - berjuta kebaikan di dalamnya yang harus disambut, ditunggu,
disongsong serta ditempatkan di istana hati dan permadani hijaunya, yang
harus dipelihara dari godaan jin dan manusia. FirmanNya : Alladzi yuwaswisu fi sudurinnas, minal jinnati wan nas (yang mewas - was -
keragu - raguan - di dada manusia, dari
bangsa jin dan bangsa manusia).
Pemberian dari manusia kadang merugikan, sudahlah jumlahnya sedikit kadang waktunya
sebentar, tapi kenangannya dalam bentuk
meungkai (menyebut) jasa hingga ke anak cucunya, inilah sifat pemberian manusia yang telah
membuat kita terjajah, inilah yang diistilahkan
dendam kebaikan. Pemberian manusia pasti
berangkat dari sifat kekurangan manusia seperti ingin mendapat balasan yang
lebih atau tender proyek yang lebih banyak menguntungkan, atau pemberian dengan alasan ikut menentukan
arah kebijakan publik, donasi pendidikan
yang berhadiah mobil, rumah dan rekening
bank. Banjar - banjar persinggahan duniawi sangatlah banyak, tidak ada satupun yang menjanjikan
keselamatan dunia - akhirat, kecuali
dunia merupakan kesenangan yang memperdayakan (wamal hayatud dun - ya illa
mata'ul ghurur, Al Hadid ayat 20).
Tetapi penolakan Allah swt kepadamu berbilyun - bilyun salamah, rahmah dan
barkah dari atas langit dan dari dalam bumi.
Allah mencegah kebaikan kepadamu secara langsung atau tidak langsung
melalui tangan orang lain, engkau
disingkirkan dari tender proyek perusahaan adi daya, bahkan menyisakan hutang. Ijin perusahaanmu dicabut, rekening dibekukan, seluruh asset kekayaan yang engkau kumpulkan
puluhan tahun disita oleh Bank, ditambah
lagi anak dan istri sakit, engkau
dicemoohkan dan dibodohkan sebagai mantan orang kaya, sahabat bisnismu mulai menjauh, engkau hanya bersahabat dengan orang - orang
miskin yang ada ditepian sungai, kadang terlupakan oleh keluargamu
sendiri, engkau telah menjadi asing di tengah
kolegamu dahulu yang pernah engkau banggakan dihadapan Ku sedang Aku
(Allah) tidak terhina, kadang engkau lebih banyak menyendiri dari
pada bergaul, lebih banyak diam dari pada
bicara. Penolakan Ku (Allah)
pada yang menyenangkan hatimu adalah sebuah persiapan pemberian anugerah
- anugerah batin, seperti firman Nya :
Katakanlah, dengan keutamaan dari
Tuhanmu dan rahmatNya, maka dengan yang
demikian itu bergembiralah. Dia (Allah)
lebih baik dari pada apa yang engkau kumpulkan (di dunia) (Yunus ayat 58).
Mencegah Allah tersampainya kebaikan makhluk kepadamu supaya tidak
ada lagi yang merasa berjasa dan berhutang jasa kecuali dirimu yang lemah hanya
menghadap kepada Allah setelah dahulu engkau membelakangiNya (minal - idbar
ilal - iqbal), lalu terlepaskan engkau dari penjara - penjara
penuh duri dunia, lalu engkau :
- Wa-anibu ila daril khulud (kembali merapat kepada negeri-negeri berkekalan-akhirat).
- Tajafi 'an daril ghurur (merenggang dari negeri-negeri tipu daya-dunia).
- Tazawwad qablal maut, watazawwadu fainna khairaz zadit taqwa. Wat taquniya-ulil-albab (mempersiapkan bekal sebelum mati. Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, bertaqwalah wahai kaum yang memiliki akal).
Komentar
Posting Komentar