CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI
CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI
Oleh
Ma'ruf Zahran Sabran
Bumi yang kita tempati terhampar sebagai karunia
Tuhan, dan langit menjulang tinggi seperti atap besar tanpa tiang, serta pergantian malam dan
siang. Menanda pada peredaran bulan sebagai patokan perhitungan tahun hijri. Peredaran
matahari sebagai perhitungan tahun masehi. Keduanya adalah untuk manusia. Bila
malam melulu, maka manusia akan beku. Bila siang melulu, maka manusia akan
kering, lalu terbakar.
Berbagai konflik yang terjadi di muka bumi, bukan berasal dari ajaran agama yang suci. Melainkan banyak disebabkan oleh politik kekuasaan (rakus). Dengan demikian, musuh bersama agama-agama adalah penjajahan, penindasan, ketidak-adilan (perbuatan aniaya). Tugas agama diantaranya membuat orang kaya jangan terlalu kaya, dan yang miskin bagaimana supaya sedikit kaya. Sikap filantropi berasal dari ajaran sedekah yang terdapat pada semua agama. Bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tidak sekedar menjadi pemurah ketika hari-hari besar keagamaan. Melainkan harus setiap hari menjadi hamba Tuhan yang peduli, ramah dan pemurah.
Bagaimana hutan Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang,
Kapuas Hulu yang disulap menjadi perkebunan sawit. Menguntungkan hanya bagi
segelintir orang, dan hanya dalam waktu singkat. Pewarisan selamanya adalah
hutan lindung menjadi hutan gundul. Ancaman bagi generasi adalah suhu bumi yang
tidak bersahabat dengan penghuni. Hutan adalah jantung bumi, namun hutan yang
dibabat. Tidak kalah pentingnya, hutan Kalimantan yang tidak "angker"
lagi. Harimau Kalimantan, gajah, rusa, monyet, beruang, burung, habitatnya
telah dirusak oleh manusia tamak.
Untuk wilayah Indonesia, jantung bumi terletak di
hutan Kalimantan, bukan Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Sepuluh tahun terakhir,
praktik penjarahan habis-habisan, terjadi pada ordinat hutan Kalimantan. Kolusi
jahat, oknum penguasa dan pengusaha dengan mesin oligarki yang bekerja. Tentu,
"aman-aman" saja. Regulasi memprotek aksi jarah yang dimainkan, by
sistem. Tentu, pasti rakyat kecil yang merasakan langsung dampak dari kerusakan
hutan.
Rakyat ibarat berhadapan dengan stombal, buldoser,
berlapis-lapis pasal hukum, guna membenarkan pengrusakan hutan. Anehnya, kaum
agamawan sudah membisu (bungkam). Mereka asik dengan kitab-kitab klasik yang
kontennya tidak lagi relevan untuk abad ini. Mereka saling berdebat dengan
tujuan mengejar pahala kesalehan individual. Umat beragama, berhitung amal ibadah,
guna penyelamatan di akhirat. Sedang sistem gurita oligarki, selalu bekerja
untuk memiskinkan rakyat. Ilmuwan sibuk dengan penelitian dan laboratorium,
mahasiswa disibukkan dengan SKS. Mereka adalah oknum yang tidak
bertanggung-jawab dengan amanah ilmu dan amanah jabatan. Miris, ibarat
"anak ayam, mati di lumbung padi."
Nama : Nadia
BalasHapusNim : 12401146
Kelas : 1E
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Artikel ini menyentuh topik yang sangat penting dan relevan dalam konteks dunia saat ini. artikel ini dengan jelas menyatakan bahwa bumi yang kita tinggali ini merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Memisahkan konflik yang disebabkan oleh ajaran agama dan politik kekuasaan merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan, karena permasalahan sosial dan lingkungan seringkali tidak dapat dipisahkan dari dinamika politik yang ada. Pepatah yang mengatakan bahwa hutan adalah “pusat bumi” memang benar adanya, dan penggundulan hutan di Kalimantan yang diuraikan dalam tulisan ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga lingkungan Masu. Kita tidak bisa hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, kita juga harus memikirkan warisan yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang. Saya setuju dengan kritik terhadap sikap pasif beberapa pemimpin agama dan ilmuwan.Dalam situasi seperti ini, mewujudkan perubahan memerlukan tindakan nyata dan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan. Menyadari pentingnya amal dan tanggung jawab sosial harus menjadi bagian dari ajaran semua agama, bukan sesuatu yang diamalkan hanya pada waktu-waktu tertentu. Semoga artikel ini dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan keadilan sosial. Kita semua harus berkontribusi untuk membangun dunia yang damai dan berkelanjutan.
Nama : Alya Febri Aulia
BalasHapusNIM : 12401134
Kelas : 1E
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Artikel yang dituliskan oleh bapak Ma'ruf Zahran Sabran menjelaskan tentang Gambaran bumi yang kita sekarqang pijak yang diibaratkan dengan Bumi yang kita tempati terhampar sebagai karunia Tuhan, dan langit menjulang tinggi seperti atap besar tanpa tiang, serta pergantian malam dan siang. Menanda pada peredaran bulan sebagai patokan perhitungan tahun hijri. Peredaran matahari sebagai perhitungan tahun masehi. Keduanya adalah untuk manusia. Bila malam melulu, maka manusia akan beku. Bila siang melulu, maka manusia akan kering, lalu terbakar.
Bagaimana keadaan bumi sekarang yang sudah tidak baik Dimana hutan yang dialih fungsikan menjadi Perkebunan sawit, ulah manusia rakus yang telat merusak alam yang diberikan. Rakyat ibarat berhadapan dengan stombal, buldoser, berlapis-lapis pasal hukum, guna membenarkan pengrusakan hutan. Anehnya, kaum agamawan sudah membisu (bungkam). Mereka asik dengan kitab-kitab klasik yang kontennya tidak lagi relevan untuk abad ini. Mereka saling berdebat dengan tujuan mengejar pahala kesalehan individual. Umat beragama, berhitung amal ibadah, guna penyelamatan di akhirat. Sedang sistem gurita oligarki, selalu bekerja untuk memiskinkan rakyat. Ilmuwan sibuk dengan penelitian dan laboratorium, mahasiswa disibukkan dengan SKS. Mereka adalah oknum yang tidak bertanggung-jawab dengan amanah ilmu dan amanah jabatan. Miris, ibarat "anak ayam, mati di lumbung padi."
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama:Iis Imelda
BalasHapusNim:12401149
Kelas1E
Pendidikan agama Islam
Artikel yang menjelaskan bahwasanya Tanah yang kita tinggali adalah anugerah Tuhan, langit tinggi bagaikan atap tak berpilar, siang dan malam berulang Tandai orbit bulan sebagai dasar penghitungan kalender Hijriah
Orbit matahari sebagai perhitungan kalender Barat Keduanya untuk manusia Orang-orang selalu kedinginan di malam hari
Kalau selalu siang hari, orang jadi kering dan gosong Berbagai konflik yang ada di bumi tidak bersumber pada ajaran agama suci Namun sebagian besar disebabkan oleh politik kekuasaan (keserakahan) Oleh karena itu, musuh bersama agama adalah kolonialisme, penindasan, dan ketidakadilan (tindakan persekusi)
Salah satu kewajiban agama adalah memastikan agar yang kaya tidak menjadi terlalu kaya dan yang miskin menjadi sedikit kaya
Sikap bersedekah bermula dari ajaran sedekah yang terdapat pada semua agama Bahwa tangan ke atas lebih baik daripada tangan ke bawah
Jangan hanya bermurah hati pada hari raya keagamaan Namun seseorang harus menjadi hamba Tuhan yang peduli, baik hati dan murah hati setiap hari Bagaimana Hutan Sambas, Sangau, Sekadau, Sintang dan Kapuas Hulu Dialihfungsikan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit
Hanya sedikit orang yang dapat memperoleh manfaat, dan hanya dalam jangka waktu singkat
Warisan hutan lindung menjadi hutan bekas tebangan akan tetap ada selamanya,Ancaman dari generasi ke generasi terletak pada suhu bumi yang tidak menguntungkan bagi penghuninya Hutan adalah pusat bumi, namun terus ditebang Yang tidak kalah penting adalah hutan Kalimantan bukan lagi “hantu” Harimau, gajah, rusa, monyet, beruang, dan burung di Kalimantan, habitatnya dirusak oleh orang-orang yang tamak Bagi Indonesia, pusat bumi bukan di Jawa, Sumatera, atau Sulawesi, melainkan di hutan Kalimantan Selama satu dekade terakhir, penjarahan besar-besaran telah terjadi di hutan Kalimantan
Pakta jahat, otoritas yang tidak bermoral, dan pengusaha yang mengoperasikan mesin oligarki
Tentu saja “Tetap aman”
Regulasi melindungi sistem dari perilaku predator Tentu saja dampak dari penggundulan hutan harus segera dirasakan oleh masyarakat kecil
Masyarakat dihadapkan pada tumpukan batu loncatan, buldoser, dan ketentuan hukum yang membenarkan deforestasi Anehnya, umat beragama tetap diam Anda mempelajari buku-buku klasik yang isinya tidak lagi relevan di abad ini Mereka saling bertarung demi mendapatkan pahala kesalehan pribadi Orang beragama mengandalkan ibadah untuk menemukan keselamatan di akhirat
Di sisi lain, sistem oligarki gurita selalu berupaya memiskinkan rakyat
Ilmuwan sibuk dengan penelitian dan laboratorium, dan mahasiswa sibuk dengan SKS Mereka adalah orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan kewajiban untuk mengetahui dan tugas publik Sedih sekali, seperti "seekor ayam mati di gudang padi"
Nama : Muhammad Zacky Nazril
BalasHapusNim : 12401122
Kelas : 1E
Tulisan yang disampaikan oleh Ma'ruf Zahran Sabran mengungkapkan kritik tajam terhadap kondisi sosial, politik, dan lingkungan hidup saat ini, khususnya di Indonesia. Penulis menyoroti ketimpangan yang terjadi antara segelintir elit yang meraup keuntungan besar dari eksploitasi alam, terutama melalui pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, dengan rakyat kecil yang terdampak oleh kerusakan lingkungan. Sabran juga mengungkapkan kekecewaan terhadap para agamawan, ilmuwan, dan mahasiswa yang terkesan tidak menjalankan peran mereka dengan penuh tanggung jawab, terjebak dalam rutinitas yang tidak relevan dengan perubahan zaman dan permasalahan yang ada.
Penulis secara tajam menunjukkan bahwa penyebab utama dari konflik dan kerusakan yang terjadi bukan berasal dari ajaran agama yang murni, melainkan dari keserakahan politik dan ekonomi yang memperburuk ketidakadilan. Kritik terhadap penguasa yang bekerja sama dengan pengusaha dalam sistem oligarki yang mengeksploitasi sumber daya alam untuk keuntungan pribadi, sementara rakyat menderita, mencerminkan ketidakberdayaan masyarakat dalam menghadapi sistem yang sudah terstruktur untuk merugikan mereka.
Di sisi lain, penulis juga mengingatkan pentingnya peran agama dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan peduli terhadap sesama, bukan hanya sebagai ajaran ritual atau amal individual. Sedekah dan filantropi yang diajarkan agama seharusnya tidak hanya terjadi dalam momen-momen tertentu, tetapi harus menjadi bagian dari keseharian umat yang peduli terhadap kesejahteraan bersama dan kelestarian bumi.
Kritik terhadap kerusakan lingkungan, khususnya terhadap hutan Kalimantan, menggambarkan rasa prihatin yang mendalam atas hilangnya sumber daya alam yang sangat vital bagi keberlanjutan kehidupan. Penyalahgunaan kekuasaan untuk merusak hutan demi keuntungan sesaat mengancam masa depan generasi yang akan datang, dan ini harus segera dihentikan.
Dengan segala kritik ini, Sabran menyerukan pentingnya kesadaran kolektif, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat, agamawan, ilmuwan, dan semua elemen bangsa untuk bekerja bersama menciptakan dunia yang lebih damai, adil, dan lestari.
Nim: 241081001 semester 1, D3 kebidanan
BalasHapusNama : Frismei Delvita Claudia Zebua
BalasHapusNim : 241081015
Semester : 1
Prodi : Diploma Tiga Kebidanan (D3)
Nama: Dhea Novela
BalasHapusNim: 241081012
Semester: 1
Prodi: Diploma Tiga Kebidanan (D3)
Nama: Rizka Hamida
BalasHapusNim: 241081038
Semester: 1
Jurusan: D3 Kebidanan
Artikel ini menggarisbawahi hubungan antara alam dan manusia sebagai karunia Tuhan, serta menyoroti pentingnya keseimbangan antara malam dan siang. Konflik yang terjadi bukanlah hasil ajaran agama, melainkan akibat politik kekuasaan yang rakus dan ketidakadilan. Agama seharusnya berperan dalam mengurangi kesenjangan ekonomi dan mempromosikan filantropi, namun banyak agamawan terjebak dalam dogma kuno. Selain itu, pengrusakan hutan Kalimantan untuk perkebunan sawit menunjukkan dampak negatif dari keserakahan manusia, yang mengancam lingkungan dan keberlangsungan hidup makhluk hidup.
Nama:Ike Nurkholip Rahmawati
BalasHapusNim:241081019
Semester:1
Prodi:Diploma Tiga Kebidanan(D3)
Nama. : Marini Muzammil
BalasHapusNim : 241081024
Semester : 1
Prodi : D3 Kebidanan
Komentar
BalasHapusArtikel “Ciptakan Tata Dunia Damai” karya Ma’ruf Zahran Sabran memberikan perspektif yang sangat penting mengenai hubungan manusia dengan alam, agama, dan keadilan sosial. Penulis menyoroti bahwa konflik dan ketimpangan di dunia ini bukanlah hasil dari ajaran agama, melainkan karena kerakusan manusia yang mengejar kekuasaan dan keuntungan pribadi.
Salah satu poin yang sangat menarik adalah kritik terhadap peran agama dan agamawan yang seolah kehilangan relevansi dalam menghadapi persoalan global, seperti kerusakan lingkungan dan ketidakadilan sosial. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa agama tidak hanya mengajarkan ibadah individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif untuk menjaga keseimbangan kehidupan.
Kerusakan hutan Kalimantan yang dibahas juga menyoroti fakta bahwa eksploitasi alam, jika dibiarkan, akan membawa kerugian besar bagi generasi mendatang. Artikel ini menantang kita untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga mengambil tindakan nyata—baik melalui sikap peduli terhadap lingkungan, filantropi yang berkelanjutan, maupun advokasi melawan oligarki yang merusak.
Nama : Resti angnesia
BalasHapusNim : 241081036
Semester : 1
Prodi : Diploma Tiga kebidanan
Nama : aqilla alezna
BalasHapusnim : 241081007
Semester : 1
Prodi : Diploma tiga kebidanan
Nama : Amelia
BalasHapusNim : 241081004
Semester : 1
Prodi : D3 Kebidanan
Nama : Uray Raysa Anjiza
BalasHapusNIM :12401124
Kelas : 1E
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Karya Bapak Ma'ruf ini merupakan tulisan yang kritis tentang keadaan sekarang yang benar adanya terjadi, menurut saya kita sebagai manusia yakni pemimpin di muka bumi ini haruslah berusaha menjaga dan memelihara bumi dengan baik, jangan sampai kita menjadi oknum-oknum yang harus akan harta karna hawa nafsunya mereka berani merusak bumi ini.
Nama: ismawati
BalasHapusNim: 241081020
Semester: 1
Prodi: d3 kebidanan
Nama: Gravine Grace
BalasHapusNim: 241081018
Prodi: D3 Kebidanan
Nama : Olivia Friscilia
BalasHapusNim : 241081032
Kelas : D3
Prodi : Diploma Tiga Kebidanan
Artikel yang dituliskan oleh bapak Ma'ruf Zahran Sablan menjelaskan tentang Berbagai konflik yang terjadi di muka bumi, bukan berasal dari ajaran agama yang suci. Melainkan banyak disebabkan oleh politik kekuasaan (rakus). Dengan demikian, musuh bersama agama-agama adalah penjajahan, penindasan, ketidak-adilan (perbuatan aniaya). Tugas agama diantaranya membuat orang kaya jangan terlalu kaya, dan yang miskin bagaimana supaya sedikit kaya. Sikap filantropi berasal dari ajaran sedekah yang terdapat pada semua agama. Bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tidak sekedar menjadi pemurah ketika hari-hari besar keagamaan. Melainkan harus setiap hari menjadi hamba Tuhan yang peduli, ramah dan pemurah.
Bagaimana hutan Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas Hulu yang disulap menjadi perkebunan sawit. Menguntungkan hanya bagi segelintir orang, dan hanya dalam waktu singkat. Pewarisan selamanya adalah hutan lindung menjadi hutan gundul. Ancaman bagi generasi adalah suhu bumi yang tidak bersahabat dengan penghuni. Hutan adalah jantung bumi, namun hutan yang dibabat. Tidak kalah pentingnya, hutan Kalimantan yang tidak "angker" lagi. Harimau Kalimantan, gajah, rusa, monyet, beruang, burung, habitatnya telah dirusak oleh manusia tamak.Rakyat ibarat berhadapan dengan stombal, buldoser, berlapis-lapis pasal hukum, guna membenarkan pengrusakan hutan. Anehnya, kaum agamawan sudah membisu (bungkam). Mereka asik dengan kitab-kitab klasik yang kontennya tidak lagi relevan untuk abad ini. Mereka saling berdebat dengan tujuan mengejar pahala kesalehan individual. Umat beragama, berhitung amal ibadah, guna penyelamatan di akhirat. Sedang sistem gurita oligarki, selalu bekerja untuk memiskinkan rakyat. Ilmuwan sibuk dengan penelitian dan laboratorium, mahasiswa disibukkan dengan SKS. Mereka adalah oknum yang tidak bertanggung-jawab dengan amanah ilmu dan amanah jabatan. Miris, ibarat "anak ayam, mati di lumbung padi."
Nama : Kristina Anisa
BalasHapusNim : 241081022
Semester : 1
Prodi : Diploma Tiga Kebidanan
nama : Rahma Artika Ramadani
BalasHapusNim : 241081034
prodi : D-lll Kebidanan
semester : 1 (satu)
nama : raudatul jannah
BalasHapusnim : 241081035
prodi : D3 kebidanan
semester : 1
Nama: Asiska Enalia
BalasHapusNim:241081008
Semester: 1
Prodi: Diploma Tiga kebidanan
Nama : Nur Azizah
BalasHapusNIM : 241081030
Prodi : Diploma Tiga Kebidanan
Semester : 1 (satu)
Artikel ini mengkritik tentang ketidakadilan sosial dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam, terutama di Kalimantan, serta ketidakpedulian yang ditunjukkan oleh berbagai pihak, termasuk agamawan, ilmuwan, dan politisi. Penulis menyoroti bahwa agama sejatinya mengajarkan keadilan dan kepedulian sosial, namun banyak pihak yang lebih fokus pada kesalehan pribadi daripada memperjuangkan kebaikan bersama. Selain itu, sistem oligarki yang mengendalikan politik dan ekonomi semakin memperburuk ketimpangan sosial, sementara kerusakan lingkungan menjadi ancaman besar bagi masa depan bumi. Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya bertindak secara kolektif untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan damai, dengan menghormati alam dan sesama.
Nama: niken larasati
BalasHapusNim: (241081028)
Prodi: d3 kebidanan
Semester 1
Nama : Desty Arnetha Grasella
BalasHapusNim : 241081011
Semester : 1
Prodi : D3 kebidanan
Nama: Vidiya
BalasHapusNIM: 241081047
Semester: 1
Prodi: D3 Kebidanan
Nama : Albina
BalasHapusNim: 241081003
semester: 1
prodi: D3 Kebidanan
Nama:Gerlin Aprilia Fransisca
BalasHapusNim:241081016
Semester:1
Prodi:D3 Kebidanan
Nama: ulan sari
BalasHapusNim 241081046
Prodi: d3 kebidanan
Semester1
artikel yang menjelaskan keajaiban alam sebagai karunia Tuhan karena bumi, langit serta fenomena pergantian siang dan malam sebagai tanda kebesaran Tuhan, kesadaran bahwa semua itu diciptakan untuk mendukung kehidupan manusia, kritik terhadap konflik dan ketidakadilan, konflik bukan berasal dari ajaran agama, tetapi lebih sering disebabkan oleh keserakahan politik dan kekuasaan dan agama memiliki tugas untuk menciptakan keadilan sosial, seperti mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin, adapun kerusakan lingkungan akibat keserakahan, dampak lingkungan, seperti perubahan iklim, hilangnya habitat satwa liar,dan kerusakan ekosistem. Artikel ini juga mengajak untuk bertindak, pesan agar manusia, khususnya umat beragama, lebih peduli terhadap isu keadilan sosial dan lingkungan.
BalasHapusArtikel ini menggabungkan refleksi spiritual dengan kritik sosial, serta seruan untuk bertindak demi keberlanjutan bumi dan kesejahteraan bersama.
NAMA:REZA DINATA
BalasHapusNIM:12401130
KELAS:1E
PRODI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
"Ciptakan Tata Dunia Damai" oleh Ma'ruf Zahran Sabran
ini mengajak pembaca untuk merenungi tanggung jawab manusia terhadap bumi sebagai karunia Tuhan. Penulis menyoroti pentingnya keseimbangan alam, seperti pergantian siang dan malam, yang mendukung kehidupan manusia. Konflik di dunia bukanlah hasil ajaran agama, tetapi lebih sering disebabkan oleh kerakusan politik dan ketidakadilan. Agama seharusnya menjadi jalan menuju filantropi dan keadilan sosial, mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin.
Penulis juga menyoroti kerusakan lingkungan akibat penjarahan hutan di Kalimantan, terutama untuk kepentingan industri sawit yang hanya menguntungkan segelintir orang. Akibatnya, generasi mendatang menghadapi ancaman dari kerusakan ekosistem dan perubahan iklim. Praktik eksploitasi ini diperparah oleh kolusi antara pengusaha dan penguasa yang dilindungi oleh sistem hukum yang tidak berpihak pada rakyat kecil.
Penulis mengkritik diamnya kaum agamawan, ilmuwan, dan mahasiswa dalam menghadapi isu-isu ini, menyoroti bagaimana mereka lebih fokus pada urusan pribadi atau profesional tanpa memperhatikan amanah ilmu dan jabatan. Blog ini merupakan seruan untuk semua pihak agar mengambil tanggung jawab, menjaga keadilan, dan melestarikan lingkungan demi keberlangsungan hidup bersama.
Artikel ini Menciptakan tata dunia damai adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan semua elemen konflik dimasyarakat global. Dengan mengedepankan keadilan, dialog, dan kerja sama, dunia yang damai bukan hanya harapan, tetapi tujuan yang dapat diwujudkan. Upaya berkelanjutan dari individu, komunitas, negara, dan organisasi internasional diperlukan untuk mengatasi hambatan dan menciptakan dunia yang harmonis, adil, dan sejahtera bagi semua.
BalasHapusNama: Yudia Artika
BalasHapusNim: 12401145
Kelas: 1E
Prodi: Prodi Pendidikan Agama Islam
Tulisan ini memberikan perspektif kritis tentang situasi sosial, politik, dan lingkungan Indonesia. Beberapa tema utama yang muncul adalah ketimpangan kekuasaan, kerusakan lingkungan, dan keterlibatan agama dan ilmu pengetahuan yang tampaknya tidak cukup berperan dalam menyelesaikan masalah besar yang dihadapi masyarakat. Pertama, penulis mengkritik adanya ketimpangan ekonomi yang disebabkan oleh kebijakan dan praktik politik yang menguntungkan segelintir individu, terutama pengusaha dan penguasa yang berkolusi. Dalam konteks ini, eksploitasi alam, khususnya hutan Kalimantan, dikaitkan dengan kerusakan lingkungan yang lebih besar dan ancaman bagi generasi mendatang. Meskipun penulis juga menekankan peran agama yang seharusnya menentang ketidakadilan, mereka malah terkesan berfokus pada kesalehan individu dan mengabaikan masalah sosial dan lingkungan yang penting.
Selain itu, kritik terhadap ilmuwan dan agamawan menunjukkan bahwa, menurut penulis, mereka terlalu terfokus pada hal-hal akademis atau spiritual tanpa mengambil sikap tegas terhadap kerusakan yang terjadi. Penulis menggunakan ungkapan yang kuat, "anak ayam mati di lumbung padi," untuk menggambarkan bagaimana orang-orang menderita karena ketidakpedulian pihak yang seharusnya memberikan solusi. Selain itu, tulisan ini memberikan gambaran yang sangat mendalam tentang masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia karena eksploitasi sumber daya alam yang merugikan. Penulis juga berharap bahwa agama, filantropi, dan ilmu pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam menghasilkan perubahan yang lebih baik bagi lingkungan dan keadilan sosial, meskipun ada kritik yang tajam terhadap situasi saat ini. Secara keseluruhan, tulisan ini mendorong pembaca untuk menjadi lebih sadar akan pentingnya tanggung jawab moral terhadap alam dan sesama manusia, serta mendorong penggunaan nilai-nilai keagamaan dan ilmu pengetahuan untuk tujuan yang lebih besar, yaitu kesejahteraan dan keberlanjutan kehidupan di Bumi.
Nama : ANES ANANTA
BalasHapusNIM : (241081006)
Prodi : Diploma Tiga Kebidanan (D3 kebidanan)
Semester 1
Anggun Amalia(12401142)
BalasHapusArtikel "Ciptakan Tata Dunia Damai" oleh Ma'ruf Zahran Sabran mengkritik isu-isu utama terkait lingkungan, keadilan sosial, dan peran moral masyarakat.
Kritik atas Eksploitasi Alam
Kerusakan hutan Kalimantan akibat keserakahan politik dan ekonomi mengancam ekosistem global dan masa depan generasi mendatang. Solusi konkret seperti kebijakan berkelanjutan, teknologi ramah lingkungan, dan gerakan masyarakat lokal perlu ditekankan.
Keseimbangan Sosial-Ekonomi:
Agama berperan penting dalam mengurangi kesenjangan sosial melalui filantropi dan kepedulian terhadap sesama. Namun, implementasi perlu melibatkan kolaborasi lintas sektor untuk memberdayakan masyarakat miskin secara strategis.
Peran Agamawan dan Ilmuwan:
Agamawan, ilmuwan, dan mahasiswa dikritik karena dianggap pasif dalam menghadapi masalah sosial dan lingkungan. Mereka diharapkan lebih aktif meskipun menghadapi hambatan struktural seperti kurangnya dukungan dan tekanan birokrasi.
Ketidakadilan Sistem Oligarki
Sistem oligarki disebut sebagai akar masalah yang memiskinkan rakyat dan merusak lingkungan. Perlawanan dapat diperkuat melalui dukungan gerakan masyarakat adat dan organisasi lingkungan.
Kesimpulan
Artikel ini menekankan pentingnya keadilan, keseimbangan alam, dan kolaborasi lintas pihak untuk menciptakan perdamaian dunia. Perubahan hanya dapat dicapai melalui langkah konkret berbasis kebijakan dan optimisme terhadap potensi perbaikan bersama.
Nama : lili rahmawati
BalasHapusNim : 12401123
Kelas : 1E
Prodi : pendidikan agama islam
Artikel "Ciptakan Tata Dunia Damai" oleh Ma'ruf Zahran Sabran mengkritik isu-isu utama terkait lingkungan, keadilan sosial, dan peran moral masyarakat.
Kritik atas Eksploitasi Alam
Kerusakan hutan Kalimantan akibat keserakahan politik dan ekonomi mengancam ekosistem global dan masa depan generasi mendatang.
Keseimbangan Sosial-Ekonomi:
Agama berperan penting dalam mengurangi kesenjangan sosial melalui filantropi dan kepedulian terhadap sesama. Namun, implementasi perlu melibatkan kolaborasi lintas sektor untuk memberdayakan masyarakat miskin secara strategis.
Ketidakadilan Sistem Oligarki
Sistem oligarki disebut sebagai akar masalah yang memiskinkan rakyat dan merusak lingkungan. Perlawanan dapat diperkuat melalui dukungan gerakan masyarakat adat dan organisasi lingkungan.
Kesimpulan
Artikel ini menekankan pentingnya keadilan, keseimbangan alam, dan kolaborasi lintas pihak untuk menciptakan perdamaian dunia. Perubahan hanya dapat dicapai melalui langkah konkret berbasis kebijakan dan optimisme terhadap potensi perbaikan bersama.
Nama: Maria Beti Arvena
BalasHapusNim:241081023
Prodi:D3 kebidanan Semester 1
Nama : Muhammad Qasim Qada
BalasHapusNim : 12401140
Kelas :1E
Kesimpulan dari blog ini menekankan perlunya menciptakan tata dunia yang damai dengan memahami keharmonisan alam sebagai karunia Tuhan dan mengatasi konflik yang timbul akibat kerakusan manusia. Blog ini menyoroti poin-poin berikut:
1. Keseimbangan Alam: Pergantian siang dan malam adalah tanda keharmonisan yang menjaga kehidupan manusia. Namun, eksploitasi lingkungan, seperti penggundulan hutan untuk keuntungan jangka pendek, merusak keseimbangan ini dan mengancam generasi mendatang.
2. Akar Konflik: Konflik di dunia tidak berasal dari ajaran agama yang suci, melainkan dari politik kekuasaan, ketamakan, dan ketidakadilan. Musuh bersama agama-agama adalah penindasan, penjajahan, dan tindakan aniaya.
3.Tugas Agama: Agama harus menjadi panduan untuk menciptakan keadilan sosial, seperti mendorong filantropi dan membantu masyarakat miskin. Nilai-nilai seperti sedekah dan kepedulian harus menjadi gaya hidup sehari-hari, bukan hanya saat perayaan agama.
4. Kerusakan Hutan: Eksploitasi hutan Kalimantan untuk perkebunan sawit hanya menguntungkan segelintir orang dan meninggalkan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat lokal. Hutan, sebagai jantung bumi, harus dilestarikan demi keberlanjutan kehidupan.
5. Kritik terhadap Pemangku Kepentingan: Penguasa, pengusaha, ilmuwan, dan tokoh agama dikritik karena lalai dalam menjalankan amanah mereka. Regulasi sering kali melindungi kepentingan oligarki, bukan rakyat kecil. Sementara itu, kaum agamawan dan ilmuwan dianggap kurang peduli terhadap isu-isu global yang mendesak.
Kesimpulannya, dunia yang damai membutuhkan harmoni antara manusia dan alam, keadilan sosial, serta kolaborasi aktif dari berbagai pihak untuk melawan ketidakadilan dan kerusakan lingkungan. Agama, ilmu pengetahuan, dan kekuasaan harus bersinergi demi kesejahteraan bersama.