MENALAR EMPAT AYAT SURAH ALGHASYIYAH
MENALAR
EMPAT AYAT SURAH ALGHASYIYAH
Oleh
Ma’ruf
Zahran Sabran
Anjuran
sang pencipta disebalik sesuatu, telah menjadi suruhan, perintah Allah SWT.
Meskipun, perintah tersebut disampaikan dengan cara yang sangat sopan, santun,
dan lembut. Dia menggunakan alam semesta sebagai alat, sebagai tanda (sinyal)
keberadaan-Nya (eksistensi agung) dalam kegaiban. "Apakah kamu tidak
meneliti, bagaimana unta diciptakan?" (Alghasiyah:17). Penelitian tentang
unta harus sampai kepada sang maha pencipta. Bahwa kenyataan unta, merupakan
bukti dan realita adanya Tuhan. Atau, kamu berpaling, mendustakan, mengingkari?
Karena sang maha pencipta tidak nampak. Karena, sang maha pencipta, yang
mencipta alam semesta, tidak sama dengan karya yang dihasilkan-Nya. Logika
bertanya, adakah sama, antara kursi dengan tukang kursi? Adakah sama, antara
aspal dengan tukang aspal? Adakah sama sepeda dengan pencipta sepeda? Inilah
analogi tentang penjelasan "walam yakullahu kufuwan ahad." Tidak
serupa Dia dengan sesuatu apapun. Oleh karena itu, siapa yang engkau pertuhankan,
pertuankan, perhatikan, dan pertahankan selama ini?
Setelah
Dia mengeksplor unta, lalu Dia memantik rasa ingin tahu dengan langit.
"Dan kepada langit, bagaimana dia ditinggikan." (Alghasiyah:18).
Penelitian, dan pengkajian tentang langit, isi, struktur, fungsi, tata letak,
dan tata kerja. Kemudian dibaca, ditulis, ditelaah, diteropong, yang berakhir
pada berilah peringatan. Sungguh engkau hanya seorang pemberi peringatan. Untuk
mereka yang mau mencari dan mengambil peringatan langit. Bahwa, langit merupakan
tempat gugusan bintang (nasib) manusia dan jin. "Demi langit yang memiliki
gugusan bintang." (Alburuj:1). Di langit, takdir manusia diatur dari
pergerakan dan pergantian malam beserta waktu bulan beredar. Pergerakan dan
pergantian siang berdasarkan waktu matahari berputar, berotasi.
"Demi
langit dan seluruh binaannya." (Asy-syams:5). Telah menunjukkan bahwa
langit menyimpan pergerakan jalan takdir (wassama-i dzatil hubuk). Langit,
telah menyimpan rezeki yang diberikan secara berangsur-angsur selama hayat
(roh) dikandung badan, dan apa-apa yang telah dijanjikan kepadamu (wafissama'i
rizqakum wama tu'adun). Langit juga mengandung air hujan, yang diusung oleh
awan. Lalu, menggumpal, turun hujan pada bumi yang dikehendaki-Nya. Langit,
mencatat, merekam perbuatan manusia. Bumi, menjadi saksi.
Bila
langit dilambangkan bapak, maka bumi dilambangkan ibu. Pantas, Alquran
menyatakan tidak ada wanita yang mandul. Namun mungkin karena oksigen dalam
kandungan (rahim) yang belum toleran, atau jarak yang jauh. Sehingga sperma
sulit menjangkau. Karena yang menentukan jenis kelamin, baik laki-laki atau
perempuan adalah sperma laki-laki.
"Dan sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan pasangan laki-laki dan
perempuan. Dari mani, apabila dipancarkan." (Annajmi:45-46).
Kemudian,
metafora dan realita gunung-gunung yang ditancapkan. "Dan kepada gunung,
bagaimana dia dipancangkan." (Alghasyiah:19). Pondasi tiang pancang bumi
adalah gunung. Anomali gunung adalah dia selalu bergerak, berputar. Menandakan
bahwa alam semesta, termasuk bumi, mengembang dan meluas. Demikian pula langit,
meluas sampai batas yang tidak diketahui ujungnya. "Dan langit, Kami
bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya."
(Adz-dzariyat:47).
Lalu,
ayat 20 Alghasiyah menyatakan: "Dan kepada bumi, bagaimana dia
dihamparkan." Mengapa Dia sebut bumi, sebagai satu dari jutaan planet
dalam banyak galaksi. Karena di bumi terdapat kehidupan, yang cocok dalam aura
dan sesuai dengan iklim untuk manusia hidup, berkembang-biak dan bercocok-tanam
(baca: Taha ayat 55).
Maha
pencipta sudah menyebut bumi sebagai penghamparan yang indah. Dia lapisi kawah
bumi dengan lapisan dan irisan tanah yang cocok untuk ditanami tumbuhan, dan di
sela-sela tanah, Dia alirkan air yang mengalir dari bawah, sampai ke paling atas,
ujung-ujung dedaunan. "Dan bumi, sudah Kami hamparkan, sebaik-baik
penghamparan." (Adz-dzariyat:48).
Bumi
telah Tuhan pilih sebagai tempat menetap. Untuk menikmati hidup, hingga batas
waktu yang sudah Dia tentukan. Maksudnya, selama perjalanan hidup di bumi,
langit yang berisi catatan takdir Tuhan, selalu mengalirkan rezeki. Rezeki
dengan sebab kerja, dan tanpa sebab. Catatan langit sebagai penjamin keamanan
rezeki dari Allah SWT, Alwakil. Sebab, langit menyimpan buku perjanjian tentang
bumi rezeki. Rezeki, ada yang Kami luaskan, dan ada yang Kami sempitkan.
Langit,
mencatat jodoh di bumi. Kapan dia (semesta) bertemu dan kapan dia (semesta)
berpisah. Tidakkah kamu memerhatikan, jodoh kehidupan adalah kematian. Jodoh
keberuntungan adalah kerugian. Jodoh malam (gelap) adalah siang (terang).
Terasa keduanya saling berbeda, bertabrakan. Namun hakekat dualitas adalah
saling menutupi kekurangan, saling ketergantungan.
Empat
ayat yang menggugah. Ayat unta (ibil), ayat langit (sama'), ayat gunung
(jibal), ayat bumi (ard). Semua ayat harus mengantar kepada tiada Tuhan kecuali
Allah. Tidak ada upaya, kecuali dengan Allah SWT. Tidak ada kekuatan, kecuali
kekuatan Allah SWT. Hakekatnya, putus hubungan dengan makhluk. Kecuali sebatas
saling mengerti dan menghargai saja. Kecuali saling menasehati menuju kebenaran
dan berbantuan kesabaran. Tidak lebih daripada itu. Sebab, aplikasi berbantuan
hanya terjadi di dunia. Item di akhirat bertanggungjawab secara individu.
Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar