IDENTITAS UMAT NABI MUHAMMAD RASULULLAH



IDENTITAS UMAT NABI MUHAMMAD RASULULLAH
Oleh
Ma'ruf Zahran Sabran

Identitas (ciri khusus) umat Nabi Muhammad SAW dapat diketahui dari tampilan bicara (perkataan) dan perilaku (perbuatan) keseharian yang terbentuk sehingga menjadi endapan kesadaran. Keduanya bermuara di hati, sehingga dengan mudah umat Nabi Muhammad diidentifikasi. Bukan identifikasi wajah saja, meski wajah juga merupakan pantulan hati. Namun lebih cenderung kepada perkataan dan perbuatan beserta dampak ikutan. Berdasarkan surah Alfath ayat 29, dengan jelas kalamNya menyatakan: "Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya (mempunyai tanda yang mudah dikenali)."

Pertama: Tegas terhadap segala bentuk keingkaran. Maksudnya, hidup memiliki prinsip dan berpegang-teguh memperjuangkan nilai kebenaran dan keadilan. Nilai juang untuk sebuah keselamatan hidup. Sehingga lawan iman adalah kafir, lawan keadilan adalah kezaliman. Lawan kebenaran adalah kesesatan, lawan kemerdekaan adalah perbudakan (penjajahan). Misi Rasul sebagai rahmat (kasih sayang) semesta adalah memperjuangkan nilai ketuhanan (keilahian) agar membumi. Dan melawan angkara murka.

Dua: Kasih sayang sesama umat. Tidak dipungkiri, komunikasi dan relasi komunitas karena faktor kesamaan, menjadi daya pikat dan daya rekat tersendiri dalam bersama mengusung cita, saat suka cita dan duka cita. Daya rekat yang paling kuat ialah kasih sayang (ruhama'). Indikator kasih tertinggi adalah iman. Iman ialah melepaskan kepercayaan dari diri sendiri. Diri yang wajib mencurigai nafsu. Kemudian bersandar sepenuhnya dengan kasih Tuhan. Rasulullah SAW telah melazimi zikir pagi-petang. "Tuhanku, jangan tinggalkan aku sendiri, Engkau sebaik-baik yang kudapati. Tuhanku, jangan Engkau serahkan aku kepada nafsu diriku, walau sekejap mata. Jadilah Engkau sahabatku dalam kesendirian dan bepergian."

Refleksi iman akan melahirkan sikap volunteer, kepedulian yang tinggi (altruisme). Tidak sekedar simpati dan empati. Namun eksis dalam penyaluran bantuan bagi yang memerlukan. Finalnya adalah: "Kamu tidak akan mencapai puncak kebaktian, sehingga kamu memberikan apa yang kamu cintai. Dan apa yang kamu berikan dari sesuatu, maka sungguh Allah maha mengetahui." (Ali Imran:92).

Dampak ikutan sikap kasih terjalin hubungan yang tulus, tanpa tendensius dan tidak ambisius. Sedang indikator sayang berbasis keselamatan (salam). Puncak sayang yaitu penyelamatan jiwa dan pemiharaan. Melepaskan kepentingan diri, untuk kepentingan orang lain, baik karena ada sebab, maupun tanpa sebab. Misal, sebab jabatan atau tanpa jabatan. Penyelamatan hidup yang tulus di saat sebelum terjerembab, terjatuh, terbunuh. Pahalanya lebih besar daripada kondisi normal. Allah SWT berfirman: "Dan orang-orang yang menempati kota Madinah (Ansar), dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka menyayangi orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepadanya (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri (Ansar), meskipun mereka sangat memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Alhasyr:9).

Tanda menjadi sifat utama seseorang. Ketika Alquran menggambarkan karakter umat Muhammad, demikian pula karakter umat Musa dan umat Isa. Kesamaan karakter tersebut berasal dari sumber yang sama, kitab Allah di dalam Taurat, Injil, Alquran. Sesering itu pula, Alquran mengajak kepada ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, untuk menuju kepada kesamaan kalimah (kalimatun-sawa). Ajakan itu adalah: "Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun." (Ali Imran:64).

Dampak ikutan sifat sayang adalah ibarat bersama meruntuhkan gunung penderitaan. Bersama menggali sumur untuk menimba, lalu mengalirkan air kehidupan. Memperpanjang napas orang lain dengan membuka lowongan pekerjaan, membuka link DAPODIK dan SIMPATIKA yang selama ini dikunci untuk calon guru. Siapa menebar kebaikan, dia akan menuai kebaikan yang banyak. Belajarlah membantu diri sendiri, dengan cara membantu orang lain.

Tiga: Rukuk dan sujud. Dalam arti mendirikan salat. Salat adalah ibadah sempurna yang terdiri atas niat, perkataan, perbuatan dan hati. Ibadah salat merupakan tingkat tertinggi disbanding ibadah yang lain. Sebagaimana firman Tuhan: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dari Alquran. Dan dirikan salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan mengingat Allah (salat) lebih utama daripada ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu usahakan." (Al-Ankabut:45). Setiap agama wahyu, mengenal salat yang disimbolkan dengan rukuk dan sujud. Wahyu yang turun kepada Nabi Musa dan umat Yahudi mengenal ibadah salat. "Sesungguhnya Aku adalah Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Aku. Dan dirikan salat untuk mengingat Aku." (Taha:14).

Demikian pula ajakan kepada Nabi Isa putera Maryam dan ibunya (Maryam binti Imran) untuk rukuk dan sujud (mendirikan salat), serta berzakat. "Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu. Sujud dan rukuklah bersama dengan orang-orang yang rukuk." (Ali Imran:43). Sedang Isa juga disuruh salat dan zakat. "Sungguh Aku adalah hamba Allah. Diberikan kepadaku kitab Injil, Dia menjadikan aku sebagai utusan. Memberkahi dimana saja aku berada. Mewasiatkan kepadaku untuk mendirikan salat dan mengeluarkan zakat, sepanjang hidupku." (Maryam:30).

Jelas, bahwa rukuk dan sujud merupakan perintah Allah kepada semua para utusan dan umat dari masa ke masa. Artinya, semua para Nabi, Rasul dan kaum mukmin mempunyai salat pada waktu yang sudah ditentukan (baca Annisa':103). Menandakan bahwa sejak manusia pertama (Nabi Adam) diperintah rukuk dan sujud (salat) pada waktu turun ke bumi, salat subuh. Nabi Nuh dengan salat zuhur. Nabi Musa dengan salat asar. Nabi Ibrahim dengan salat maghrib. Nabi Isa dengan salat 'Isya. Dirangkum oleh Rasulullah Muhammad menjadi salat lima waktu sehari-semalam, dengan tujuh belas rakaat salat wajib. Belum lagi salat rawatib (ba'diyah dan qabliyah). Salat tahajjud, hajat, taubat, tasbih, istikharah, isyrak, duha, semuanya berhukum sunah, mandub (anjuran).         

Empat: Menjemput karunia (rezeki) dari Allah dan meraih rida-Nya. Dua gerak simultan (karunia dan rida) yang memadukan kerja cerdas dan kerja ikhlas. Tidak bisa dipisah antara memenuhi tuntutan jasmani dan kebutuhan rohani. Meski sebenarnya, rezeki bukan hanya dalam bentuk uang. Namun semua yang datang dari Allah, bahkan yang tidak dapat ditebus dengan uang, seperti kesehatan, persahabatan, keluarga, ilmu dan kebijaksanaan, keamanan dan ketenangan dalam beribadah.     

Keempat tanda umat Nabi Muhammad SAW tampak pada perilaku sebagai profil (penampang) wajah mereka, akibat bekas dan pengaruh (atsar) dari sujud. Refleksi sujud seseorang akan melahirkan sikap kasih dan tegas terhadap keangkara-murkaan (aniaya). Mereka adalah umat pendiri dan penegak salat lima waktu. Mereka berusaha mencari rezeki yang halal serta menjauhi rezeki yang haram. Dalam rangka mencari rida Allah, wajib mensyukuri rezeki yang halal. Haram menerima rezeki dari hasil suap, sogok (rasuah), dan korupsi.

Allah jelaskan, hikmah tanda umat Nabi tersebut dengan firman: "Demikian perumpamaan sifat mereka di dalam Taurat dan Injil. Sifat mereka diibaratkan oleh Tuhan seperti benih yang mengeluarkan tunas. Tunas itu semakin kuat, menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati penanamnya. Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang yang sangat ingkar. Allah menjanjikan untuk orang yang beriman dan beramal saleh, ampunan dan pahala yang besar (surga)." (Alfath:29). Maha benar Allah yang agung. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI

DUNIA DUPLIKAT AKHIRAT