Imperialisme Barat Atas Dunia Islam - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
Sejarah Peradaban Islam II - Imperialisme Barat Atas Dunia Islam
Oleh : Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
Renaissance tidak dapat dibantah telah merubah Barat yang klasik menjadi bangsa yang kuat dengan didukung oleh teknologi super canggih dimasanya. Saat itu ketika Timur sedang sibuk-sibuknya perang saudara karena perbedaan madzhab, perebutan kekuasaan dan wilayah, serta alasan lain yang kurang dibenarkan agama. Barat justru memanfaatkan tidur panjangnya dalam apa yang disebut abad kegelapan (the dark age) Eropa. Kemudian menjelma menjadi bangsa yang haus akan darah, tanah dan kekayaan alam negara lain. Dalam sejarahnya dapat dilihat bagaimana pendatang di Amerika hampir membuat punah suku bangsa Indian. Lalu, Spanyol membantai habis bangsa Aztec hanya karena emas. Indonesia dijajah karena bumbu dapur. Begitu juga, bangsa Aborigin, suku Australiapun tergusur.
Latar belakang Imperialisme adalah 3 M (Mercenary, Missionary, Military) yaitu keuntungan, penyiaran agama, dan perluasan kawasan militer. Negara-negara Eropa datang sebagai penjajah. Sebab, penjajah ingin menguasai, menaklukkan wilayah jajahannya. Imperialisme itu sendiri adalah jajahan. Inggris dan Perancis memiliki tanah jajahan terluas di dunia, terutama negara yang berpenduduk muslim. Kemenangan perang salib bagi umat Kristiani membawa keuntungan bagi negara-negara Barat, hal ini dapat dilihat saat Paus membagi wilayah kekuasaan kepada dua bagian (tahun 1493), yang satu dihadiahkan untuk Spanyol dan yang lain untuk Portugis. Selain itu, Perancis yang telah berkembang dengan pesat melalui perserikatan dagang mereka untuk mencari tanah jajahan dengan kedok mendirikan pos-pos perdagangan dan misi perwakilan di Syiria dan Mesir. Perilaku penjajah Perancis ini diikuti kemudian oleh Inggris, Belanda serta negara-negara barat lainnya. Pada abad XVIII perdagangan eropa tumbuh dengan cepatnya dan memiliki banyak koloni dagang di Mesir dan Syiria.
Tujuan missionaris Kristen penjajahan barat terhadap dunia Islam jelas nyata dari ucapan Livingstone, bahwa tujuan dan akhir dari penaklukkan geografis adalah permulaan usaha missi Kristen (the end of the geographical feet is the beginning of the missionary entreprise). Pastor yang bernama Raymundus Lullus (sangat membenci Islam) bersemboyan Islam is false and must die (Islam adalah palsu dan Islam harus mati). Islam harus dikalahkan dengan cara dominasi politik, untuk melancarkan agenda missi Kristen (pemurtadan). Dengan demikian, antara domain gereja dengan domain penjajahan (imperialisme) saling menguntungkan, saling memberi manfaat dan saling menyokong. Malah, pada abad ke 19 dan awal abad 20, rencana salib modern ini dilakukan dengan teliti melalui kerjasama yang erat antara keduanya (ranah politik dan gereja).
Semua negara Kristen bersatu tekad menghancurkan kerajaan Islam. Semangat salibisme memang tersimpan rapi di dalam dada mereka, bagai api dalam sekam. Selanjutnya, tujuan penjajahan barat terhadap dunia Islam adalah military (invasi kekuasaan dan agresi perluasan daerah komando militer). Inggris menjajah India, yang dahulu berada dibawah lindungan Kesultanan Islam Mungol yang damai, aman dan sejahtera. Perancis menjajah Mesir tahun 1789.
Fenomena imperialisme yang ditengarai oleh dendam kesumat Andalusia (Spanyol sekarang) berebut tanah jajahan di negeri-negeri Muslim dengan Inggris, Perancis, Portugis, Belanda di awal abad XV. Abad itu terkenal "zaman penjajahan" yang dipimpin oleh Kerajaan Portugis dan Kerajaan Spanyol. Mereka menjajah, menindas, mengeruk kekayaan alam pantai Afrika, Timur Tengah, India, Indonesia dan Asia Timur. Menjelang abad XVII mereka, Perancis, Inggris dan Belanda menubuhkan Kerajaan di negeri muslim yang menjadi jajahan mereka dan invasi ke benua-benua baru dalam bentuk Negara Persemakmuran, atau Kolonial Hindia Belanda dan sebagainya.
Qadarullah, penghujung abad 18 dan 19 imperialisme mulai lemah. Suara dan gerakan komando jihad menggema di dunia Islam jajahan. Dalam negeri Eropa diserukan kemanusiaan oleh penggiat hak-hak asasi. Tetapi, mereka tetap ingin berkuasa dibawah naungan Negara Persemakmuran Inggris, seperti Malaysia, Skotlandia dan lain-lain.
Alhamdulillah, tidak hanya Inggris, Spanyol, dan Portugis pun menjadi lemah selepas kehilangan koloni dunia jajahan mereka. Bahkan, perebutan wilayah diantara mereka (Inggris, Perancis, Spanyol) faktor penyebab saling menghancurkan. Qadarullah, dahulu satu agama dan satu senjata telah memantik Perang Dunia I dan II.
Latar belakang Imperialisme adalah 3 M (Mercenary, Missionary, Military) yaitu keuntungan, penyiaran agama, dan perluasan kawasan militer. Negara-negara Eropa datang sebagai penjajah. Sebab, penjajah ingin menguasai, menaklukkan wilayah jajahannya. Imperialisme itu sendiri adalah jajahan. Inggris dan Perancis memiliki tanah jajahan terluas di dunia, terutama negara yang berpenduduk muslim. Kemenangan perang salib bagi umat Kristiani membawa keuntungan bagi negara-negara Barat, hal ini dapat dilihat saat Paus membagi wilayah kekuasaan kepada dua bagian (tahun 1493), yang satu dihadiahkan untuk Spanyol dan yang lain untuk Portugis. Selain itu, Perancis yang telah berkembang dengan pesat melalui perserikatan dagang mereka untuk mencari tanah jajahan dengan kedok mendirikan pos-pos perdagangan dan misi perwakilan di Syiria dan Mesir. Perilaku penjajah Perancis ini diikuti kemudian oleh Inggris, Belanda serta negara-negara barat lainnya. Pada abad XVIII perdagangan eropa tumbuh dengan cepatnya dan memiliki banyak koloni dagang di Mesir dan Syiria.
Tujuan missionaris Kristen penjajahan barat terhadap dunia Islam jelas nyata dari ucapan Livingstone, bahwa tujuan dan akhir dari penaklukkan geografis adalah permulaan usaha missi Kristen (the end of the geographical feet is the beginning of the missionary entreprise). Pastor yang bernama Raymundus Lullus (sangat membenci Islam) bersemboyan Islam is false and must die (Islam adalah palsu dan Islam harus mati). Islam harus dikalahkan dengan cara dominasi politik, untuk melancarkan agenda missi Kristen (pemurtadan). Dengan demikian, antara domain gereja dengan domain penjajahan (imperialisme) saling menguntungkan, saling memberi manfaat dan saling menyokong. Malah, pada abad ke 19 dan awal abad 20, rencana salib modern ini dilakukan dengan teliti melalui kerjasama yang erat antara keduanya (ranah politik dan gereja).
Semua negara Kristen bersatu tekad menghancurkan kerajaan Islam. Semangat salibisme memang tersimpan rapi di dalam dada mereka, bagai api dalam sekam. Selanjutnya, tujuan penjajahan barat terhadap dunia Islam adalah military (invasi kekuasaan dan agresi perluasan daerah komando militer). Inggris menjajah India, yang dahulu berada dibawah lindungan Kesultanan Islam Mungol yang damai, aman dan sejahtera. Perancis menjajah Mesir tahun 1789.
Fenomena imperialisme yang ditengarai oleh dendam kesumat Andalusia (Spanyol sekarang) berebut tanah jajahan di negeri-negeri Muslim dengan Inggris, Perancis, Portugis, Belanda di awal abad XV. Abad itu terkenal "zaman penjajahan" yang dipimpin oleh Kerajaan Portugis dan Kerajaan Spanyol. Mereka menjajah, menindas, mengeruk kekayaan alam pantai Afrika, Timur Tengah, India, Indonesia dan Asia Timur. Menjelang abad XVII mereka, Perancis, Inggris dan Belanda menubuhkan Kerajaan di negeri muslim yang menjadi jajahan mereka dan invasi ke benua-benua baru dalam bentuk Negara Persemakmuran, atau Kolonial Hindia Belanda dan sebagainya.
Qadarullah, penghujung abad 18 dan 19 imperialisme mulai lemah. Suara dan gerakan komando jihad menggema di dunia Islam jajahan. Dalam negeri Eropa diserukan kemanusiaan oleh penggiat hak-hak asasi. Tetapi, mereka tetap ingin berkuasa dibawah naungan Negara Persemakmuran Inggris, seperti Malaysia, Skotlandia dan lain-lain.
Alhamdulillah, tidak hanya Inggris, Spanyol, dan Portugis pun menjadi lemah selepas kehilangan koloni dunia jajahan mereka. Bahkan, perebutan wilayah diantara mereka (Inggris, Perancis, Spanyol) faktor penyebab saling menghancurkan. Qadarullah, dahulu satu agama dan satu senjata telah memantik Perang Dunia I dan II.
Nama : Indra
BalasHapusNim : 11901233
Kelas : 3/D Pendidikan Agama Islam
Sekulerisme banyak dipahami sebagai ideologi yang memisahkan agama dari dunia. Dalam peradaban Barat, sekulerisme menjadi pandangan hidup dan ruh bagi dinamikanya, khususnya ketika Gereja mulai menunjukkan problematika teologisnya. Hal itu karena manusia modern percaya, bahwa dalam sekulerisme terdapat kesesuaian dengan watak zaman yang selalu berubah, dan juga kebebasan yang menjamin kemajuan serta perkembangan kehidupan.
Respon kaum muslim terdapat perbedaan terhadap kemajuan
Barat. Sebagian mengajak orang agar menolak dan bertahan,
sedangkan sebagian lagi memiliki semangat untuk belajar dan menyaingi Eropa-Barat untuk menjadi modern. Para penguasa
Muslim berkiblat ke Barat untuk mendongkrak progam modernisme
politik, ekonomi dan militer dengan merujuk pada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Eropa. Mereka menjadi
kekuatan penyeimbang bagi Barat, merestrukturisasi militer juga
birokrasi modern secara sangat baik, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan persenjataan modern. Mereka juga
mendatangkan para pendidik dari sekolah-sekolah Eropa. Selain itu,
juga dilakukan mengirim pendidik ke Eropa, yang bertujuan untuk
dapat belajar bahasa, ilmu pengetahuanm juga politik. Juga
mendirikan pusat-pusat penerjemahan penerbiatan dalam rangka
menerjemahkan dan menerbitkan karya-karya yang berasal dari
Barat. Akibat semua itu maka muncul kaum elite baru ditubuh umat
Islam sehingga memunculkan dua pandangan yang berbeda yaitu
minoritas elite modern yang terbaratkan dan mayoritas tradisional
yang berpegang pada ajaran agama Islam.
Nama : zulfakar
BalasHapusKelas. : pai 3 d
Nim. : 11901195
Sekulerisme banyak dipahami sebagai ideologi yang memisahkan agama dari dunia. Dalam peradaban Barat, sekulerisme menjadi pandangan hidup dan ruh bagi dinamikanya, khususnya ketika Gereja mulai menunjukkan problematika teologisnya. Hal itu karena manusia modern percaya, bahwa dalam sekulerisme terdapat kesesuaian dengan watak zaman yang selalu berubah, dan juga kebebasan yang menjamin kemajuan serta perkembangan kehidupan.
Respon kaum muslim terdapat perbedaan terhadap kemajuan
Barat. Sebagian mengajak orang agar menolak dan bertahan,
sedangkan sebagian lagi memiliki semangat untuk belajar dan menyaingi Eropa-Barat untuk menjadi modern. Para penguasa
Muslim berkiblat ke Barat untuk mendongkrak progam modernisme
politik, ekonomi dan militer dengan merujuk pada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Eropa. Mereka menjadi
kekuatan penyeimbang bagi Barat, merestrukturisasi militer juga
birokrasi modern secara sangat baik, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan persenjataan modern. Mereka juga
mendatangkan para pendidik dari sekolah-sekolah Eropa. Selain itu,
juga dilakukan mengirim pendidik ke Eropa, yang bertujuan untuk
dapat belajar bahasa, ilmu pengetahuanm juga politik. Juga
mendirikan pusat-pusat penerjemahan penerbiatan dalam rangka
menerjemahkan dan menerbitkan karya-karya yang berasal dari
Barat. Akibat semua itu maka muncul kaum elite baru ditubuh umat
Islam sehingga memunculkan dua pandangan yang berbeda yaitu
minoritas elite modern yang terbaratkan dan mayoritas tradisional
yang berpegang pada ajaran agama Islam.
Nama : Ummi Kalsum
BalasHapusNim : 11901058
Kelas : PAI 3C
Renaissance tidak dapat dibantah telah merubah Barat yang klasik menjadi bangsa yang kuat dengan didukung oleh teknologi super canggih dimasanya. Saat itu ketika Timur sedang sibuk-sibuknya perang saudara karena perbedaan madzhab, perebutan kekuasaan dan wilayah, serta alasan lain yang kurang dibenarkan agama. Latar belakang Imperialisme adalah 3 M (Mercenary, Missionary, Military) yaitu keuntungan, penyiaran agama, dan perluasan kawasan militer. Negara-negara Eropa datang sebagai penjajah.
penghujung abad 18 dan 19 imperialisme mulai lemah. Suara dan gerakan komando jihad menggema di dunia Islam jajahan. Dalam negeri Eropa diserukan kemanusiaan oleh penggiat hak-hak asasi. Tetapi, mereka tetap ingin berkuasa dibawah naungan Negara Persemakmuran Inggris, seperti Malaysia, Skotlandia dan lain-lain.