Renaissance Di Eropa - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Sejarah Peradaban Islam II - Renaissance Di Eropa
Oleh : Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

    Renaissance secara etimologi berasal dari dua kata, yakni Re  berarti kembali dan naitre berarti lahir. Secara bebas kata Renaissance dapat diartikan sebagai masa peralihan antara abad pertengahan ke abad modern yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru yang diilhami oleh kebudayaan Eropa Klasik (Yunani dan Romawi) yang lebih bersifat duniawi.
    Istilah renaissance ini dalam bahasa Perancis berarti kebangkitan kembali. oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. orang yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan Perancis terkenal.
    Renaissance ini sendiri dalam sejarahnya tidak dapat dilepaskan dari 'humanitas' atau istilah humanisme. Karena antara humanisme dan renaissance terdapat kaitan erat dalam hal filsafat berfikir orang dikala itu. Dimana humanisme menjadikan manusia sebagai obyek pengetahuannya dan renaissance sebagai bentuk proklamasi gerakan humanisme itu sendiri. Apapun istilahnya renaissance beramak sistemik pada motivasi penjajahan bangsa Barat terhadap Timur serta merubah bentuk penghidupan manusia Barat dengan mengusung gaya baru perikehidupan yang mereka anggap sebagai manusia modern.
    Sejarah perkembangan peradaban Barat telah melewati masa yang sangat panjang, kurang lebih dua puluh lima abad. Perkembangan yang panjang itu oleh para ahli sejarah di bagi ke dalam tiga periode, yakni periode ancient (kuno), periode medieval (pertengahan), dan periode modern. Pembagian ke dalam tiga periode tersebut disebabkan adanya perubahan dan perkembangan yang jelas membedakan antara periode yang satu dengan periode yang lain. Kajian sejarah juga telah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat menonjol yang menandai periode satu dengan periode yang lain, utamanya menyangkut perbedaan konsepsi manusia mengenai hidup dan sikap pemikirannya.
    Periode modern sejarah perkembangan peradaban Barat, bukanlah sebuah periode yang muncul begitu saja di ruang hampa melainkan ada keterkaitan dengan periode-periode sebelumnya. Periode modern dalam perspektif sejarah, di satu sisi jelas merupakan reaksi dari periode sebelumnya, yakni periode pertengahan, di mana dalam periode ini gereja sedemikian rupa mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia, dan disisi lain merupakan revitalisasi dari peradaban klasik Yunani. Diawali dengan gerakan renaissance yang berlangsung pada abad XV dan XVI, humanisme dan reformasi, manusia Barat modern ingin melepaskan diri dari dominasi gereja yang sedemikian rupa mengekang kebebasannya. Dengan kebebasannya itulah manusia Barat modern mampu mengembangkan peradabannya sedemekian cepat sehingga mencapai kemajuan seperti sekarang ini. Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa yang menjadi elen vital dari kemajuan Barat modern adalah pandangan dunianya yang menekankan sentralnya peran akal, kebebasan dan otonomi manusia. Dengan itu, manusia Barat dapat menciptakan dan menentukan dunianya, membuat sejarah dan masa depannya sendiri.
    Karena manusia sebagai pusat dan penciptaan dunianya, peran Tuhan yang begitu besar dalam peradaban sebelumnya menjadi semakin terbatas, kalau tidak dapat dikatakan hilang. Manusia barat modern tidak lagi membutuhkan sistem pengetahuan illahiyah seperti wahyu untuk menjelaskan dan mengubah dunianya, tetapi sistem pengetahuan yang diciptakan sendiri, terutama dalam bentuk ilmu pengetahuan positif (science) dan teknologi. Dunia (benda-benda, individu, masyarakat, kebudayaan, dan bahkan agama sendiri) dipandang dunia itu sendiri, bukan sebagai suatu yang sakral. Karena itu desakralisasi dunia dari sekularisasi merupakan fenomena masyarakat modern. 
    Secara historis tonggak sejarah yang mendorong timbulnya ilmu pengetahuan (science) modern diawali dari zaman Renaissance (Kebangkitan Kembali). Secara harfiah, “renaissance” berarti kelahiran kembali. Yang dimaksudkan dengan kelahiran kembali di sini adalah untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik. Pada saat orang mencari jalan baru sebagai alternatif bagi kebudayaan abad pertengahan yang sangat didominasi oleh suasana Kristiani, perhatian diarahkan kepada satu-satunya kebudayaan lain yang masih mereka kenal, yaitu kebudayaan Yunani dan Romawi. Kebudayaan klasik itu sangat di apresiasi sedemikian rupa dan diambil sebagai contoh ideal untuk semua bidang kultural. Istilah “renaissance” mula-mula digunakan oleh sejarawan terkenal, Michelet, dan kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualistik, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode pertengahan. 
    Suatu perkembangan yang sangat penting pada masa renaissance adalah timbulnya ilmu pengetahuan alam yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Dengan munculnya ilmu pengetahuan alam modern itu pandangan dunia Aristotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan secara definitif akhirnya ditinggalkan. Beberapa perintis yang membuka jalan baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan Modern diantaranya adalah Nicolaus Copernicus (1473 1543) scorang ilmuwan yang teorinya bertabrakan dengan otoritas gereja, dimana menurutnya matahari sebagai pusat Tata Surya, hal inilah yang kemudian menjungkir balikkan teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta) dan mejadikan Nicolaus Copernicus mendapat hukuman berat dari gereja. Selanjutnya ada juga Johannes Kepler (1571. 1630), dan Galileo Galilei. Sementara tokoh yang dinilai telah meletakkan dasar-dasar filosofis bagi perkembangan ilmu pengetahuan modem itu adalah Francis Bacoon (1561-1623). Karyanya Novum Organon yang bersifat induktif dimaksudkan untuk menggantikan organon-nya Aristoteles yang deduktif. 
    Peristiwa renaissance ini sendiri sepertinya tidak dapat lepas dari kekecewaan masyarakat Eropa terhadap otoritas gereja yang kurang populer. Hal ini juga dipicu ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani-Romawi dan mazhabnya dipandang sihir dan merupakan hal yang menyeleneh. Diceritakan bahwa filosof-filosof Yunani di negara-negaranya dikejar-kejar oleh rajanya yang beragama Kristen karena perbedaan mazhab. Padahal sebenarnya merekalah penyusun ilmu secara sistematis, namun ketika Yunani dijajah bangsa Romawi, raja-rajanya yang beragama Kristen tidak mentolerir. Masa raja Constantine yang Agung, perpustakaan yang didirikan oleh raja Perbeku yang liberal, dibubarkan atau dimusnahkan, pengetahuan dianggap sebagai sihir yang dikutuk, filsafat dan ilmu di basmi. Kaisar Yustinus pada tahun 529 M menutup sekolah filsafat yang dikenal dengan nama akademi Plato dan pengajar yang masih ada kemudian di usir. Seiring dengan penutupan ini, filsafat Yunani mengalami stagnasi. Banyak para sarjana yang kemudian melarikan diri ke Persia untuk meminta perlindungan, dan mendapatkan kedududkan terhormat di Istana Kisra Anusirwan (531-578 M) dan aliran filsafat Neoplatonisme yang mereka bawa diterima dengan baik. Peristiwa migrasi ini merupakan permulaan penyebaran pengetahuan Yunani di Jundi-Shapur sebuah perguruan tinggi, dimana sarjana itu mengajar bermacam ilmu, antara lain kedokteran dan filsafat. Sekolah ini berurat akar di kota ini sampai berdirinya daulah Abbasiyah, seperti halnya Harran menjadi pusat kegiatan kebudayaan Yunani di Irak, dimana penduduknya berbicara dengan bahasa Arab.
    Kebobrokan manajemen dan penyakit-penyakit epidemik yang mematikan dikala itu. Pada akhirnya melunturkan semangat akan kepercayaan terhadap Gereja. Dengan demikian Abad kegelapan (The Dark Age) di Eropa bukanlah karena Kesultanan-Kesultanan Islam melakukan invansi kesana kemari dan meluluh lantahkan kota-kota di Eropa atau karena Kesultanan Islam gemar berperang, haus darah dan menebar teror kesana kemari. Spanyol sebagai wilayah taklukan justru maju secara budaya dan ilmu pengetahuan di tangan Kesultanan Islam, sedangkan wilayah lain justru tidak terbukti, karena Kesultanan Islam tidak pernah menguasai Prancis, Inggris, Jerman dan lain-lain. Mereka justru berada dalam kegelapan karena sifat kelenik dan anti ilmu pengetahuan yang menurut mereka bertolak belakang dengan Iman.
    Tentu saja perubahan yang terjadi pada masa renaissance tidak hanya berkaitan dengan dua bidang, sebagaimana telah disebut diatas yakni sastra dan ilmu pengetahuan. Gerakan renaisance telah membawa perubahan yang signifikan dalam peradaban Barat, yang secara garis besar meliputi berbagai aspek, yaitu: 
    Pertama. Aspek intelektual. Dalam aspek ini ditandal oleh kebangunan kembali kebudayaan dan seni (the Revival of Letter And Art), perluasan pandangan manusia tentang kehidupan, serta perluasan pendidikan. Manufaktur kertas secara penemuan percetakan, yang memungkinkan pengadaan teks serta penurunan harganya, memungkinkan penyebaran pengetahuan. Hal lain yang juga terkait erat dengan renaissance intelektual adalah pengsdopsian kembali metode-metode ilmiah, yaitu ketika manusia kembali mengkaji alam dan dengan pengamatan serta eksperimen meletakkan dasar bagi semua karya ilmiah yang sejak saat itu telah dicapai. Pengumpulan berbagai hasil pengamatan serta perbandingan telah memungkinkan Copernicus mengembangkan teori-teorinya yang baru mengenai astronomi: perlunya cara-cara yang lebih baik untuk mengamati angkasa membuat Galileo menemukan teloskop namun kemudian dihukum karena mendukung Copernicus. Penemuan Amerika dan Route Cape ke wilayah Timur, memungkinkan pemakaian Kompas, yang mempengaruhi dunia, secara intelektual dan ekonomi, dalam batas yang tidak diperhitungkan. 
    Kedua, aspek politik. Dalam aspek ini ditandai oleh kematian ide tentang Otoritas universal Kerajaan, munculnya nasionalitas, serta konsolidasi Negara-negara yang padu, dan terorganisir secara baik ini yang membuat fase berikutnya dari politik Eropa sebagia politik Internasional. Ketiga, aspek sosial. Dalam aspek ini ditandai San mulai terbaginya Eropa secara vertikal, dan bukan secara horizontal seperti yang terjadi sebelumnya. Hancurnya feudalisme, pemakaian senjata dalam peperangan, yang merusak superioritas pimpinan militer dihadapan prajurit biasa, munculnya ras nasionalitas, kekayaan dalam arti penting kelas-kelas ekonomi, pembebasan budak, kesemuanya ikut serta merusak pembagian kasta-kasta sosial, dan kepentingan bersama mereka mendorong orang dalam suatu bangsa lebih memiliki perasaan simpati satu sama lain dibandingkan dengan orang lain yang memiliki peringkat yang sama. Di dalam masyarakatpun individu semakin memiliki arti penting sebagai individu, dan tidak sekedar sebagai pemegang jabatan atau anggota suatu kelompok. 
    Keempat, aspek eklessiastikal. Dalam aspek ini ditandai dengan pecahnya tentang Gereja Dunia (World Church) serta munculnya gereja nasional. Karena semangat renaissance untuk meneliti menampakkan wajah yang lebih serius di Eropa, mereka menerapkan semangat untuk meneliti itu pada permasalahan-permasalahan yang lebih dalam tentang moral dan kehidupan keagamaan. Hak individu untuk memikirkan dirinya, yang dalam hal-hal yang bersifat keduniaan telah baik, juga ditegaskan dalam berbagai masalah keagamaan, dan Jerman khususnya, kajian bebas ini telah membangkitkan atmosfer dimana kehancuran gereja tidak mungkin diselamatkan, dan mati dengan sendirinya. 
    Meskipun terdapat berbagai perubahan yang begitu mendasar, namun abad-abad renaissance, abad ke lima belas dan ke enam belas, tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan pemikiran Barat. Baru pada abad ke tujuh belas daya hidup yang kuat, yang telah timbul pada masa renaissance itu, mendapatkan pengungkapannya yang serasi di bidang pemikiran, khususnya filsafat. Jadi, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa renaissance itu, mendapatkan pengungkapannya yang serasi dibidang pemikiran, khususnya filsafat.Jadi perubahan-perubahan yang terjadi pada masa renaissance itu hanya merupakan persiapan bagi pembentukan pemikiran pada abad ke tujuh belas, abad modern. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa renaissance adalah pintu gerbang menuju abad modern. 
    Hal lain yang tak kalah penting dari Peristiwa terjadinya renaissance di Eropa adalah reformasi gereja atau dikenal dengan Reformasi Protestan yang lahar sebagai sebuah upaya untuk mereformasi Gereja Katolik, yang diprakarsai oleh umat Katolik Eropa Barat yang menentang hal hal yang Menurut anggapan mereka adalah doktrin-doktrin palsu dan malapraktik gerejawi khususnya ajaran dan penjualan indulgensi, serta Simoni, jual-beli jabatan rohaniwan yang dalam pandagan para reformator Protestan merupakan bukti kerusakan sistemik hirarki Gereja termasuk Sri Paus. 
    Para pendahulu Martin Luther mencakup John Wycliffe dar Jan Hus, yang juga mencoba mereformasi Gereja Katolik Reformasi Protestan berawal pada 31 Oktober 1517, di wittenberg, Saxonia, tatkala Martin Luther memakukan Sembilan Puluh Lima Tesis mengenai Kuasa dan Efikasi Indulgensi pada daun pintu Gereja Semua Orang Kudus (yang berfungsi sebagai papan pengumuman universitas pada masa itu), tesis-tesis tersebut memperdebatkan dan mengkritisi Gereja dan Sri Paus sebagai pemimpin umat Kristen, tetapi berkonsentrasi pada penjualan indulgensi-indulgensi dan kebijakan-kebijakan doktrinal mengenai Purgatorium, Pengadilan Partikular, Mariologi (devosi pada Maria, ibunda Yesus), perantaraan-doa dan devosi pada Orang-Orang Kudus, sebagian besar sakramen, keharusan selibat bagi yohaniwan, termasuk monastisisme, dan otoritas Sri Paus. Reformator-reformator lain, seperti Ulrich Zwingli, segera mengikuti teladan Martin Luther. 
    Akan tetapi selanjutnya para reformator berselisih faham dan memecah-belah pergerakan mereka menurut perbedaan-perbedaan doktrinal pertama-tama antara Luther dan Zwingli. kemudian antara Luther dan John Calvin akibatnya terbentuklah denominasi-denominasi Protestan yang berbeda-beda dan saling bersaing, seperti Lutheran, Reformed, Puritan, dan Presbiterian. Sebab, proses, dan akibat reformasi agama berbeda-beda di tempat-tempat lain: Anglikanisme muncul di Inggris dengan Reformasi Inggris, dan banyak denominasi Protestan yang muncul dari denominasi-denominasi Jerman. Para reformator turut mempercepat laju Kontra Reformasi dari Gereja Katolik. Reformasi Protestan disebut pula Reformasi jerman atau Revolusi Protestan, yang kelak akan melahirkan perang sipil antara Raja-raja Katolik dengan Pangeran dan Raja-raja Protestan.

Komentar

  1. alhamdulillah dapat wawasan setelah membacanya.,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

  2. Nama:hamdan
    Nim:12001353
    Kelas:3j


    Renaissance secara etimologi berasal dari dua kata, yakni Re berarti kembali dan naitre berarti lahir. Secara bebas kata Renaissance dapat diartikan sebagai masa peralihan antara abad pertengahan ke abad modern yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru yang diilhami oleh kebudayaan Eropa Klasik (Yunani dan Romawi) yang lebih bersifat duniawi.

    Sejarah perkembangan peradaban Barat telah melewati masa yang sangat panjang, kurang lebih dua puluh lima abad. Perkembangan yang panjang itu oleh para ahli sejarah di bagi ke dalam tiga periode, yakni periode ancient (kuno), periode medieval (pertengahan), dan periode modern.

    Periode modern sejarah perkembangan peradaban Barat, bukanlah sebuah periode yang muncul begitu saja di ruang hampa melainkan ada keterkaitan dengan periode-periode sebelumnya. Periode modern dalam perspektif sejarah, di satu sisi jelas merupakan reaksi dari periode sebelumnya, yakni periode pertengahan, di mana dalam periode ini gereja sedemikian rupa mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia, dan disisi lain merupakan revitalisasi dari peradaban klasik Yunani. Diawali dengan gerakan renaissance yang berlangsung pada abad XV dan XVI, humanisme dan reformasi, manusia Barat modern ingin melepaskan diri dari dominasi gereja yang sedemikian rupa mengekang kebebasannya.

    Karena manusia sebagai pusat dan penciptaan dunianya, peran Tuhan yang begitu besar dalam peradaban sebelumnya menjadi semakin terbatas, kalau tidak dapat dikatakan hilang. Manusia barat modern tidak lagi membutuhkan sistem pengetahuan illahiyah seperti wahyu untuk menjelaskan dan mengubah dunianya, tetapi sistem pengetahuan yang diciptakan sendiri, terutama dalam bentuk ilmu pengetahuan positif (science) dan teknologi

    Secara historis tonggak sejarah yang mendorong timbulnya ilmu pengetahuan (science) modern diawali dari zaman Renaissance (Kebangkitan Kembali).

    Keempat, aspek eklessiastikal. Dalam aspek ini ditandai dengan pecahnya tentang Gereja Dunia (World Church) serta munculnya gereja nasional. Karena semangat renaissance untuk meneliti menampakkan wajah yang lebih serius di Eropa, mereka menerapkan semangat untuk meneliti itu pada permasalahan-permasalahan yang lebih dalam tentang moral dan kehidupan keagamaan.

    hal-hal yang bersifat keduniaan telah baik, juga ditegaskan dalam berbagai masalah keagamaan, dan Jerman khususnya, kajian bebas ini telah membangkitkan atmosfer dimana kehancuran gereja tidak mungkin diselamatkan, dan mati dengan sendirinya.

    Hal lain yang tak kalah penting dari Peristiwa terjadinya renaissance di Eropa adalah reformasi gereja atau dikenal dengan Reformasi Protestan yang lahar sebagai sebuah upaya untuk mereformasi Gereja Katolik, yang diprakarsai oleh umat Katolik Eropa Barat yang menentang hal hal yang Menurut anggapan mereka adalah doktrin-doktrin palsu dan malapraktik gerejawi khususnya ajaran dan penjualan indulgensi, serta Simoni, jual-beli jabatan rohaniwan yang dalam pandagan para reformator Protestan merupakan bukti kerusakan sistemik hirarki Gereja termasuk Sri Paus.

    Akan tetapi selanjutnya para reformator berselisih faham dan memecah-belah pergerakan mereka menurut perbedaan-perbedaan doktrinal pertama-tama antara Luther dan Zwingli. kemudian antara Luther dan John Calvin akibatnya terbentuklah denominasi-denominasi Protestan yang berbeda-beda dan saling bersaing, seperti Lutheran, Reformed, Puritan, dan Presbiterian. Sebab, proses, dan akibat reformasi agama berbeda-beda di tempat-tempat lain: Anglikanisme muncul di Inggris dengan Reformasi Inggris, dan banyak denominasi Protestan yang muncul dari denominasi-denominasi Jerman. Para reformator turut mempercepat laju Kontra Reformasi dari Gereja Katolik. Reformasi Protestan disebut pula Reformasi jerman atau Revolusi Protestan, yang kelak akan melahirkan perang sipil antara Raja-raja Katolik dengan Pangeran dan Raja-raja Protestan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN