Kali Pertama Perkenalanku Dengan Nagara Melalui Rasa (Rabuk Iwak Haruan) - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Kali Pertama Perkenalanku Dengan Nagara Melalui Rasa
(Rabuk Iwak Haruan)
Oleh : Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

    Topografi Hulu Sungai Selatan (HSS) utamanya rawa. Hampir seluruh wilayah pehuluan berasal dari sungai dan rawa, hal ini mengakibatkan profesi mereka di antaranya adalah pencari "iwak". Nagara salah satunya, kecamatan Daha, dahulunya di bawah pemerintahan Kerajaan Hindu Daha Dwipa yang menjadi koloni dari Kerajaan Hindu Majapahit, konversi menjadi Kerajaan Islam Banjar dengan Raja Muslim pertama, Sultan Suriyansyah. Assimilasi dan akulturasi budaya muslim bersinggungan dengan budaya tempatan. Pilot project Islamisasi secara massif dilakukan oleh Sultan Tahliliyah dengan memberikan beasiswa pembelajar kepada putra-putra terbaik Banjar, tersebutlah pada masanya, Muhammad Arsyad. Berkelanjutan dari generasi ke generasi, Sultan Tahliliyah telah menjalin kerjasama antara Kerajaan Islam Banjar dengan Kesultanan Utsmaniyah di Turki, untuk mengirim pembelajar ke Mekkah dan Madinah yang ketika itu berada di bawah protektorat otorita Turki Usmani.
    Memorandum of Understanding (Perjanjian Kesepahaman) antar negara (goverment to goverment) telah banyak menguntungkan bagi keberlanjutan Islamisasi di tanah bertuah Banjar hingga ke Kabupaten Tanah Laut. Tindakan keberpihakan (affirmative action) Sultan Tahliliyah membuahkan hasil berupa adagium Banjar adalah Muslim, Muslim adalah Banjar.
    Identitas agama sekaligus suku ini, memudahkan penyiaran Islam khususnya regio Kalimantan. Identitas yang melekat pada kesejatidirian orang Banjar secara kontinyu terpelihara, baik secara geogenetika, geobudaya dan geo politik, hampir mencapai tingkatnya yang memukau. Setelah Indonesia Merdeka pun, keagamaan, kebanjaran dan keindonesiaan laksana setali tiga uang (trilogi). Kiprah "acil" pun nyata di kancah balantika perpolitikan Republik Indonesia, seperti K.H. Idham Khalid (Wakil Presiden Republik Indonesia), K.H. Hasan Basri (Ketua Umum MUI Pusat),  Sa'adilah Mursyid  (Menseskab), dan lain-lain. Di dunia pendidikan "acil" pun banyak berperan diantaranya Prof. Dr. Satria Efendi, M. A. Bahkan sekarang sudah melembaga secara sistematis dan struktural IAIN Antasari beralih status menjadi UIN Antasari. Itulah gambaran global yang berawal dari kebijakan Kesultanan Banjar memberikan edukasi kepada rakyat Banjar melalui political will and political action. Dampak ikutannya bisa dirasakan hingga hari ini.
    Adapun secara mikro sebenarnya rasa kebanjaran "acil" di perantauan tidaklah pupus dan kandas. Keterlibatan emosional dengan negeri yang ikut membidani kelahiran rakyat Banjar masih bisa terhubung dengan surat. Tulisan tangan di surat pada lembar-lembar kertas merupakan butiran cinta mereka kepada bubuhan. Disimpan rapi sebagai bukti pertalian darah diantara mereka. Pos dan Giro dalam hal penghubung sangat berjasa menyatukan Indonesia dari Sabang hingga Merauke, dari Indonesia hingga ke Madagaskar.
    Lingkup mikro termasuklah Pemangkat, kota kecil yang terdapat gunung di tepian laut, ada sungai yang membelah kota, penduduknya multi etnik dan multi agama tetapi tetap toleran. Moderasi beragama bak Piagam Madinah telah "lawas" mereka jalankan, saling menghargai, hidup berdampingan dengan damai, menjaga keamanan, kedamaian, kebersihan kota Pemangkat ASRI (Aman, Sejahtera, Rukun, Ber - Iman), bergaul dengan baik (mu'asyarah bil ma'ruf).
    Itulah pencirian masyarakat Pemangkat yang telah mengamalkan nilai luhur agama dalam praktik nyata keseharian mereka. Potret kecil yang terkadang terlupakan bahwa ada denyut nadi kebersamaan dalam keragamaan etnisitas. Moderasi beragama model tersebut menjauhkan dari arogansi mayoritas dan tirani minoritas, tapi tumbuh subur prinsip berbagi (take and give). Nilai agreement in disagreement (setuju di dalam perbedaan ketidaksetujuan) adalah cetak biru (blue print) Negara Madinah yang bersama dibangun oleh Muhammad bin Abdullah diantara puak-puak suku Yahudi, Bani Qainuqa, Bani Quraidzah, Bani Nadir dan 73 sekte Yahudi lainya, disamping Kristen Najran.
    Informasi selayang pandang Pemangkat belumlah  dirasakan seutuhnya,  jika tidak menikmati kuliner di Pemangkat, semalam di Pemangkat. Ada hidangan kopi yang hangat, goreng pisang dan bakwan, nasi goreng ala Pemangkat, mie tiau Pemangkat,  apam pinang, hingga bubur pedasnya. Rasa ini yang mengundang untuk berkunjung ke Pemangkat kesekian kalinya.
    Rasa jugalah yang memperkenalkanku dengan Nagara tanah bertuah, dengan kiriman "rabuk ulahan acil di Nagara". Rabuk berasal dari iwak haruan dijadikan sejenis "abon". Bergizi tinggi karena campuran "nyiur", iwak, dan rempah-rempah Nusantara lalu digoreng dengan nyala api yang standar hingga kering, renyah dan enak di lidah. Rabuk ini bahkan kubawa saat menunaikan haji tahun 2010, rabuk juga menjadi hidangan istimewa keluarga kami, sebagai kiriman acil Ijam tersayang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN