ALWADA' RAMADAN - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
ALWADA' RAMADAN
Selamat jalan
Ramadan. Belum sempurna Ramadan
kami. Terasa hanyar berucap Marhaban ya
Ramadan. Sudah separuh Ramadan pergi, kan separuhnya lagi siap berlalu. Sedang Covid 19 semakin menjadi. Pandanglah kami ya Allah yang lebih banyak lupa
dari pada ingat kepada Mu. Lebih banyak kufur dari pada syukur. Lebih banyak celoteh dari pada diam. Lebih pandai menilai orang lain salah dari
pada meratapi diri. Lebih banyak
berkomentar tentang keluarga orang lain,
dari pada muhasabah diri. Lebih
sering membandingkan diri yang benar,
ahli silaturrahmi, ahli
tahajjud, sedang orang lain di matanya
tidak seperti dirinya yang mukhlisun,
shalihun, abidun, muttaqun,
muflihun. Ibarat kata pepatah : Mengukur
baju di badan orang lain. Berhentilah jadi
hakim bagi diri dan keluarga orang lain.
Jangan engkau pasang toga dan jubah peradilanmu. Nanti,
membuat engkau sombong,
angkuh, pongah, lalai,
lengah dalam menghisab diri.
Kelak, kamu menjadi Firaun
beserta pengikutnya yang Allah jerumuskan kamu ke dalam adzab yang sangat
pedih. Tunggu waktunya, kita sama menunggu (janji dan ancaman) Allah SWT.
Surga atau neraka, aku juga
sedang menunggu.
Ramadan bukan
banyaknya bilangan rakaat yang dibanggakan,
tetapi indikatornya sejauh mana engkau bisa menjaga lisan dan laku
perbuatan, serta hati dalam kancah
kehidupan keseharian ini. Menjaga rukun
qauli artinya ucapan, WA dan twittermu
sudah salat belum ? Atau kamu rajin salat dengan fasahah
bacaan, tapi ucapan lafadzmu menyakitkan
hati saudaramu, ketika itu, Alllah SWT tidak butuh kepada salatmu. Malah,
salatmu menjadi hijab (dinding)
antara Allah dengan hatimu. Salat
semacam ini melahirkan dosa, tidak mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar
(Al Ankabut, ayat 45). Dawuh (nasehat
), baginda memperingatkan : yusalluna wala yusallun (mereka salat tapi tidak salat). Menjaga rukun fi'li, rukun perbuatan, sikap,
perilaku di dalam dan di luar salat,
harus terkontrol, terukur kebaikan,
keabsahannya, kesalihannya, kesabarannya,
ketenangannya,
tumakninahnya, kedamaiannya di
dalam, lebih lagi di luar salat. Jika tidak,
salatmu hanya dagelan atau overa.
Rukun qalbi (rukun hati), hatimu
hadir kepada merasakan Dzat Allah. Atau,
di dalam salat menghadir rumah,
mobil, motor, sapi, kambing, ayam,
tanah, maka yang bertengger di
atas kepalamu ketika salat adalah kambing,
ayam atau lembu. Inilah hati yang syirik di dalam salat. Tidak aneh,
jika perilakunya di luar salat seperti tikus yang suka mencuri dan
korupsi. Seperti anjing yang suka
menyalak, suka menjulurkan lidah sewaktu
kenyang dan lapar. Tidak malu memakan
harta dari sumber pendapatan dan penerimaan yang haram dan dikeluarkan untuk
keperluan yang haram seperti babi, suka
pada kemegahan, kebesaran, sanjungan,
pujian, popularitas, ketenaran,
panggung, tepuk tangan sorak
sorai, suka pada keramaian, ketawaan,
pesta pora makan minum, pesiar
timur barat, gelang emas perak, cincin
jambrut, yaqut, akik,
pualam, mutiara, permata mulia semuanya menjadi kendaraan
kesombongan seperti burung merak. Pelaku
salat seperti pelaku binatang jinak dan binatang buas ini, begitulah kualitas saat dibangkitkan dari
kubur masing - masing.
Gambaran
ibadah yang engkau datangkan kepada Allah pada hari Qiyamat, sangat mempesona, menggunung,
membahana. Lalu, seluruh ibadahmu ditiup angin, tidak tersisa lagi walau sedikitpun seperti
tanah yang tandus dan licin, terbang
ditiup angin tidak tersisa (haba-an
mantsura). Inilah ibadah bagi orang yang
suka mencela, lalai dalam praktik nilai
kebaikan salat saat di luar salat,
riya' dengan salat dan
kebaikannya, serta suka mendebat Allah
dan hamba Nya dengan alasan tidak mau membantu dengan barang-barang yang
berguna (almaun).
Amal yang
dipersekutukan dengan Allah, ada motif lain
yang menyertai Allah, sedikit atau
banyak, amal ibadah tersebut tertolak.
Al Wada'
Ramadan membangunkan kembali kesadaran,
bahwa kita tidak memiliki apa - apa,
datang dan pergi Ramadan merupakan sifat makhluk. Hari ini kita diajarkan bahwa apapun yang
sifatnya makhluk pasti fana, musnah, hilang dan bersifat kesementaraan.
Merugilah mereka yang menyembah Ramadan, sementara lalai menyembah Tuhan
Ramadan. Merugilah mereka yang menyembah
rumah Tuhan. Tapi, Sembahlah Tuhan pemilik rumah ini. Bukti mereka menyembah Ramadan, setelah Ramadan mereka tidak lagi menyembah
Allah, Sang Maha Pemilik Ramadan.
Ramadan boleh pergi, Allah SWT Maha
Hidup Kekal tidak akan mati dan tidak akan pergi. Dia Allah SWT abadi selamanya (Al.
Baqarah ayat 255, Ali Imran ayat
18).
Pembiasaan
diri sepanjang malam dan siang Ramadan berlanjut menjadi kebiasaan sebelas
bulan yang akan datang, hingga kita
menemui Ramadan tahun depan. Inilah
pendidikan, pelatihan, dan pengajaran dari Allah SWT berskala siklus
tahunan. Ramadan sebagai bulan
latihan (syahrur riyadhah), bulan pendidikan (syahrut tarbiyah) dengan
agenda latihan dan didikan Allah, sebuah
rangkaian proses menuju taqwa, puasa dan
menjaga sunnah dan adab-adabnya, salat
malam, tarawih, sadaqah,
infaq, zakat, tilawah al Quran, memohon ampun di waktu sahur dan
berbuka, dan amaliah sunnah di bulan
suci Ramadan, memungkinkan hamba Allah keluar dari Ramadan Karim menjadi alumni
- alumni sekolah Ramadan, di dalam
bahasa Al Qur'an, minadzulumati ilan nur
(dari gelap menuju cahaya), atau dalam
sabda Nabi Muhammad saw : Kayaumi waladathu ummuh (Seperti hari ketika dia dilahirkan dari
rahim ibunya), tanpa noda, nista dan
dosa. Disebabkan disucikan Allah dengan
amaliyah kesucian di bulan nan suci,
Ramadan Mubarak.
Penjagaan
terhadap fitrah kesucian di hari nan fitri
merupakan modal menapaki dan menjalani bulan - bulan selanjutnya, untuk kita reuni kembali di tahun yang akan
datang. Selamat jalan Ramadan.
Komentar
Posting Komentar