BULAN AMPUNAN - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 

(Photo :  Raudhah Masjid Nabawi)

BULAN AMPUNAN

Ramadan wasi'ah maghfirah (penuh ampunan),  betapa royal Allah SWT menabur keampunan dan membagi kemaafan teruntuk mereka yang berpuasa di siang panas terik matahari bersengatan,  seraya menyalakan cahaya salat malam ketika gelap gulita pekat merayap menghitamkan bumi.  Allah SWT memberkati setiap waktu yang berlalu,  detik menit orang yang berpuasa.  Napasnya menjadi tasbih,  lelahnya berbuah ibadah.  Allah SWT berfirman dalam Hadits Qudsi,  artinya : Puasa untukKu,  dan Aku yang membalasnya. Alangkah tinggi tak terkira,  tak terjangkau nilai pahala puasa,  hingga menjadi pertanda ibadah tersembunyi penuh kerahasiaan rahasia hamba  - Aku,  Aku - hamba (sir).  Sir dalam ruhi tiada terbaca,  tiada tertulis, tiada terhitung pahala di sisi Allah Al Kamal. Maksudnya,  sejauhmana kualitas puasa untukKu,  sejauh itu pulalah kerahasiaan ridha,  ampun maaf Ku,  sayang kasihKu,  cinta dan perhatianKu,  naung dan lindunganKu.

Ketersambungan dan keterhubungan hamba dengan Allah menjadikan seluruh proses ibadat merupakan kerahasiaan.  Disinilah idealnya niat ikhlas semata karena Allah SWT tidak ada tuhan  - tuhan lain yang bisa menjelma lewat berhala harta,  tahta dan wanita.  Duduk pada maqam (posisi)  kehambaan adalah menjadi tiada (adam),  tidak berpunya (adam),  tidak berkuasa (adam),  serta merta menegakkan hak mutlak Ketuhanan dan selendang kebesaran Nya. Selendang yang hanya milikNya sebagai Sang Empunya (Al Jamal, Al Jalal,  Al Kamal,  Al Qahhar).  Siapa yang mengambil atau memakai selendangKu,  Kulemparkan ke neraka Jahannam yang paling bawah.  Jangan ada diantara kita yang mengalungkan selendang hak Ketuhanan,  baik itu nama dan sifat Al Jamal (Keindahan),  Al Jalal (Kebesaran),  Al Kamal (Kesempurnaan),  Al Qahhar (Keperkasaan).  Pakaian manusia adalah kain kafan kematian, terdiri dari summun ( tuli),  'umyun (buta),  bukmun (bisu),  jahlun (bodo),  terhimpun pada kalimah La ilaha illallah  (tiada tuhan - tuhan yang puja puji kecuali Allah)  Muhammad Rasulullah (Muhammad pesuruh Allah).

Hamba tiada mengaku hebat,  tiada mengaku tahu,  tiada mengaku kaya berharta,  tiada mengaku berkuasa berpangkat bertitel sok mengatur.  Tapi serahkan seluruh atribut dan perlambang kehormatan kepada Allah Al Jalal. Tidak ada seluruh makhluk yang dapat memberi manfaat dan mudharat tanpa idzin dari Allah Al Qahhar.  Pada nuktah ini,  dapat membuat kita mengerti dari Allah,  betapa banyak dosa kita kepada Allah SWT.  Ternyata, banyak diri - diri,  hawa nafsu diri telah berani bertanding dengan Allah SWT Al Jalal.  Mengaku diri pintar,  mengaku diri hebat,  mengaku diri yang ibadah,  mengaku diri yang shalih,  mengaku diri benar dan pengajar kebenaran,  bukankah Al Haq hanya milik Allah semata.  Ucapkan : Maha suci Allah Tuhanmu Tuhan Maha Tinggi dari apa - apa yang mereka persekutukan,  dari apa - apa yang mereka sifatkan tentang Allah yang tidak layak bagiNya.

Bermohon ampun yang utama dan pertama kepada Allah SWT,  sebanyak apapun ibadahmu,  jika Allah tidak ridha,  termasuk ke dalam kategori munafik dan musyrik.  Bukan banyaknya bilangan rakaat ibadah, tapi kepada siapa ibadah itu engkau tujukan  ?  KepadaKu atau kepada selain Aku  ?  Kepada manusia  ? Kepada jabatan,  kepada pangkat,  kepada popularitas nama  ?  Pada hari akhirat nanti,  memintalah syafaat kepada mereka,  jangan kepadaKu  (Allah),  karena engkau telah bersyarikat dalam menyembahKu  (banyak atau sedikit).  Dimana manusia yang telah engkau jadikan persyerikatan dalam menyembahKu  !? Panggil  !  Dan meminta tolonglah kepada mereka  ! Jangan kepadaKu.  Tempatmu jelas di neraka,  bagi mereka yang syirik,  kufur,  takabbur,  dzalim,  fasik,  munafik,  masuklah ke dalam neraka Jahannam beserta pembesar dan tuan - tuan pemimpinmu di dunia,  yang telah menyesatkanmu dari jalanKu.  Masuklah ke Jahannam bersama Firaun, Haman dan pembantu - pembantunya.  Kamu abadi kekal selama  - lamanya, tiada penolong seorangpun,  tidak dikurangi sedikitpun adzab siksa pedih yang menimpa mereka.

Pada hari Kami panaskan emas perak yang dahulu engkau banggakan di dunia.  Pada hari Kami tutup kepala dan wajahmu dari timah tembaga kemudian Kami tuangkan timah mendidih di atasnya,  inilah balasan bagi ilmuan dan teknokrat yang sombong dengan analisis ilmiahnya sambil tertawa mengenyampingkan Tuhan,  dahulu ketika mereka di dunia,  di kampus,  di kantor,  di laboratorium, di forum diskusi ilmiah telah mempermalukan,  mempermainkan Allah,  hanya percaya kepada data,  fakta,  riset,  yang kata mereka ilmiah.

Pada hari Kami menutup mengunci mati mulut mereka  (Yasin ayat 65), karena mulut sangat banyak dusta yang menjadi sarang dosa.  Mulut tempat kita mencela,  mulut tempat kita menyumpah seranah,  mulut tempat kita ingkar janji,  mulut tempat kita mengumpat,  mulut tempat kita marah,  menghardik menumpahkan seluruh kekesalan,  mulut tempat kufur menghina dina Allah,  mulut sarang dusta.  Hari ini mulut itu dikunci rapat. Tangan yang berbicara,  kaki memberikan kesaksian atas apa yang mereka lakukan.  Berhentilah merendahkan, meremehkan orang lain karena kebodohannya,  kemiskinannya yang mungkin tidak selevel dengan kepintaran kita.  Hakikatnya kita tidak pintar.  Pintar dan cerdas milik Allah. Beragama tidak menunjuk orang lain,  tapi ujung jari dan ujung pedang beragama tujukan ke diri sendiri.  Beragama praktik mengevaluasi diri,  bukan mengevaluasi orang lain. Moncong senjata beragama arahkan ke dalam diri,  bukan ke luar diri.

Doa orang yang teraniaya,  terdzalimi qabul dihadapan Allah,  Allah beri balasan siksa yang setimpal di  dunia dan di akhirat,  walau yang terdzalimi itu orang kafir.  Dosa - dosa inilah yang tak tersadari oleh pelakunya. Penghujung masa nanti,  manusia banyak yang mabuk dalam arti,  tidak melihat dengan matanya,  tidak mendengar  dengan telinganya,  tidak merasa dengan hatinya,  mereka itulah binatang ternak,  bahkan lebih sesat.  Mereka itulah orang-orang yang lalai (Al A'raf ayat 179). Deretan kriminal yang dibuat manusia pelupa dan pendosa,  durhaka dan durjana aniaya,  bahkan dengan amanah ilmu,  jabatan,  harta,  sarjana bukan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Malah,  semakin jauh dengan Allah lewat rekayasa ilmiah dan regulasinya ingin menutup cahaya agama Allah dengan teori dan penelitian ilmiah mereka.  Ini merupakan akibat dari pembacaan alam yang tidak diawali dengan nama Allah yang Maha Menciptakan,  seharusnya terhenti pada titik akhir pembacaan (iqra'),  yaitu bersujudlah dan mendekatlah kepada Allah  (wasjud waqtarib). Tanpa pembacaan beralas nama  Allah yang Maha Pemurah, Dia mengajarkan manusia dengan perantaraan pena,  hanya akan melahirkan ilmuan sekuler,  hedonis, materialis,  agnostic, dan menyatakan dengan sombong : bahwa Tuhan sudah mati.

Kesadaran bertuhan sangat penting,  tidak sekedar semarak ritualistik beragama.  Kalau Nabi Muhammad SAW disuruh hanya berbuat baik,  sudah selesai urusan ummat ini,  tidak membutuhkan masa 23 tahun rentang kewahyuan dan fase kenabian (fase Mekah selama 10 tahun,  fase Madinah selama 13 tahun).  Tapi ada misi / risalah profetik yang diusung beliau sebagai titah langit.  Menegakkan keadilan,  kemakmuran,  kepedulian,  kasih sayang kepada yang lemah,  mendidik,  mengajar,  memperkenalkan yang haq untuk diikuti dan menyingkirkan yang batil,  memperbaiki iman,  islam,  pendidikan,  perekonomian,  etika politik santun,  etika bisnis dan perdagangan,  hukum,  keamanan dan keselamatan duniawi dan ukhrawi.

Jangan terjebak bahwa sewaktu kita memakai kopiah sudah merasa sangat shalih,  padahal tangan kita telah banyak menyengsarakan nasib hidup dan hajat orang banyak atas nama regulasi. Menghambat studi dan karier yang berhak sementara dia tidak kita senangi,  lalu mengangkat seseorang yang tidak profesional di bidangnya gara - gara kedekatan famili,  suku bangsa,  berakibat kita mendzalimi hak - hak orang lain.  Dosa sosial ini tidak terhapus dengan menangis di sajadah tebalmu.  Kapling Hablumminannas ini selesaikan secara kemanusiaan karena dimensi horizontal.

Sudah saatnya sekarang merefleksi diri dengan kritik,  jangan membuai dengan surga-surga yang mengalir sungai - sungai di bawahnya,   ada sungai arak,  sungai madu,  susu dan air jernih,  pelayan dan bidadari bak mutiara yang bertaburan,  sementara di hati kita penuh dengki,  sombong,  su udzdzan,  tamak haloba,  kikir kedekut,  merasa diri lebih dari orang lain (ujub),  menyengsarakan hidup orang lain,  janji yang tidak pernah ditepati,  pendusta besar. Deretan dosa tersebut yang harus kita selesaikan dulu,  sebelum melangkah pergi menuju salat sunnah tarawih. Selamat menata diri ke arah yang lebih baik.

Bulan ampunan yang hanya tersisa beberapa hari lagi ini,  Ramadan  1442 H/2021 M, belum tentu kita bisa hadir di tahun 1443 H/2022 M.  Dalam hitungan singkat ini,  mari mawas diri,  perbanyak memohon ampun kepada Allah. Terutama 10 hari terakhir Ramadan,  jauhkan lambung dari tempat tidur,  jauhkan diri dari bantal guling.  Banyaklah munajat kepada Allah. Banyaklah berdzikir hati,  tafakkur merenungi diri yang lemah tiada berdaya upaya  (la haula wala quwwata)  kecuali dengan Allah  (illa billah).  Bergerak dengan nama  Allah (bismillah),  atas idzin Allah  ( alallah)  dari  Allah  (minallah),  kembali semua perkara kepada Allah (ilallah).  Mungkin momentum yang tak terulang lagi di tahun hadapan,  sembari waktu mustajabah,  malam dan siang Ramadan,  waktu sahur dan berbuka puasa.  Sahur merupakan waktu paling mustajabah memohon ampun dan maaf kepada Allah. Dalam berbicara dan berbisik cinta berjinak dengan Allah  (al - unsu billah),  merapat kepada negeri berkekalan dengan Allah,  dan merenggang dari negeri - negeri tipu daya serta merajut cinta dengan Allah (mahabbah billah) dari hati yang bergetar (waqulubuhum jillah) karena takut kepada tamparan Allah, siksa,  murka,  marah dan laknat Nya.

Tiada terasa air mata berlinang terasa hangat membasahi pipi,  bersumber dari kehangatan cinta kepada Nya,  dalam bingkai taat.  Mulut terasa kelu,  hati bergetar,  jiwa menangis syahdu,  wajah sendu rindu- merindu - berharap rahmat  - takut akan adzab - Allahumma innaka 'afuwwun karim,  tuhibbul 'afwa fa'fu anna ya Karim (Ya Allah,  sungguh Engkau Maha Pemaaf,  Maha Pemurah,  Engkau mencintai kemaafan,  maafkanlah kami).

Beratus berjuta kali doa dipanjatkan,  disembah - haturkan kepada Allah,  setiap kali dibaca,  direnungi, dihayati,  air mata terus mengalir deras,  terbayang dosa  - dosa yang dilakukan,  malu pada diri yang diciptakan untuk berbuat nista,  aniaya,  dusta,  egois,  hedonis,  materialis. Ya Allah,  jadikan Ramadan yang Engkau muliakan ya Karim.  Muliakan kami dengan ampunanMu,  jangan Engkau hinakan kami di akhirat nanti.  Jaga dan peliharalah anak cucu beserta keturunan setelah kami dalam Iman,  Islam dan Ihsan.

Langit dan bumi Ramadan,  dataran,  lautan dan medan-medannya berseru ceria bergembira  ria - suka cita, tentang cerita Ramadan.  Penghormatan kemuliaan berbudi tinggi menyambut mereka yang taubat (kembali)  ke pangkuan haribaan ridha,  ampunan,  rahmat barkah TuhanNya.  Tuhan campakkan hidayat pada hati yaqinnya : Tubu  ilallah (Kembalilah kepada Allah), fafirru ilallah (Berlarilah menuju Allah)  tinggalkan perbuatan fahsya' wal mungkar.  Bersimpuh bersujudlah kehadapan Tuhanmu,  hingga datang kepadamu hari yang yaqin (Al Hijir,  ayat 99).

Sembahlah Allah dengan setulus,  semurni,  sebening,  sehening,  seputih,  sebersih hati yang telah disucikan Allah untukmu,  hingga engkau memasuki surga dengan ridha Nya.  Bersihkanlah dan sucikanlah kami di dunia,  sebelum ajal tiba merenggut jiwa dan napas kami terhenti. Taubat,  maaf dan ampun dariMu dan kembali kepadaMu jua ya Tawwab. Berkat Rasulullah SAW mengajari kita bacaan Sayyidul Istighfar.  Kalimah thayyibah berupa pengakuan dosa yang terus bertambah,  sementara kurang syukur,  malah kufur kepada Allah Al Ghafur.

Resapi kata demi kata,  kalimat demi kalimat membuncah jiwa,  menggoncang pandangan batin tiada berdaya,  tersungkur bersujud dan  menangis (Maryam/19, ayat 58). Sayyidul Istighfar merayap ke tulang sumsum, kulit bulu,  mengalir deras aliran darah,  berdenyut nadi berdzikir napas beriring dg doa lirih.  Artinya  : Allahumma anta rabby,  La ilaha illa anta  ... (Ya Allah, Engkau Tuhanku,  tidak ada Tuhan kecuali Engkau   ...   Engkau menciptakanku. Aku terikat janji denganMu,  aku berusaha memenuhi janji itu sepenuh jiwaku. Kuakui betapa banyak nikmatMu yang Engkau curah limpahkan kepadaku.  Dan kuakui pula dosa  - dosaku ini.  Ampunilah aku,  karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.

Ada doa yang disampaikan dan diajarkan Nabi Muhammad SAW dari jalur sanad mutawatir yang artinya  : Ya Allah,  ya Tuhan kami,  sungguh kami meminta kepadamu dengan seluruh nama yang ada padaMu.  Yang Engkau simpan di dalam diri Mu,  atau yang Engkau turunkan di dalam kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang diantara makhlukMu,  atau yang tersembunyi di dalam ilmu ghaib pada sisi Mu.  Jadikanlah Al Qur'an yang agung sebagai musim semi di hati kami.  Cahaya pencerah hati kami,  menjadi kepergian duka lara - gundah gulana kami,  menjadi pengusir nestapa,  tangisan dan kesedihan kami.

Perbanyaklah membaca doa saat hari huru hara,  wabah melanda,  musibah silih berganti datang menerpa,  fitnah dunia merayap membungkam seketika,  ketakutan,  kecemasan dimana saja,  amanah dilempar yang fakir, miskin dan yatim tinggal merana,  marah meraja lela,  lelah batin lelah tenaga,  kekejian,  kekejaman,  kejahatan bersimah - raja lela.  Saat itu,  bermohon kepada Allah akan rahmatNya,  perlindunganNya,  dan bacalah Surah Al Kahfi.

Dzikir dan doa akhir zaman,  tidak lupa baginda Nabi Muhammad SAW  sampaikan kepada umat beliau secara turun  - temurun,  dari generasi ke generasi bersilih ganti,  sampai dan datanglah kepada kita hari ini : Allahummaqsim lana min  ...  ... (artinya,  Ya Allah  ...Ya Tuhan kami,  bagikanlah kepada kami sebagian rasa takut kepadaMu,  yang menjadi perintang antara kami dan maksiat kami,  jadikan ketakutan kepada Mu penghalang maksiat kami kepadaMu.  Sebagian taat kepada Mu yang dapat menyampaikan kami kepada surgaMu.  Sebagian yakin yang membuat kami menganggap kecil musibah dunia.  Ya  Allah ya Tuhan kami,  berilah kenikmatan dengan pendengaran kami,  penglihatan kami,  kekuatan kami sepanjang hidup kami.  Jadikanlah nikmat itu kami warisi.  Berilah kemenangan bagi kami terhadap orang yang mendzalimi kami. Tolonglah kami atas musuh - musuh kami.  Janganlah Engkau jadikan musibah di dalam agama kami.  Janganlah Engkau jadikan dunia sebagai perhatian terbesar kami dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai pencapaian tertinggi ilmu kami.  Dan janganlah Engkau utus kepada kami,  pemimpin yang tidak melindungi kami,  dan pemimpin yang tidak menyayangi kami serta pemimpin yang tidak takut kepada Mu.  Amin. Selamat menata diri ke arah yang lebih baik.  Selamat jalan Ramadan,  semoga kami yang engkau tinggalkan,  dapat menetapi janji kemuliaanmu,  duhai Ramadan bulan kami,  bulan umat Nabi Muhammad SAW.

Kalam akhir,  ikhtitam,  selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan.  Selamat sahur hingga berbuka.  Selamat menata dan mengatur hati.  Diri yang terbina kokoh,  terbina taqwa,  dengan berhias terbaik terindah menjelma pada akhlak karimah, budi baik mahmudah,  cermin keheningan dan kebeningan jiwa sukma,  terasah asih asuh selama Ramadan Halim.  Ramadan tiba dan pulang serasa singkat.  Bak tamu yang bertandang mengetuk daun pintu lalu pergi, tanpa kelihatan bekas jejak.  Belum sempat kami bercinta dengan mu Ramadan,  belum bersua kami membuang rindu pada mu Ramadan,  sejak Rajab - Sya'ban kami menanti kedatanganmu Ramadan,  belum  puas kami dalam memenuhi keluhuran dan kebajikan hikmah salat malam Ramadan,  tilawat al Qur'an malam - siang Ramadan.  Belum basah dari kering tenggorokan kami dari air wudhu Ramadan.  Sangat kurang rawatib dan nawafil serta khusyu' khudu' Ramadan kami.  Sangat lemah kesadaran kami membaca tanda - tanda cinta darimu yang datang Sang Ramadan.  Ya Allah,  tolong kami yang ringkih ini,  bongkahan hati kami yang gelap gulita memandang rahmat dan amanat dariMu. Didik kami dengan lemah lembut,  kasih cinta,  sayang dan penjagaan dari  Mu ya Wakil,  ya Hafidz,  ya  Wali,  ya  Muta'al. Jinakkan hati kami pada cinta Al Qur'an,  Iman dan jadikan hiasan busana kami,  bencikan kami pada kekufuran,  kedzaliman,  kesombongan,  marah angkara murka,  durjana,  durhaka,  dosa,  aniaya,  menghina,  mengumpat,  menfitnah,  menghujat,  riya',  sum'ah,  'ujub. Bersihkanlah hati kami,  seperti kain kafan yang bersih dari najis dan kotoran,  karena dibersihkan dengan air,  salju,  dan es.  Tidak bisa didustai,  sedih - susah  - pilu - payah - duka - lara kami melepas kepergianmu duhai Ramadan Adzim. Andai sekiranya boleh kami mengadu pada Mu ya Rab,  ya Tuhan kami. Ya  Allah. Beri ijin dan restu kami mendulang terus kebaikan barkah Ramadan sampai ujung napas kami berhenti berdetak.  Kami haqqul yaqin,  berilah keberkahan Ramadan ini,  di tahun ini,  Engkau Maha Pemurah dalam pemberian.  Maha Hadir di setiap relung jiwa kami,  di setiap lorong hidup  -  mati kami.  Semoga kami yang beruntung karena Engkau hadiahkan dan saksikan kehadiran Ramadan kepada kami tahun ini,  belum Engkau cabut kami,  terangkat terpanjat syukur segala puji bagiMu Tuhan,  Allah Maha Pencipta,  Pemelihara,  Pengasuh,  Pendidik seisi alam jagad semesta raya.  Tangisan kami seiring beserta dengan tangisan pilu sedih sedu-sedan tangisan langit,  bumi,  air,  tanah,  angin,  api melepas - memisah kepulangan Ramadan,  sungguh belum tentu kami bisa mendapatkan idzin restu dari Mu ya Allah Maha Pengasih Maha Penyayang,  bersua kembali kasih sayang Ramadan Mu ya Allah,  umur kami semakin menua,  kesehatan kami semakin menurun,  mata kami semakin kabur,  telinga kami semakin lamur,  kulit kami semakin kendur,  uban kami semakin bertabur.  Jika Engkau panggil kami,  sebelum menemui Ramadan tahun depan,  kami bermohon dengan Nama Kemurahan Mu,  dengan jiwa kami yang berada di dalam genggaman tangan Mu,  dengan kebenaran hidayah Mu,  dengan kehormatan pangkat Nabi kekasihMu,  Rasulullah Muhammad SAW,  wafatkan kami bihusnil khatimah (ujung kematian sebuah penutup kehidupan yang terbaik).  Selamat jalan Ramadan,  mudahan kami yang Engkau tinggalkan,  sudi kembali datang  kepangkuan, keharibaan jiwa kami di tahun depan. Mudahan kami yang ditinggalkan, bisa menjaga nilai luhur berbudi yang Engkau pesankan.  Menjaga diri untuk tidak tercebur ke lembah nistanya dosa,  keakuan diri selubung nafsu jahat,  mudahan kami bisa menepati janji setia Ramadan,  kesucian dan kemuliaan yang dikandung Ramadan,  bulan umat Nabi Muhammad SAW.

(Khusnul Khatimah - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag)
https://youtu.be/TgCSB2t4740



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN