IDUL FITRI - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 

IDUL FITRI

Makna Idul Fitri dapat diartikan pengulangan atau daur ulang yang popular di kalangan elektronik,  restart.  Mungkin pelacuran diri atau banyaknya virus yang masuk sistem imun tubuh kita terasa rentan dan berat serta lama derita menjalani hidup,  hidup terasa beban.  Dalam bahasa agama,  beratnya jalan dalam komputer hidup kita,  disebabkan dosa  (dzanbun jama'nya dzunub).  Secara bahasa dzanb artinya ekor.  Anatomi tubuh yang ikut menyempal pada tubuh,  sebenarnya tidak perlu karena memberatkan,  menyesakkan jalannya napas komputer kehidupan.  Walau di tubuh kita sudah ada anti body atau anti virus yang disiapkan Allah SWT terlebih dahulu pada susunan tubuh manusia dalam lingkaran 30 huruf hijaiyah terurai pada tubuh kasar Adam. Tidak cukup alarm itu,  Allah sediakan peringatan (warning)  berupa peringatan bala' seperti sakit,  jatuh miskin,  dihinakan,  diperangi,  dilaporkan,  dipecat,  dicopot. Atau,  peringatan yang bersifat nikmat seperti kekayaan,  kecerdasan,  kesehatan,  kelapangan,  kebahagiaan,  kegembiraan,  kemudahan,  terkadang lewat medan-medan ujian nikmat,  manusia banyak yang lupa kepada Allah,  lupa kepada hisab pada hari perhitungan ( yaumul hisab),  lupa kepada Allah bahwa kelak akan dimintai pertanggungjawabannya selama hidup di dunia.

Jiwa yang gamang dan mudah terpedaya oleh bujuk rayu duniawi  yang berawal dari meresahkan sesuatu yang belum datang,  serta menyesali dan meratapi masa yang telah berlalu, telah menyibukkan manusia memikirkan sesuatu yang tidak pasti baginya,  sedang ilmu pada sesuatu yang sudah sangat pasti,  telah Allah SWT tetapkan 500 tahun sebelum adanya alam ruh,  tentang rezeki (ada yang Aku luaskan,  dan ada yang Aku sempitkan diantara hamba-hamba yang Aku kehendaki),  tentang jodoh,  tentang maut,  tentang kebahagiaan dan kesengsaraan.  Mengimani Qada dan Qadar baik dan buruk datang dari Allah SWT membuat hidup menjadi damai dan tenang.  Ketenangan merupakan modal utama untuk meraih fitrah diri.  Fitrah penting, sebab dalam fitrah inilah asal mula atau semula jadi penciptaan,  yaitu wa - ana minal muslimin (dan aku termasuk bagian dari hamba Allah yang berserah diri),  dan atas dasar (pondasi)  muslim (berserah diri)  agama Islam yang lurus dan hanif ini ditegakkan. Allah SWT berfirman dalam Ar Rum (30) ayat 30, artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam),  sesuai fitrah Allah (Tauhid),  disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.  Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.  Itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  Ternyata,  dari ayat ini bahwa fitrah telah tersimpan pada jiwa manusia berupa fitrah bertauhid (mengesakan Allah), mafhum mukhalafahnya adalah bahwa syirik merupakan penyimpangan terbesar dalam sejarah ummat manusia,  penyalahan dan dosa teramat besar,  disadari atau tidak disadari.  Telah banyak menjelma dalam setahun ini syirik berupa sekutu bagi Allah dalam menyembah dan mempersembahkan hidup mati,  bahwa masih ada kecintaan,  kekuatan,  kebesaran,  kehormatan,  kebaikan Allah beserta sekutu - sekutunya,  apakah itu menjelma mewujud dalam rupa harta,  tahta dan wanita.  Id yang bermakna kembali seharusnya mampu membersihkan jiwa kepada fitrah jiwa agama Islam yang membawa kembali kepada kebaikan menuju kemenangan di hari kemenangan (karena telah mengalahkan hawa nafsu dengan kendaraan makan,  minum,  dan perbuatan keji dan mungkar dengan puasa Ramadan).

Idul Fitri merupakan hari kemenangan tauhid atas syirik.  Arti  membesarkan Allah serta merta arti mengecilkan makhluk terkadang banyak dijadikan tempat bertengger tuhan - tuhan kecil. Idul Fitri hanya menuhankan Allah sebagai hasil dari proses didikan puasa Ramadan berupa mengenyampingkan,  menyingkirkan dan membasmi tuhan-tuhan kecil (ilah)  dalam wadah hawa nafsu.  Hawa nafsu hanya dapat dilemahkan,  dikalahkan,  diarahkan,  ditundukkan,  ditaklukkan dengan puasa Ramadan,  mengekang yang menjadi kendaraan hawa nafsu,  yaitu makan,  minum dan sex.  Ketika gemilang Ramadan kita berhasil,  hari inilah kita merayakan Idul Fitri.

Idul Fitri hanya berhak dirayakan oleh mereka yang berpuasa Ramadan.  Sedang mereka yang tidak berpuasa Ramadan  (tidak ada udzur syara'), berarti telah kehilangan hak untuk merayakan Idul Fitri.  Bagi mereka yang menentang,  melawan kewajiban puasa Ramadan (tanpa ada udzur yang dibenarkan syara'), kewajiban mereka bukan merayakan Idul Fitri,  mereka berkewajiban bertaubat kepada Allah,  itulah yang lebih pantas bagi mereka,  jika mereka mengetahui.  Kalaupun mereka masih merayakan Idul Fitri,  Idul Fitri mereka hanyalah perayaan semu  (palsu),  atau sekedar ikut adat istiadat masyarakat yang berskala tahunan.

Sebab,  Idul Fitri hadir karena adanya puasa Ramadan,  orang yang dengan sengaja (tanpa udzur syara') meninggalkan fardu puasa Ramadan,  maka dia tidak diterima puasanya itu,  walaupun dia menggantinya seumur hidup,  karena puasa Ramadan bagian dari bangunan rukun Islam yang lima. Sama halnya dia telah keluar dari bangunan Islam,  syahadat,  salat,  zakat,  puasa Ramadan dan haji bagi yang mampu.  Begitu juga dengan perayaan Idul Qurban,  hari kemenangan agung (yaumul adha) itu hadir,  karena adanya qurban. Tanpa puasa Ramadan tidak ada Idul Fitri,  tanpa qurban tidak ada Idul Adha.  Dengan berpikir proses causalitas ini,  Allah SWT banyak sekali menggugah : Afala ta'qilun (apakah kamu tidak berakal ?),  afala tatafakkarrun (apakah kamu tidak memikirkan  ?),  afala tubsirun (apakah kamu tidak melihat ?), afala tandzurun (apakah kamu tidak meneliti,  memperhatikan ?), afala tasyhadun (apakah kamu tidak menyaksikan  ?), afala ta'lamun  (apakah kamu tidak mengetahui ?), afala tasma'un (apakah kamu tidak mendengar ?), afala tadzakkarun (apakah kamu tidak mengingat  ?), apakah kamu tidak merenungkan.  Apakah engkau tidak melihat bagaimana akibat kaum yang mendustakan  ? Kaum Nuh,  kaum Hud,  kaum Luth,  kaum Syuaib,  kaum Salih,  kaum Musa,  mereka lebih kuat dan lebih kekar tubuhnya dari pada kamu.

Kembali kepada Idul Fitri artinya menjadilah manusia yang wajar,  tidak berlebihan.  Berlebihan dalam harta akan menjadi Qarun,  berlebihan dalam jabatan akan menjadi Firaun.  Kedua tokoh jahat itu hidup semasa dengan Nabi Musa dan Nabi Harun. Baik Qarun maupun Firaun telah menyalahi fitrahnya,  berawal pada diri yang tidak kenal dengan diri.  Merasa harta yang didapat adalah hasil ilmu,  banting tulang dan peras keringatnya siang dan malam bekerja  tiada henti, sehingga bisa mengumpul dan menumpuk harta segunung,  itulah Qarun.  Merasa berkuasa besar menjadi Raja Mesir,  menguasai sungai Nil,  mengaku tuhan alam semesta,  itulah Fir'aun.  Siapapun mereka yang lari dari fitrah penciptaannya sebagai makhluk,  bersiaplah kesengasaraan adzab yang pedih di dunia dan di akhirat.  Manusia yang mengingkari dan mendustakan agama fitrah  (Islam)  artinya tidak berserah diri kepada Allah (Islam,  muslim orangnya),  mereka yang tertipu dengan bunga-bunga kehidupan dunia (zahratul hayatid dunya),  semua itu adalah kesenangan yang sedikit ( mata'un qalil),  kemudian Kami akan lempar mereka ke neraka Jahannam sebagai tempat kembali  (tsumma ma'wahum jahannam),  sejahat  - jahat tempat kediaman  (wabi'tsal mihad).

Kita kembali merayakan Idul Fitri tahun ini karena Allah SWT telah memberikan hidayah kepada kita berupa kemampuan menunaikan puasa sebulan Ramadan.  Firman Allah SWT dalam Al Baqarah ( 2 ) ayat 185 : ... .dan sempurnakanlah bilangan puasamu,  dan besarkanlah Allah  (dengan bertakbir)  atas hidayahnya kepadamu,  mudahan kamu bersyukur.  Inilah manusia yang berhak merayakan Idul Fitri (kembali kepada kesucian)  seperti hari ketika dia dilahirkan dari rahim ibunya (tanpa dosa).  Inilah hari berbuka,  inilah hari perayaan bergembira ria bersuka cita.  Nabi Muhammad saw bersabda  : Untuk orang yang berpuasa ada dua kegembiraan,  kegembiraan saat berbuka (hari raya Idul Fitri),  dan kegembiraan saat berjumpa dengan Tuhannya.

Menurut pendapat Imam Abu Laits As Samarqandi,  menyebut ada lima hari raya. 

  1. Hari raya saat dia menjalani satu hari tanpa dosa.
  2. Hari raya saat kematiannya husnul khatimah.
  3. Hari raya saat bebas dan selamat dari siksa kubur dan masuk ke dalam taman surga di alam kubur.
  4. Hari raya saat dia selamat dari huru hara masa akhirat,  selamat di padang mahsyar,  selamat pada saat menerima kitab catatan amal dengan pemberian dari tangan sebelah tangan,  selamat pada masa berada di timbangan amal (mizan),  selamat dalam meniti  jembatan  (shiratal mustaqim).
  5. Hari raya saat dia masuk ke dalam surga dengan selamat sejahtera dan memandang wajah Allah yang Maha Mulia pada hari  Jumuah di dalam surga.

Al Qur'an al Halim dalam banyak ayat secara implisit menggambarkan kata yang menunjuk pada perayaan,  kegembiraan,  kebahagiaan,  kemenangan,  keberuntungan,  kejayaan seperti kata falah,  farah,  dan seluruh derivasinya.  Misalnya,  pengampunan dari Allah sebuah kemenangan yang besar,  begitu juga kebaikan (kebarkahan)  yang turun dari atas langit atau yang dikeluarkan Allah dari dalam bumi. Ada beberapa hari kemenangan,  kejayaan dan kebaikan diantaranya :

  1. Hari - hari Ramadan.  Sabda Nabi saw,  Telah datang kepadamu Ramadan penuh berkat,  di dalamnya Allah SWT melipat-gandakan pahala hingga tujuh ratus kali di banding bulan yang lain,  Allah sediakan satu malam yang nilai ibadah satu malam itu lebih baik dari pada seribu bulan,  dibukakan pintu -pintu surga,  ditutup rapat pintu - pintu neraka,  dan dirantai para syaitan.  Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharapkan ridha Allah diampuni dosa nya yang telah lalu,  sesungguhnya kebajikan - kebajikan  (hasanat) berkumpul di bulan ini,  doa diijabah,  dosa diampuni,  taat diterima,  kerinduan kepada surga Allah ditumbuhkan  ( HR.  Bukhari dan Muslim).
  2. Hari Idul Fitri,  ...sempurnakan bilangan puasamu,  agungkan Allah atas petunjuk Nya kepadamu...  (Al Baqarah  ayat 185).
  3. Hari Idul Adha, Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak,maka salatlah dan berqurbanlah, sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (Al Kautsar,  ayat 1 - 3).
  4. Nuzulul Qur'an.  Surah Ad Dukhan (44) ayat  2 - 3 : Demi Al Qur'an yang nyata.  Sungguh,  Kami menurunkan Al Qur'an pada malam yang diberkahi.
  5. Maulid Nabi berdasarkan Al Quran surah At  Taubah (9) ayat 128 :  Sungguh,  telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri,  berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami,  dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,  dia penyantun dan penyayang terhadap orang yang beriman. Dalam surah Yunus (10) ayat 58 : Katakanlah  (Muhammad),  dengan karunia Allah dan rahmat Nya,  hendaklah dengan itu mereka bergembira.  Itu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan (di dunia).
  6. Isra  Miraj.  Berdasarkan  : Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hambaNya pada sebagian malam dari masjid al haram ke masjid al aqsha yang kami berkati disekelilingnya,  untuk Kami perlihatkan sebagian tanda - tanda (ayat)  kebesaran Kami,  sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
  7. Hijrah dan Pembebasan Kota Mekah (Fathul Makkah).  Berdasarkan surah Al Fath (48) ayat 1, Sungguh Kami  telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.  Ayat 27 : Sungguh,  Allah akan membuktikan kepada RasulNya tentang kebenaran mimpinya,  bahwa kamu akan memasuki Masjidil haram dalam keadaan aman. Semoga Idul Fitri tahun ini,  memberi kesan terdalam di hati kita,  semakin berbenah diri,  tidak sekedar perayaan tahunan.  Taqabballahu minna wa minkum taqabbal ya Karim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN