NURIJAH (BAGIAN 1) - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
NURIJAH
(BAGIAN 1)
Mengabadikan namanya memiliki seribu hikmah dari perjalanan
hidupnya. Disarikan dari buku Ibu, sebuah pengalaman pribadi yang dititi bersama
penulis. Banyak pelajaran yang
bermanfaat bisa dipetik oleh generasi muda sekarang, terutama kaum hawa. Sketsa wajah kehidupan silih berganti datang
susul - menyusul, tawa tangis,
suka duka, sehat sakit, kaya
miskin, muda tua, lapang sempit, jauh dekat,
tinggi rendah, hitam putih, gelap terang,
mulia hina, pahala dosa, hidup mati merupakan simponi kehidupan saling
menyapa, saling menamai, saling bersinggungan. Walaupun taqdir Allah selalu benar, segala puji untuk Tuhan, Allah SWT.
Mengenang tujuh tahun wafat Nurijah
(Selakau, lahir 18 April 1946.
Wafat 10 Juli 2014), dalam rangka
menyongsong haul ke tujuh inilah,
tulisanku mendarat di pena virtual monitor pembaca. Tidak berlebihan sekiranya penulis telah
bersama Nurijah 36 tahun, sejak 1978
ingin mengenang kebaikan beliau yang telah sangat berjasa dalam mengantar
mahligai hidupku. Adalah sangat wajar
sekiranya dalam tulisan ini, lebih
subjektifitas menonjol dalam aliran tulisan.
Atau, sketsa wajah kehidupan yang
akan tergambar.
Pitutur tunggal dalam tulisan ini adalah ibu tiriku, Nurijah binti
H. Zahri. Memaknai ucapan (hermeneutika) dan memaknai perbuatan dan seluruh atribut
perlambang (semiotika) supaya dapat
dilukiskan mendekati maksud dari tokoh.
Tulisan ini akan dihadirkan berseri.
Untuk mendekati gambaran kehidupan Nurijah yang lahir dan batinnya.
Komentar
Posting Komentar