NURIJAH (BAGIAN 2) - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

NURIJAH (BAGIAN 2)

Tepian sungai Selakau yang bertetangga dengan Masjid Bersejarah Sirajul Islam (1919) merupakan lokasi kelahiran Nurijah.  Ayahnya,  H.  Zahri merupakan sepupu Hj.  Fatimah Syam.  Keduanya dalam perantauan mengarungi laut Kalimantan.  Atas kasihan ombak terdampar di Kabupaten Sambas.

Sebagai  anak bungsu,  Nurijah tidak bisa lama bermanja dengan ayahndanya. Walau H.  Zahri sangat menyayangi Nurijah,  takdir menitah lain,  rasa runtuh rantah hati Nurijah,  ayahnya telah wafat ketika Nurijah memasuki masa pertamanya sebagai seorang dara. Rintik air mata Nurijah.

Sejak H.  Zahri mangkat,  Nurijah merenung diri di kamar,  meratapi nasib,  mengunci diri,  menenun jemari pandangan kosong,  rambut panjang tak tersisir,  air mata deras mengalir.  Lalu,  jatuhlah pengasuhan itu ke tangan kakaknya,  Ramlah isteri Ramli.  Ramlah dan Ramli tinggal di Sedau.  Keduanya berhati mulia,  tetapi hidup mereka miskin sebagai nelayan.  Hingga,  Nurijah setiap harinya menjemur ikan untuk diasinkan sebagai hasil tangkapan Ramli di laut. Derita Nurijah didengar oleh Hj.  Fatimah Syam di Pemangkat.  Melalui utusan Djambrut,  Fatimah ingin menikahkan Zahran dengan anak H.  Zahri,  sepupu Fatimah.  Djambrut pun bertolak ke Sedau membawa missi Fatimah.  Singkat kata,  rebana ditabuh,  tarup dan petadang dibuat, pelaminan bahagia disiapkan untuk Raja dan Ratu Sehari. Inilah babak baru,  rumah tangga Nurijah.

Kesabaran Nurijah teruji saat berumah tangga,  semua yang didatangkan Allah padanya sebagai point pahala di akhirat kelak.  Menepis stigma ibu tiri adalah jahat dalam pandangan masyarakat tidaklah mudah.  Goyah rumah tangga Nurijah,  setiap kali pulang ke Selakau,  saudaranya Asyari,  saudara tertua Nurijah selalu mengatakan : Pulanglah ke biduk rumah tanggamu,  ke pangkuan Zahran dan anak - anaknya,  tidak ada lagi tempatmu di sini.  Hujan air mata Nurijah,  ketabahan dan cinta kasih Ma'ruf Shalihin terngiang di telinganya,  mama.

Tiga puluh enam tahun melayari kapal rumah tangga dengan Zahran,  senang susah,  manis,  pahit,  asam,  sehat sakit,  diarungi bersama Zahran,  sampailah akhirnya buhul ikatan itu terputus,  saat Zahran wafat meninggalkannya. Pemangkat berduka,  Sabtu kelabu,  14 September 2013, pukul 15.20 WIBA,  setelah Salat Asar.  84 tahun rekam usia biologisnya.  Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN