ZAHRAN - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 

(Photo : H. Zahran bin H. Sabran bin H. Abdur Rasyid Langgar Nagara)

ZAHRAN

Nama yang sederhana,  tapi kaya makna.  Dari kata itu setimbang dengan Zuhran,  Zuhur,  yang artinya terang,  nyata,  memberi arah kepada waktu Zuhur.  Atau,  Zahran,  Zahrah,  Zahratun,  berindikasi kepada bunga mawar merah. Indah dilihat,  tapi waspada,  ada durinya.  Perluasan makna dari derivasi kata itu,  mengandung banyak arah kepada hukum bacaan yang nyata (Idzhar).  Dz dan Z,  penggunaan nama  tersebut memiliki arti yang berbeda sesuai kadarnya.  Wallahu a'lam.

Zahran adalah sebuah nama resmi saat dia masuk Sekolah Rakyat (3 tahun),  masa koloni Belanda.  Ketika dia dilahirkan (1929), namanya belum ada,  belum disediakan.  Lahir ke dunia sebentar,  lalu tidak bernapas,  maka diberitakan kepada masyarakat kampung Nagara,  bahwa dia telah mati,  yang baru saja lahir tadi.  Berkumpul orang memandikan,  mengafankan,  lalu,  bahinak,  bernapas,  sejenak,  sebentar,  ada tanda kehidupan,  sejak peristiwa itu,  orang kampung menyerunya dengan si hidup,  menyebutnya si hidup,  memanggilnya si hidup.  Ada kaitan antara nama si hidup dengan Zahran,  Dzahran,  Dzuhur,  Terang. Nyata yang menunjuk pada waktu salat di bawah panas terik matahari Dzuhur.  Inilah Dzahran,  yang nyata hidup dan kehidupan yang membawa bunga mawar merah berduri.  Siapa yang ingin memadamkan api neraka yang sangat panas,  padamkan dengan salat Dzuhur empat rakaat,  ditambah dua rakaat qabliyah dan ba'diyah Dzuhur.

Sejak kecil Zahran telah menunjukkan pribadi yang mandiri,  tangguh,  tahan uji,  tapi berhati lembut,  ramah,  luas pergaulan,  berwawasan kedepan,  dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata,  bahkan melebihi teman seangkatan.  Multi talenta yang dimiliki si hidup,  telah terasah sejak kecil di bawah asuhan Tuan Guru Haji Senyum,  seorang Ulama Nahwu dan Tasawwuf.  Multi intelegensiapun si hidup dapatkan sebagai anugerah Allah,  dibawah asuhan guru SR,  dia menguasai Ilmu Hitung,  Tulis - Baca yang masih sangat langka di bawah penjajahan Kolonial Hindia Belanja di Negara  (Kerisidenan Daha). Si hidup hidup secara bebas dan gembira layaknya anak - anak kampung.  Kebebasan dan kegembiraan masa kecil dengan macam ceria dan bermain,  semakin mendukung perkembangan otak bagi si hidup.

Menulis tentang Zahran merupakan menulis pohon kehidupan yang hadir memberikan manfaat,  pepohonan rindang dengan dedaunan yang terjuntai pemurah tanpa orang tersakiti dari kata dan tangan kakinya,  bahkan memberi maslahat.  Artinya,  materi dan metode nasehat Zahran punya keduanya,  hal ini tidak bisa dipelajari,  aspek rasa yang telah diasah asuh oleh pengalaman hidup yang panjang.  Jangan mengukur pakaian sendiri ke badan orang,  kedalaman hati tidak ada yang bisa mengerti selamanya,  cukuplah hidup secara wajar,  tahu diuntung.  Bahwa,  hidup tidak hanya sekarang,  tapi ada hidup kemudian setelah yang sekarang.  Jadi,  jangan sembarang ucap,  jangan sembarang tulis,  jangan sembarang sebar.  Segera sesuatu yang sifatnya sembarang,  pasti menyeberang ke neraka Jahannam.

Zahran sangat berhati - hati,  nilai berhati dan memahami dengan hati membuat dirinya bertahan di tanah rantau,  bujang dan tidak membawa sebuting sendok ataupun selembar ijazah.  Mengingat Nagara sulit perekonomian dan membawa lari hati yang lara,  karena gadis idaman tidak mendapat restu dari Nenek Aminah, biarlah kaki gontaiku melangkah ke mana arah jalan,  aku pun tidak tahu.  Akhirnya,  terdampar di bumi Ketapang.

Bermodal Bismillah,  mengarungi laut Kalimantan itu, berjuta rasa,  biarlah ombak menggunung mengusung jiwa,  tiada siapa dan apa lagi,  kecuali Allah. Hanya Allah tumpuan takut,  harap,  ridha dan cinta.  Sampailah di rumah yang tidak dikenal,  keluarga bukan,  kenalan bukan,  orang Banjar itu.  Zahran berbekal Al Qur'an di hatinya,  dengan Kalam Qadim Allah,  dia ajarkan pada anak didiknya di Ketapang,  tanah Islam bertuah. Zahran menjadi guru Al Qur'an generasi awal bagi generasi Ketapang,  bumi Al Qur'an.  Zahran mengajak muridnya berhuma di sawah,  dan mengaji saat malam merayap.  Dari bumi raja itu,  dia merantau ke Pulau Limbung sebagai Guru Sukarelawan atas nama pemerintah sebagai Guru PBH  (Pemberantasan Buta Huruf),  serta mendapatkan Piagam Presiden Soekarno berupa Sertifikat Guru PBH. Tunai tugas kenegaraan,  Zahranpun melanjutkan amanat rantau ke Pontianak,  Kota Khatulistiwa,  Kota Sultan Titisan Dzuriyat Nabi sebagai pendiri (Sultan Abdurrahman Al Qadri). Di kota ini,  Zahran menjadi tukang jahit pakaian di Toko Pantas Jalan Johar milik H.  Muhammad  (orang kaya asal Banjar). Hidup membujang bebas tanpa ikatan,  siang menjahit,  malam menonton bioskop film P.  Ramli,  Kasma Boety,  Saloma,  Aziz,  Syamsuddin,  Tok Belalang,  dan aktor negeri seberang Melayu serumpun. Bioskop Menara (Capitol),  bioskop Abadi,  bioskop Bahagia beralamat jalan Tanjung Pura Pontianak.  Era 50 an,  si bujang Zahran ingin rasa hasrat berumah tangga bersama gadis cantik pelipur ketika lara,  berbagi cinta masa suka - duka,  dikelilingi anak yang sehat nan lucu,  mimpi Zahran.

Angin malam Pontianak menerpa wajahnya yang putih dan lembut,  guratan wajah Zahran yang lebih halus dari wajah perempuan,  pertanda rasa keibuan ada di hati Zahran,  itulah yang Zahran jadikan bekal saat profesi ganda,  sebagai ayahku sekaligus ibuku,  masa Barkah telah ke hadirat Ilahi ya Wahhab. Qadarullah haqqa qadrihi,  terkirim surat menuju Zahran,  pesan Acil Hj.  Fatimah Syam binti H.  Ahmad untuk ke  Pemangkat,  tanah yang dijanjikan Allah untuk Zahran menikah,  merenda cinta,  menyulam  sayang,  menanti rindu saat anaknya lahir satu persatu,  dibumi terbaris tergaris itulah,  tubuh Zahran disemayamkan.

Zahran menikah dengan Barkah tercatat di tahun 1961. Tahun 1975 ibunda Barkah meninggalkan Zahran dan anak-anaknya,  tahun duka cita bagi Zahran.  Sekarang,  mereka telah satu pusara,  Zahran Barkah,  Barkah Zahran,  nama yang mudah dan indah untuk dicintai,  dikenang abadi,  pasangan serasi di surga Allah dengan pakaian putih bersih dan harum mewangi melebihi misyik terbaik di dunia.  Al Fatihah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN