Al Hikam - Hikmah 102 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 


Hikmah 102
SURGA DAN NERAKA

Siapa yang menyembahKu karena berharap surga dan menolak siksa neraka,  belumlah dia menunaikan kebenaran sifat - sifat Allah.

Hamba yang menyembah Allah diikuti dengan meragukan janji Allah berupa surga di akhirat dan meragukan ancaman Allah berupa neraka di akhirat.  Keraguan itu hingga terucap di mulut hamba,  walau ini bukan sebuah aib,  tapi bagi mereka yang memiliki kehalusan budi bukankah malu untuk meminta.  Janji dan ancaman Allah pasti tidak salah alamat.  Meminta sesuatu yang sudah pasti tanda  rusaknya adab (su - ul adab).  Jangan engkau taat karena takut,  dan jangan engkau taat karena upah.

Memang disuruh kita meminta surga dan meminta dijauhkan dari neraka.  Tapi keduanya adalah makhluk Allah,  sedang si hamba yang hanya mencintai Allah hanya berharap cinta dan ridhaNya serta mohon perlindungan dari hati yang lalai dalam berdzikir.  Hamba yang duduk dikedudukan Arif billah,  tidak diperlukan lagi baginya motivasi surga untuk mendorong taat sebagaimana tidak lagi diperlukan neraka untuk terhindar dari dosa.  Andaipun tidak ada surga,  Arif billah tetap teguh beribadah,  karena Allah telah ditemukannya dalam dirinya sekarang dan alam dunia disini,  Allah telah bertajalli (nyata)  pada diri dan alam raya. Andaipun tidak ada neraka kelak,  arif billah tetap semangat dan berupaya keras meninggalkan larangan,  karena hati malu untuk berkhianat kepada Allah yang maha pengasih,  maha penyayang.

Karena cinta yang mendasari ibadahnya kepada Allah. Maka akan datang kepada sihamba getaran - getaran jiwa diantaranya : 1. Merasa rugi jika keluputan taat.  2. Merasa berbahagia hati bila diperkenankan ibadah.  3. Menyambut seruan Allah dengan ridha.  4. Meninggalkan larangan Allah dengan ridha.

Sifat Allah maha menepati janji,  bagi si hamba yang telah mengenal Allah dengan Allah (Arif billah billah) dalam sifat - sifatNya (nafsiah,  salbiyah,  ma'ani,  ma'nawiyah). Pengenalan pada sifat - sifat Allah dan mendirikan sifat - sifatNya itu (qama bihaqqi awshafihi), penyebab tidaklah lagi arif billah meminta surga karena upah taat dan meminta surga karena menjauhi maksiyat.  Kedua - duanya itu merupakan makhluk Allah. Bagi arif billah hanya memohon jangan dijauhkan dari Allah dan janganlah dilupakan dari Allah baik dalam kesendirian dirinya yang sunyi maupun di dalam riuhnya suara majelis. Disinilah arif billah ma'allah (pengenal Allah bersama Allah)  selalu sendiri tapi bersama Allah (sendiri tapi ramai),  di tengah kerumunan orang ramai tapi merasa sendiri hanya ma'allah (bersama Allah).  Tidak lagi hirau kepada surga dan tidak hirau lagi kepada neraka. Hirau,  risau, resah,  gelisah,  kasih, sayang, rindu,  cinta, takut dan seluruh harap hanya kepada Allah. Tidak ada lagi urusan dengan makhluk,  walau itu surga atau neraka. Tawajjuh arif billah ma'allah hanya ilallah (kepada Allah) belaka. Hasbiyallah (cukuplah bagiku hanya Allah), bukan surga dan bukan neraka.

Sebagai anugerah taat mereka adalah ridha Allah yang bersambut yang berbalas ridha (kerelaan dan kesenangan) dalam taat hamba.  Sebagaimana firman : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Aden yang mengalir sungai - sungai di bawahnya,  mereka kekal didalamnya.  Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepadaNya.  Demikian balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya (Al - Bayyinah ayat 8). Wallahu a'lam

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

AN NURIYAH

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN