Al Hikam - Hikmah 107-108 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
Al Hikam – Hikmah 107-108
NIKMAT IJAD DAN NIKMAT IMDAD
Ni'matani ma kharaja mawjud 'anhuma wala budda likullin mukawwin
minhuma nikmat ijad wa nikmat imdad. An
'ama 'alaika awwalan bil - ijad wa tsaniyan bitawalil - imdad. Artinya : Dua
nikmat yang manusia tidak terlepas dari keduanya : nikmat ijad dan nikmat
imdad. Pertama, Allah memberimu nikmat ijad, kedua,
Allah memberimu nikmat imdad.
Pengarang kitab Al Hikam, Al
Imam Ahmad Ibnu Athaillah Hafidzahullah mengatakan dan menjelaskan tentang
kedua nikmat Allah, nikmat ijad dan nikmat
imdad, terurai berikut :
1. Nikmat
Ijad
Nikmat ijad adalah nikmat (anugerah) penciptaan. Sesempurna dan seseindah penciptaan dari
Allah adalah manusia sebagai karya maha besar dari Allah maha besar. Susunan
jisim manusia tiada banding dengan makhluk Allah lainnya. Mulai ubun hingga ujung kaki, cahaya penciptaan dalam kerangka seindah -
indah jasmani milik Allah bukti kemurahanNya. Allah maha sayang kepada maha
karyanya ini hingga Dia bertitah hukum : Haram hukumnya membunuh diri, karena dirimu sendiri ada dalam
penciptaanNya, pemeliharaanNya, perawatanNya,
pengarahanNya, pengajaranNya, pendidikanNya, pembimbinganNya yang seakar kata rabba, yurabbi,
murabbi, tarbiyyah (isim masdar),
dapat dipahami Allah adalah pendidik pertama alam semesta (Alhamdulillahi
rabbil - 'alamin).
Nikmat ijad modal utama yang mengundang nikmat - nikmat lainnya
yang berkesinambungan. Sebab Allah titipkan hayatullah dalam rangka tubuh Adam, lalu Adam hidup. Allah titipkan ilmullah lalu Adam tahu, Allah titipkan qudrat Allah lalu Adam
kuasa, Allah titipkan iradat Allah lalu
Adam berkehendak, Allah titipkan sama
Allah lalu Adam mendengar, Allah
titipkan bashar Allah lalu Adam melihat,
Allah titipkan kalam Allah lalu Adam berbicara.
Nikmat ijad (nikmat penciptaan)
dari tiada ('adam) menjadi ada
(wujud) yang diwujudkan Allah (Sucikanlah nama Tuhanmu yang maha tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan
ciptaanNya, Al - A'la ayat 1 - 2).
Sucikan nama Tuhanmu dalam penciptaanNya,
maha tinggi nama Allah yang tidak berkongsi dalam penciptaanNya, tidak bekerja sama dengan makhluk dalam
penciptaanNya, tidak ada sedikitpun
andil manusia dalam penciptaanNya, tidak
ada kepentingan apapun bagi Allah menciptakan alam semesta, maha suci lagi maha tinggi namaNya yang tidak
bergantung dan bergabung kepada alam dalam Dia mencipta lalu menyempurnakan
ciptaan sebagai nikmat ijad bagi alam semesta. Mengenai pertanyaan tentang
mengapa Allah mencipta si taat si maksiyat,
mencipta si nikmat si bala', mencipta si kanan si kiri, mencipta si langit si bumi, mencipta si terang si gelap, mencipta si putih si hitam, mencipta si baik si buruk, mencipta si kaya si miskin, mencipta si pintar si bodoh, mencipta si benar si salah, mencipta si tua si muda, mencipta si syukur si kufur, mencipta si dunia si akhirat, mencipta si surga si neraka adalah
rahasia Allah di tempat - tempat, di waktu - waktu, di banjar - banjar, di medan - medan rahasia dalam kerahasiaan
yang tidak pernah terungkap untuk diketahui lapangan kerahasiaan (mayadinul
asrar).
Nikmat penciptaan hingga nikmat penghadiran wujud alam yang sumber
segala sumber nya, asal segala
asalnya, mula segala mulanya, awal segala awalnya adalah Allah rabbun
syakur, rabbun ghafur. Begitu juga jalan pulangnya nanti, tahukah kamu jalan pulang sebagaimana jalan
datang ? Untuk melatih ingatan rute
jalan datang kamu harus sering - melewati rute jalan datang (kilas balik)
supaya kamu tahu jalan pulang nanti serta harus kamu kenali dulu betul - betul
rumah yang akan kamu tempati saat pulangmu nanti. Aku (Allah)
khawatir, kamu pulang sudah tidak
punya rumah lagi, karena kamu gadai atau
kamu jual. Lalu kamu menjadi gelandangan
dan pengemis di jalan - jalan yang dahulu pernah kamu lewati ketika
datang, ketika pulang tidak ada
seorangpun yang mengenalimu,
terasing, terhina, terburuk,
terkotor bahkan engkau terusir dari kampung halamanmu sendiri serta
terbuang dari keluargamu sendiri.
Nikmat ijad juga termasuk kelahiran, bahkan belum lagi lahir ke dunia fana
ini, nikmat ijad telah berjilid - jilid
tulisan nikmat kita nikmati melalui placenta (tali pusat) sebagai jalinan penghubung sayang (rahim)
pengantar makanan, pengantar
minuman, pengantar suara (kalam). Nikmat
-nikmat ijad itu sangat agung.
Pengarang kitab Al Hikam ini mengatakan, belum lagi kita beramal taat, janin kita dahulu dan janin - janin manusia
lain telah menghisap nikmat melewati placenta kasih (silaturrahim). Ada napas
kehidupan di dalam rahim yang gelap, ada
nurullah (cahaya Allah) di alam rahim
yang gelap, ada makanan, ada minuman,
ada gerakan, ada ucapan, ada perasaan,
ada pikiran, ada tulisan, ada bacaan
(Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, al - Alaq ayat 1).
Belum lagi si janin tahu arti hukum syara' (wajib, haram,
sunnah, makruh, mubah),
belum ada lagi beban (taklif) bagi mukallaf, belum lagi si janin kita shalat, zakat,
puasa, haji dan umrah, sudah Allah curahkan padanya lautan
nikmat. Sungguh pemberian Allah tidak
disebabkan oleh sebab amal taat atau penolakan Allah bukan karena amal maksiyat. Artinya,
pemberian Allah berupa nikmat kepada hamba tidak bersebab, penolakan
Allah kepada hamba terhadap adzab pun tidak bersebab. Hal ini menunjukkan bahwa
Allah tidak terdikte oleh alam. Belum
lagi janin beribadah dan beradab kepada Allah dalam rangkaian tuntutan syariat
berupa macam - macam perintah dan larangan,
Allah yang maha kuasa tidak pernah memaksa untuk taat padanya serta tidak pernah memaksa untuk meninggalkan
maksiyat, karena belum ada hukum syara',
datangnya hukum syara' terkemudian
sewaktu telah mengenal alam dunia kebendaan yang bisa memalingkannya dari
perjanjian (akad) dengan Allah.
Alam beserta struktur pada hamparan di langit dan di bumi sebagai
penunjang dan penopang bagi nikmat ijad
(nikmat penciptaan) manusia yang karamah dan berkah Allah tercurah pada nikmat
penciptaan seluruh manusia ( nikmatul - ijad).
Sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al Hujurat ayat 13 : Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri
dari laki - laki dan perempuan,
menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku - suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui maha
mengenal. Nikmat ijad dalam seluruh rangkaian
khalaqa menjadi hasil makhluq sangat menunjukkan kebesaran dan
keagunganNya sebagai sebaik - baik pencipta (Fatabarakallah ahsanul khaliqin :
Maha suci Allah sebaik - baik pencipta). Dalam kalam Dia kabarkan : Wahai
manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang
menciptakan kamu dari jiwa yang satu,
dan menciptakan kamu berpasangan dari jenismu sendiri, laki dan
perempuan yang banyak, bertaqwalah
kepada Allah yang atas namaNya kamu saling meminta dan sambunglah tali kasih
sayang (yang banyak - arham - jamak dari kata rahim). Sesungguhnya Allah kepadamu maha mengawasi
(raqib, maha mengawasi karena
dekat, atau pengawasanNya sangat dekat
kepadamu (An Nisa' ayat 1).
Allah swt sendiri yang memuji manusia sebagai karya sempurna
ciptaanNya, Allah swt sendiri yang
melebihkan manusia dalam kelebihan jika dibandingkan dengan seluruh makhluk
yang ada baik rangka ranah jasmani maupun rangka ranah rohani. Allah lengkapi
ciptaannya luar dan dalam dengan perangkat yang halus dan sempurna dalam benang
- benang halusnya perasaan dan tajamnya pikiran yang bisa menerawang seluruh
alam dunia dan sampai pada konsepsi penerawangan alam akhirat hingga terminal
akhir : surga dan neraka hanya dalam hitungan detik bahkan lebih cepat dari
pada itu (kun).
Ciptaan manusia dari Allah yang maha sempurna ini, didukung,
ditopang, disangga, disiapkan proses penciptaan, lalu dirawat Allah saat proses
penciptaan, kemudian Allah sangat
muliakan (karramna) anak keturunan Adam,
puncak kemuliaan (karram) diberikan kepada manusia kemudian puncak
keutamaan (fadhdhal) juga diberikan kepada manusia (Dan sesungguhnya, Kami muliakan anak keturunan Adam, Kami angkut mereka di darat dan di laut, Kami beri rezeki dari yang baik - baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang banyak dari pada ciptaan Kami yang lain, Al - Isra' ayat 70).
2. Nikmat
Imdad
Nikmat imdad adalah keberlanjutan berupa anugerah - anugerah
penyempurna supaya ragawi yang telah diciptakan Allah menjadikan indah
dipandang, lalu tubuh kasar ciptaan itu
Allah lapisi dengan kulit yang halus.
Dia menciptakan (nikmatul ijad)
maka Dia segera menyempurnakan ciptaanNya (nikmatul imdad). Dia menciptakan
(nikmatul ijad) lalu Dia memberikan ukuran yang tepat dan memberikan petunjuk
(nikmatul imdad). Nikmat imdad lebih
khusus lagi bersifat rohani dalam bentuk kasih sayang Allah secara halus (Ar
Rahim) setelah melewati tahapan
pemberian nikmat ijad dalam bentuk kasih sayang Allah secara jasmani (Ar Rahman).
Adanya nikmat imdad karena adanya (mewujud) nikmat ijad.
Di dalam nikmat ijad disinilah tempat Allah mewartakan pelimpahan kuasa
Allah pada tanda - tanda penciptaan
(alamatul - ijad). Alamatul - ijad harus
menyampaikan seseorang ke alamatul imdad berupa pengenalan terhadap Allah (ma'rifatullah billah), jika tidak,
nikmat - nikmat itu menjadi hijab (dinding) antara hamba dengan Allah, alamat tidak sampai kepada Allah. Tapi, alamat terhenti dinikmat. Tersesatlah hamba karena bergembira dengan
nikmat bukan bergembira dengan Allah.
Bersuka - suka dengan nikmat bukan bersuka - suka dengan Allah.
Bersenang - senang dengan nikmat bukan bersenang - senang dengan Allah.
Bagian dari nikmat imdad yang batinah diantaranya hidayah iman,
hidayah islam, hidayah ihsan yang
terhimpun secara batini (rahasia) dalam mengenal Allah dengan Allah
(ma'rifatullah billah). Jangan
sampai - kata beliau - pengenalan kita
kepada makhluk lebih baik dari pada pengenalan kita kepada Allah. Dalam
gelombang - gelombang nikmat ijad dan nikmat imdad inilah Allah memperkenalkan
af ' al Allah yang itsbat di dalam namaNya,
namaNya yang itsbat di dalam sifatNya,
sifatNya yang itsbat di dalam dzatNya. Teranglah Allah dari segala yang
tampak, nyatalah Allah dari segala yang
nyata, jujurlah Allah dari segala yang
jujur, kuasalah Allah dari segala yang
kuasa, berkehendaklah Allah dari segala
yang berkendak, mendengarlah Allah dari
segala yang mendengar, melihatlah Allah
dari segala yang melihat, berbicaralah
Allah dari segala yang berbicara, nikmat
ijad ini telah Allah limpahkan kepada manusia sebagai nikmat dzahir. Allah juga maha batin dari pada segala yang
batin, maha batin inilah yang memberikan hidayah halus berupa perasaan
beriman, perasaan bertuhan, kesadaran bertuhan sebagai bagian hamba dari nikmat
imdad yang bersifat batini.
Nikmat ijad berupa penghidupan yang dzahir, pengetahuan yang dzahir, kekuasaan yang dzahir, kehendak yang dzahir, pendengaran yang dzahir, penglihatan yang dzahir, pembicaraan yang dzahir, singkatnya seluruh yang sifatnya dzahirah.
Sifatnya yang dzahirah belum bercahaya (tidak ada nurul iman) karena nikmat
ijad ini berjalan di atas keumuman hamba tanpa pilih seperti tauhid atau
syirik, syukur atau kufur, semuanya mendapat nikmat ijad. Rahman yang Allah
berikan kepada seluruh alam semesta di dunia ini merupakan satu perseratus
sehingga induk harimau bisa menyayangi anak - anaknya, induk ayam mengepakkan sayapnya bagi kasur
dan bantal anak - anaknya, hingga
seorang ibu yang merelakan kedua matanya didonorkan untuk buah hatinya belahan
jantungnya, anak tersayangnya, hinggapun matahari setiap hari memancarkan
cahaya kasihnya tanpa pernah diupah dan tanpa pernah lelah, berebut se isi langit dan se isi langit dan
bumi serta diantara keduanya berebut kasih sayang Allah yang satu persen saja
dari seratus. Masih tersimpan lagi 99 persen di surga Allah dengan ridha dan
rahimNya Allah swt.
Sedang nikmat imdad berkisar pada nikmat batin. Penghidupan yang bercahaya iman (nurul
hayati), pengetahuan yang bercahaya iman
(nurul ilmi), kekuasaan yang bercahaya iman (nurul qudrati), kehendak yang bercahaya iman (nurul
iradati), pendengaran yang bercahaya
iman (nurul sama'i), penglihatan yang
bercahaya iman (nurul bashari),
perkataan yang bercahaya iman (nurul kalami). Nikmat imdad sebuah nikmat batin halus yang
Allah berikan kepada Nabi dan para waliNya di dunia dan berkesinambungan di
akhirat kelak.
Beda nikmat ijad dan nikmat imdad adalah pada tempat Allah swt
mencurahkan nikmat. Ijad pada tubuh Adam
penciptaan sedang imdad pada ruhi Adam yang dapat dikenali lewat
tanda-tandanya, seperti nikmat iman dan
penyempurnaannya, nikmat islam dan
penyempurnaannya, nikmat ihsan dan
penyempurnaannya. Tanda - tanda itu bisa
dikenali dari amal shaleh sebagai refleksi dari iman, atau semakin baik akhlak seseorang semakin
sempurna imannya (Akmalul mukminina imanan ahsanuhum khuluqa). Atau proyeksi iman yang terpantul dari
hakikat hati dan hakikat perbuatan,
Allah tunjukkan profil mereka : Sesungguhnya hanyalah mukmin, yaitu orang - orang yang jika disebut
nama Allah bergetarlah hati mereka, dan
jika dibacakan kepada mereka ayat - ayatNya bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhan mereka bertawakkal. Orang - orang yang mendirikan shalat dan
menafkahkan dari rezeki yang dianugerahkan kepada mereka. Mereka itulah mukmin yang haq, bagi mereka derajat di sisi Tuhan mereka dan
ampunan serta rezeki yang mulia (surga) (Al Anfal ayat 2 - 4). Itulah
perbendaharaan yang tersimpan rapi di hati orang mukmin mukhlis yang telah
mendapat nikmat tambahan dalam kerajaan - kerajaan batin bermutu mulia (nikmat
imdad). Bagi para salik dan para murid wajib mengenali setiap nikmat ijad dan
nikmat imdad, dalam perjalanan suluknya
harus berupaya tidak saja mengenal nikmat, tapi yang lebih penting mengenal
yang memberi nikmat (Allah Al Wahhab,
Allah Ar Razzaq, Allah Asy Syakur, Allah Al Ghafur, Allah Ash Shabur).
Perbedaan yang lainnya adalah,
jika nikmat ijad habisnya hanya sampai di dunia karena sifatnya
ragawi. Sementara dan relatif, walau sementara tapi penting, karena dengan tubuh yang sehat lebih mudah
kita untuk beribadah. Waktu yang lapang dan lingkungan keluarga yang
mendukung, cukuplah itu jika
terhimpun, maka si hamba mendapatkan
surga dunia (hasanah fid dun-ya). Sedang nikmat imdad kekal abadi sifatnya
karena bertitik tumpu pada hati (batin)
disamping Allah turunkan berupa getaran - getaran ilham, iman, islam,
ihsan, ilmu, hikmah dan
hilim. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar