Al Hikam - Hikmah 278 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 


Al Hikam - Hikmah 278
YAQIN DAN TAWAKKAL

Wa inna man ayqana annallaha yathlubu shadaqat thalaba ilaihi,  waman 'alima annal umura biyadillah injama'a bitawakkuli 'alaihi.  Artinya : (Berkata Imam Ahmad Ibnu Athaillah As Sakandari Rahimahullah Ta'ala : Dan sungguh,  barangsiapa yang yaqin bahwa hanya Allah yang menuntutnya (menunaikan kewajiban) padanya,  sungguh benarlah dia.  Dan barangsiapa mengetahui bahwa urusannya di tangan Allah,  pastilah seluruh urusannya dengan  bertawakkal kepada Allah.

1. Yaqin

Muslim yaqin bahwa suruhan agama Islam adalah datangnya dari Allah.  Apapun jua perintah berbuat baik datangnya dari Allah begitupun larangan berbuat jahat datangnya dari Allah,  Allah adalah pencipta pertama segala yang ada.  Setelah yaqin sumber dari segala sumber adalah Allah,  kemudian dia mengamalkan suruhan Allah,  dan menjauhi laranganNya,  bertambahlah keyakinan kepada Allah. Perintah yang dikerjakannya  karena Allah dan larangan yang ditinggalkannya pun karena Allah, bukan karena makhluk,  tidak ada urusannya dengan makhluk.  Teken kontrak dengan Allah,  menjadikan Allah sebagai ilah yang diikuti perintahNya,  yang dijauhi laranganNya,  yang disembah,  yang dipuji puja terus - menerus malam dan siang,  pagi dan petang,  mau tidur - bangun tidur.  Hanya Allah didzikirkan (yang diingat), diibadahi,  dimintai pertolongan, dimintai bantuan,  dilihat seluruh perbuatanNya,  didengar semua kalamNya,   Dia yang lebih berhak untuk diajak bicara dan dibicarakan,  karena Dia lebih berharga dari segala apa yang ada,  selain Dia tidak berharga,  bagaimana bisa berharga selain Dia,  selain Dia hakikatnya adalah 'adam (tiada).  Mengapa engkau menyeru sesuatu yang tidak melihat dan tidak mendengar ? Mengapa engkau meminta kepada sesuatu yang tidak bisa mengabulkan doa dan pinta  ? Kemanakah hatimu,  atau hatimu telah terkunci (Muhammad ayat 24). Dan jika ditanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan,  pasti mereka menjawab Allah.  Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).  Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba Nya,  dan Dia pula yang menyempitkannya,  sungguh Allah maha mengetahui segala sesuatu.  Dan jika kamu bertanya kepada mereka,  siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya ? Pasti mereka menjawab Allah. Katakanlah,  segala puji bagi Allah,  tetapi kebanyakan manusia tidak berpikir (Al - Ankabut ayat 61 - 63).

Iman yang melahirkan yaqin,  dengan tingkatan 'ainul yaqin(yaqin dengan melihat),  'ilmul yaqin (yaqin dengan ilmu), haqqul yaqin (yaqin dengan kebenaran batin iman).  Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang selalu menyuruh beriman kepada orang yang telah beriman untuk memantapkan iman mereka (tauhid uluhiyyah,  'ubudiyah,  rububiyyah) sebagaimana firman Nya : Wahai orang yang beriman,  berimanlah kamu kepada Allah,  rasulNya,  dan kitab yang diturunkan kepada rasulNya (Muhammad) dan kitab yang diturunkan sebelum  (Al Qur'an),  dan barangsiapa yang kafir kepada Allah,  malaikat  - malaikatNya,  rasul - rasulNya,  dan hari akhir,  maka sungguh dia telah sesat dalam kesesatan yang jauh (An Nisa' ayat 136). Pada ayat itu, Allah berulang - ulang kali menyuruh kaum beriman untuk beriman (ya ayyuhal ladzina amanu,  aminu !). Amanu - aminu  !  supaya semakin istiqamah dalam iman,  hidup beriman,  matipun beriman ! tiada pilihan lain kecuali beriman,  berimanlah  ! Allah swt memberi penerangan kepada Nabi Muhammad saw dan kaum yang yaqin : Katakanlah (Muhammad) inilah jalanKu,  Aku dan orang - orang yang mengikutiKu mengajakmu kepada Allah dengan yaqin,  maha suci Allah dan aku tidak termasuk orang yang musyrik  (mempersekutukan Allah) (Yusuf ayat 108).

Hidup mati dengan iman,  iman yang membawa yaqin dalam keselamatan dunia dan akhirat,  iman yang membawa rasa optimis,  iman yang membawa kebahagiaan,  iman yang membawa ketenangan,  bukan sebaliknya. Iman yang merasa bahwa hidup dan mati telah dijamin Allah swt kepastian jaminan Nya tentang rezeki,  jodoh,  kebahagiaan - kesengsaraan,  maut.  Pasrahkan total dirimu kepada Allah sebagaimana Dia telah mengajarkan Nabi Muhammad saw mengenai adab (Addabani rabby,  fa - ahsana ta'diby : Tuhanku telah mengajarkanku adab, maka Dia membaguskan adabku).

Iman yang yaqin disini mencakup yaqin kepada Allah dalam amal (usaha) hamba,  yaqin dalam ikhtiar,  yaqin dalam doa,  yaqin dalam tawakkal. Keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh keraguan  (ma tsabata bil yaqini,  la yuzalu bisy - syaqqi). FirmanNya : Katakanlah sesungguhnya shalatku,  ibadahku,  hidup dan matiku untuk Allah rab (pemelihara,  pendidik) alam. Tidak ada sekutu bagiNya,  demikian itu aku diperintah,  dan aku yang pertama kali berserah diri (muslim)(Al - An'am ayat 162 - 163).

2. Tawakkal

Tawakkal artinya berwakil sepenuhnya kepada Allah. Menjadikan Allah tempat berserah diri dan memberikan kewenangan total kepada Allah untuk menentukan putusan untuk si hamba,  setelah si hamba secara dzahir  berusaha,  ikhtiar dan doa,  Lalu serahkan seluruhnya kepada Allah. Penyerahan diri totalitas kepada Allah, Allahlah yang menentukan.  Dan,  pasti ketentuan Allah itu,  pilihan Allah itulah yang terbaik.

Jika yaqin tadi adalah maqam (kedudukan) pertama diantara banyak maqamat, maka tawakkal adalah maqam terakhir bagi orang yang ingin menemui Allah lewat tasawuf akhlaqi.

Tawakkal pasti ujung dari seluruh usaha (amal) hamba, setelah ikhtiar dan doa.  Doa penyerahan itupun bagian dari tawakkal seperti doa Nabi Ibrahim : Rabbana taqabbal minna innaka atas sami'ul 'alim,  watub - 'alaina ya maulana innaka antattawwaburrahim (Tuhan kami,  terimalah dari kami (usaha kami) sesungguhnya Engkau maha mendengar  - maha mengetahui,  dan kami bertaubat,  sesungguhnya Engkau maha penerima taubat (tawwab)  maha penyayang (rahim).  Itulah doa Nabi Ibrahim setelah beliau membangun dan menegakkan kembali rumah Tuhan (Baytullah)  ditempat yang pernah di bangun oleh Nabi Adam (Baytul Makmur).

Bertawakkal kepada Allah hukumnya wajib,  tanda mukmin mukhlis,  seperti firman : Wa 'ala rabbihim yatawakkalun (Dan kepada Tuhan mereka bertawakkal,  Al - Anfal ayat 2). Ditemukan pertemuan antara yaqin dan tawakkal,  keduanya tidak bisa terpisahkan,  hilang salah satunya,  hilang keduanya, sebagaimana firman Nya : Katakanlah,  tidak akan menimpa musibah bagi kami,  kecuali apa yang telah dituliskan Allah kepada kami.  Dia pelindung kami (yaqin), lalu kepada Allah orang - orang mukmin bertawakkal  (At Taubah ayat 51). Manusia butuh pada sandaran vertikal kepada Allah. Sunnatullah mengajarkan bahwa manusia yang lemah perlu menyandarkan dirinya pada yang maha kuat (Allah).  Sandaran itu harus kepada yang serba maha kuat (Al Qawwiyyu) maha kuasa (Al Qadiru),  maha kokoh (Al Matinu),  maha tinggi besar (Al 'Aliyyul kabir).  Tanpa menyadari dan merasai betapa berharganya dan betapa luhur Allah (Al Jalil)  tidak lah mau hamba bertawakkal,  sebab itu iman memantik tawakkal,  tawakkal memantik iman,  satu kesatuan utuh tak terpisahkan (sistemik).  Merugilah manusia yang tidak tahu dan tidak mau bertawakkal sebagai tanda ketiadaan iman atau telah kehilangan iman yang dahulunya pernah ada walau cahaya imannya redup. Kehidupan hanyalah berjalan sesuai kehendak yang maha memberi  (Al  - Wahhab), siapapun manusia di dunia ini hanya menjalankan titik - titik pilihan Allah dalam maut dan hayat,  dalam jodoh pertemuan dan perpisahan,  dalam bahagia - sengsara,  dalam keadaan sehat dan sakit,  dalam keadaan kaya dan miskin,  dalam keadaan aman dan takut.

Manusia perlu sandaran tertinggi terpuncak,  lebih - lebih dia harus bertawakkal kepada Allah dalam urusan akhirat,  lebih lama hidup di akhirat sebagai kehidupan yang kekal abadi yang tidak berkesudahan. Tawakkal pada kehidupan akhirat yang tidak jeda sedetikpun dari nikmat malah bertambah setiap harinya nikmat surga,  atau sebaliknya di neraka tidak sedetikpun merasakan istirahat jantung,  hati dan tubuh dari siksa malah bertambah setiap hari berlipat adzab neraka.  Jika dalam persoalan dunia kita bertawakkal lebih - lebih pada persoalan akhirat kita harus lebih bertawakkal setelah syarat tawakkal telah kita penuhi terlebih dahulu,  usaha,  ikhtiar dan doa.  Wallahu a'lam.

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

AN NURIYAH

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN