Al Hikam - Hikmah 221 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
HIKMAH 221HAKIKAT WAKTU
Apa yang telah hilang dari umurmu tidak dapat ditarik kembali
(kerugian). Sedang jika engkau berhasil dengan amal shaleh tidak terkira
nilainya (keberuntungan).
Shahibul hikam ini mengingatkan pentingnya waktu yang harus diisi
seluruh ragam amal shaleh. Jika tidak sangat merugilah. Waktu berjalan terus
baik jarum detik, jarum pendek dan jarum panjang. Diketiga jarum itulah Allah menilai, menakar dan memasukkan kita ke
dalam kelompok hambaNya yang beriman dan beramal shaleh yang berakhir di surga
atau sebaliknya, amal fasiq yang berakhir di neraka. Dengan pertanyaan, apakah
yang kita isi dari ketiga jarum tersebut ?
Waktu yang kita habiskan 24 jam. Di akhirat nanti ada 24 lemari. Alhamdulillah jika 24 lemari itu terisi dengan barang berharga mulia dan bernilai tinggi - bermutu sangat baik. Isi terbaik itu adalah dzikrullah, shalat itu dzikrullah. Seperti kalam muliaNya : Sesungguhnya Aku (hanya Aku) Allah tiada tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku saja,dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Taha ayat 14). Zakat, puasa, haji merupakan dzikrullah, bahkan seluruh amal shalihat (jamak dari shalih) merupakan dzikrullah, ingat Allah secara lisan, perbuatan dan hati bagian dari gerak dzikir walau di dalam diam. Oleh karena itu, para sufi tidak akan makan kecuali telah lapar, tidak akan tidur kecuali telah mengantuk, sebab sayang jika hidup hanya dihabiskan untuk tidur sehingga terkurangi waktu untuk dzikrullah. Dari total hidup (mungkin) yang terjaga hanyalah satu pertiga, sedang dua pertiga waktu kebanyakan manusia telah dihabiskan untuk tidur. Kemudian satu pertiganya sudahkah dimaksimalkan dengan dzikir jali dan dzikir khafi, dzikir lisani dan dzikir qalbi ? Maka berbahagialah sekiranya 24 lemari itu yang menunjuk pada 24 jam seluruh isi lemari penuh dengan dzikrullah.
Penanda sufi lainnya adalah tidak akan bicara
kecuali dia dan orang lain dapat mengambil manfaat dari pembicaraannya, lalu
tidak akan diam, kecuali dalam diamnya sehingga dirinya dan orang lain dapat
mengambil manfaat dari diamnya, tidak akan menulis kecuali dalam tulisannya
bisa dipetik kegunaan. Betapa indahnya demikian, waktu berjalan dalam
kebarkahan dan setiap detiknya merupakan ridha Allah swt. Barang kali inilah
waktu yang bernilai emas murni di mata Allah swt dan Rasulullah saw.
Waktu yang telah pergi tidak akan datang kembali, dalam waktu ada
kejadian, ada orang yang kita temui, dalam konteks perjalanan waktu ada hal
yang berbuah pahala, dosa atau sia-sia (kosong dari pahala dan dosa). Besok
subuh akan menyapa kita lagi. Tapi subuh yang telah lewat tidak bisa terulang
persis dengan subuh kemarin yang telah kita lewati dengan tahajjud, memahami
ayat dan perkata dalam Al Quran, sunnah fajar, shadaqah fajar, shalat fajar
berjamaah dengan doa qunut, membersihkan rumah, membuang sampah. Sedang subuh
ini (mungkin) kita abai shalat sunnah fajar (qabliyah subuh), atau kita tidak
tahajjud, waktu yang berlalu jika tidak diisi dengan baqiyyatus shalihat (amal
shaleh yang berkekalan) merugilah di dunia dan di akhirat. Waktu yang berjalan
24 jam apabila diisi dengan mencari rezeki yang halal beruntunglah, sebaliknya
jika diisi dengan maksiyat merugilah.
Atas rahmat Allah, carilah amal dalam waktu singkat yang pahalanya
berkepanjangan, sebagaimana Rasulullah saw bersabda : Man sanna sunnatan
hasanah, falahu ajruhu wa-ajruman 'amilabiha (barangsiapa yang membiasakan
kebiasaan/tradisi yang baik/sunnah hasanah, baginya pahala untuknya dan pahala
untuknya juga sebanyak orang mengikutinya), ini salah satu bentuk amal jariyah
berupa tradisi yang baik bahwa pahala jariyah tidak putus-putus pahalanya
(falahum ajrun ghairu mamnun). Perbuatlah amal jariyah yang tiada putus
pahalanya walau amal (perbuatan) telah terputus (mati). Sebagaimana didawuhkan
oleh kanjeng baginda Nabi Muhammad saw ujar beliau : Idza matabnu Adam inqatha-a-'amaluhu illa min tsalas : Jika mati anak Adam (manusia) putuslah dia beramal,
kecuali tiga : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh
selalu mendoakan (kedua orang tuanya) (HR. Bukhari dan Muslim). Meraih pahala
yang besar tiada putusnya pahala itu mengalir dari dunia sampai akhirat
diperoleh dari waktu-waktu pergerakan jarum-jarum jam di dunia kini dan
sekarang. Shadaqah jariyah apapun bentuknya, ilmu yang bermanfaat yang terus
ditebarkan untuk keselamatan, kebahagiaan, kecerahan, kesehatan dapat berupa
konsep, sunnah/ tradisi hasanah (kebiasaan yang baik) yang pada intinya ada
proses trans pembelajaran, transformasi, transfer of knowledge, transfer of
skill, transfer of behavior, seluruh transmission untuk maslahat bagi orang banyak,
penyebaran ilmu tidak ada istilah rahasia perusahaan. Rahasia perusahaan hanya
ada dalam ranah perusahaan, belum ditemukan dan tidak akan ditemukan pada ranah
pendidikan. Lalu poin ketiga yang melejitkan pahala dari amal shaleh bersifat
berkekalan, berkeabadian dan berkesinambungan tiada berkesudahan hingga masuk
ke dalam surga (baqiyyat ash-shalihat) adalah anak shaleh yang mendoakan
(waladun shalihun yad'ulah), dalam bahasa Arab wazan (timbangan) waladun
shalihun- waladan shalihan-waladin shalihin-merupakan na'at man' ut (kata sifat
dan yang disifati) arti waladun shalihun adalah anak yang shaleh
keadaannya yad' ulah (selalu mendoakan).
Jika doa bagian dari baqiyyat shalihat maka seluruh amal shaleh yang dilakukan
anaknya maka itu berarti doa dalam bentuk luas bagi kedua orang tuanya,
disebabkan orang tuanya telah menanam benih ilmu, iman, islam dan amal
kepadanya, buahnya berupa pahala kebaikan dan terus menerus kebaikan lalu orang
tua dan anaknya serta orang banyak memetik buah hanum dan harum dari pohon
besar kebajikan yang tiada henti berbuah dan tidak dilarang memetik buahnya (la
maqthu'ah-wala mamnu'ah) (Al Waqi'ah ayat 33).
Anak yang shaleh telah dipahat dengan pendidikan akan membuat
kedua orang tuanya rehat dengan nyaman-dengan tenang di alam qubur dan di surga
'Aden, Allah swt berfirman sebagai doa malaikat pemanggul Arasy : Ya Tuhan
kami, masukkanlah mereka ke dalam surga 'Aden yang telah Engkau janjikan kepada
mereka, dan orang-orang shaleh diantara mereka, pasangan mereka dan keturunan
mereka, sungguh Engkaulah yang maha perkasa maha bijaksana. Dan peliharalah
mereka dari dosa, dan sungguh orang yang terpelihara dari dosa pada hari ini
(akhirat) beriringan mendapat rahmat Allah, dan yang demikian itu kemenangan
yang agung (Ghafir ayat 8-9). Betapa penting arti dan posisi keluarga di alam
qubur dan alam akhirat sehingga menjadi tema penting dalam agenda doa malaikat
pengusung arasy Allah (alladzina yahmilunal-'arsya). Keluarga beriman juga
termasuk kategori yang mewarisi jannat (surga-surga) wa na'im (dan kanikmatan).
Allah secara panjang dan lebar mewartakan mereka sebagai keluarga beriman di
surgaNya (At Tur ayat 17-28).
Dalam hal ini, penulis sering kali teringat dengan ayahnda tercinta
H. Zahran yang selalu menasehati penulis, jagalah nama baik keluarga, tanpa
menyitir ayat ternyata nasehatnya sangat bernas, bahwa keluarga besar dan
dzuriyat H. Zahran akan bertemu kembali di surga dengan syarat beriman dan
beramal shaleh mengikuti leluhurnya H. Zahran, Allah janjikan : Dan orang-orang
yang beriman, beserta anak cucu keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan,
Kami pertemukan mereka dengan keturunan mereka di dalam surga, dan Kami
sedikitpun tidak mengurangi amal pahala mereka. Setiap orang terikat dengan
amalnya (At Tur ayat 21).
Hanya bermohonlah kepada Allah akan ridhaNya terhadap amal sedikit
dan penuh kekurangan dengan doa : watammim taqshirana ya Allah ya rabbal
'alamin (dan sempurnakanlah kekurangan kami ya Allah) satu contoh dari banyak
contoh doa yang ayahnda tercinta H. Zahran selalu baca di surau Nurul Huda atau
di kala menjadi khatib dan imam di Masjid Besar Kecamatan Pemangkat sewaktu
penulis masih duduk di bangku SD dan SMP (MIS PIP dan MTsN Pemangkat). Selain
itu ada tiga doa yang tidak pernah ayahnda tercinta lupakan dalam munajat
khusyu' doa beliau : Doa mohon ampun (merujuk pada doa Nabi Adam as), doa
dzurriyat qurrata a'yun (doa Nabi Ibrahim as), dan doa sapu jagad (Doa Nabi
Muhammad saw).
Banyak lagi doa yang beliau panjatkan kehadiratNya, seperti doa
Nabi Isa (Rabbana 'alaika tawakkalna wa-ilaika anabna wa-ilaikal mashir : ya Tuhan kami di atas kehendak Engkau kami bertawakkal, kepadaMu kami bertaubat, dan
kepadaMu tempat kembali kami). Atau, ayah juga sering membaca doa mantan ahli
sihir Fir'aun yang telah beriman : Rabbana amanna bima anzalta wattaba' nar
rasula waktubna ma'asy syahidin (Tuhan kami, kami beriman dengan apa-apa yang Engkau
turunkan kepada rasul, dan catatlah kami bersama orang yang
menyaksikan-mukjizat Musa-). Banyak lagi amalan yang beliau suruh seperti jika
mau tidur bacalah bismillahirrahmanirrahim sebanyak 21 x. Dan amaliyah -
amaliyah lain, selain surah favorit ayahnda tercinta adalah surah Al A'la dan
Al Ghashiyah, dan seluruh uraian tulisan dalam Al Hikam ini, penulis hadiahkan
pahalanya kepada almarhum tercinta ayahnda H. Zahran bin H. Sabran
bin H. Abdur Rasyid Langgar, sembari hati hamba memohon keampunan kepada Allah
atas salah dan alpa penulis. Lahu Al Fatihah. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar