Al Hikam - Hikmah 238 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
HIKMAH 238
SUKA DAN DUKA
KURANGILAH KESUKAANMU DENGAN DUNIA, SUPAYA BERKURANG KEDUKAANMU
PADA DUNIA (Liyaqilla ma tafrahu bihi yaqilla ma tahzanu alaihi).
Sebanyak yang kita reguk berupa nikmat-nikmat duniawi sebegitu
banyak pulalah kedukaan saat nikmat itu pergi. Jika nikmat itu berada di tangan
kita bersiap-siaplah kita menjadi budaknya. Bukankah engkau menjadi budak terhadap
apa yang engkau miliki. Dan, engkau akan merasa kehilangan ketika yang engkau
miliki itu pergi atau khianat kepadamu. Betapa dalamya rasa kehilangan itu
adalah sedalam, seerat, sekuat engkau
mencintai barang atau orang. Bersusah payah engkau mengejar dunia hingga melalaikan
taatmu kepada Allah, sementara janji dunia bersifat palsu, lalu dunia tidaklah
menyisakanmu kecuali kehampaan. Hampa tidak mendapatkan kepuasan yang
dijanjikan dunia melainkan engkau sibuk mencari dunia, lalu kamu mati, kemudian
harta yang engkau kumpulkan sekiranya halal pasti dihisab (dihitung), sekiranya
harta diperoleh dengan cara yang haram pasti diadzab.
Waliyullah Imam Ahmad Ibnu Athaillah Rahimahullah Ta'ala mengatakan
kurangi merasakan kelezatan hidup di dunia yang hanya meninggalkan kepahitan
karena sifat dunia yang fana, jika engkau tidak mau dipecat, jangan menjabat,
jika engkau tidak mau dikecewakan jangan engkau gantungkan cintamu kepada yang
palsu (dunia). Dunia ini sudah tua umurnya, sewaktu engkau dirayu oleh
dunia, dunia sudah berpengalaman, mungkin usianya sudah lebih dari enam milyar
tahun, iblis lebih lama lagi, dan umur napsu lebih lama lagi. Dari sekian
banyak makhluk Allah yang paling terakhir Allah ciptakan adalah manusia (Nabi
Adam) setelah Allah menciptakan malaikat
dan alam semesta. Manusia merupakan karya teragung dan terbaik yang diberikan
Allah swt, dan sungguh Kami menciptakan manusia dalam bentuk rupa yang sebaik-baik
penciptaan. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta.
Telah banyak orang yang dinina-bobokkan, disenangkan lalu
disusahkan dunia, dianjung disanjung dunia lalu dihempaskan dunia, hingga diri
yang merana kesepian, kesendirian setelah semua dahulu mendekatimu saat dirimu
berbalut gula yang dikerumuni semut, saat engkau tidak bergula semutpun pergi
meninggalkan gula. Penghuni dunia hanya mendekat kepadamu saat engkau berguna
bagi mereka, saat engkau tidak berguna, engkau pun dicampakkan oleh mereka.
Bekerja keras untuk dunia ketika sehat, engkau akan dilupakan dunia dan
penghuninya ketika engkau sakit. Dunia
hanya meminta tenagamu hingga terkuras, duitmu hingga habis sementara engkau
lalai menunaikan ibadah. Dunia hanya meminta waktumu dengan cita-cita dan angan
kosong menggapai sesuatu yang kamu tidak nikmati, kecuali siksa kubur menanti
dan adzab neraka menunggu. Saat di alam kubur, dimana orang-orang yang dahulu
kamu sayangi, dimana saudara-saudara yang dahulu kamu ongkosi ? Dimana manusia
yang sempurna yang dahulu kamu puji-puja ?
Lelahmu diujung, usia tuamu
hanya marah-marah, memberontak saat tuamu tidak lagi dihormati oleh karyawanmu
seperti dulu. Sejatinya, engkau harus lebih menyayangi keluarga kecilmu,
disinilah masa akhirmu, jika tidak su-ul khatimah, jelek dipenghabisan umurmu. Miris hidup
mereka.
Lalu, jaga adrenalin mu pemicu penyakit dalam, bukan menyalahkan
takdir, tapi aturlah kembali ritme hidup dengan lebih pemaaf, lebih sederhana
lagi, lebih rendah hati, lebih santun dan sopan dalam ucapan dan perbuatan.
Ingatlah tugas utamamu, jangan tugas
pinggiran kamu utamakan atau sebaliknya. Tugas utamamu adalah mengabdi pada
pencipta mu, selain itu tugas tambahan, tapi kadang tugas tambahan itu yang
menyita waktu mu. Tugas pokok suami, tugas pokok istri, tugas pokok anak,
diatas segala tugas pokok dan tugas tambahan adalah tugas mengabdi kepada
Allah.
Kurangilah kesenangan hidup di dunia, maka berkurang pula
kedukaanmu di dunia. Dunia adalah ladang kedukaanmu, tunjukkan kepadaku orang
yang paling bahagia di dunia ? Jika ada, yang ada hanyalah manusia yang
dikecewakan oleh dunia, mengejar dunia seperti mengejar bayang-bayang. Kita
diam bayang-bayang diam. Kita lari bayang-bayang lari. Jangan terlalu
"ngoyo" dengan dunia, rezeki
tidak akan tertukar dan tidak akan salah alamat. Rezeki datang dan pergi telah
ditentukan waktunya dan tempatnya. Mautpun begitu.
Jangan mengkhawatirkan masa depan dirimu dan anakmu. Allah yang
menanggung rezekimu, Allah yang menanggung rezeki anakmu, Allah yang menanggung
semua rezeki manusia dan alam semesta. Jangan engkau pikirkan engkau akan
menjadi apa ? Itulah kedukaanmu saat
terbawa angan-angan kosong lamunan menghitung bintang-bintang di langit,
terlalu jauh, terlalu banyak dan mustahil engkau gapai.
Kata-kata bijak Ibnu Athaillah seperti yang beliau sampaikan sangat
mengandung nilai kebahagiaan di hati. Apakah engkau masih akan tenang jika
bersahabat dan bersandar dengan dunia ?
Manakah yang lebih nikmat saatmu bersama Allah atau saatmu bersama
manusia ? Manakah yang lebih tenang saat dirimu mengingat Allah atau saat
dirimu mengingat manusia ?
Atau dengan kata lain, sederhana ketika suka, maka ketika dukapun
engkau dalam keadaan sederhana (tenang). Jangan ikuti kesukaan hati dengan
dunia, kekanglah hawa nafsumu dengan
tali kekang atau tali kendali yang kuat, hanya dengan memohon pertolongan Allah
dari godaan duniawi yang menipu, dari godaan hawa napsu yang tidak puas dan
dari godaan syaithan yang terkutuk, engkau dibantu dan ditolong Allah. Jangan
kan terhadap perbuatan jahat, perbuatan baikpun kita harus bermohon
perlindungan kepada Allah. Allah menyuruh kita setiap kali membaca Al Qur'an
dengan melafalkan ta'awudz dan basmalah.
Berlindung kepada Allah. Lalu, bergembira dengan Allah. Bergaul
dengan Allah, sebab hanya Allah sajalah yang membuat kita bahagia hakiki,
senang hakiki, sebagaimana janji Allah bagi hambaNya yang beriman dan
beristiqamah : Ingatlah, wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka,
dan mereka tidak bersedih hati. yaitu orang-orang yang beriman dan keadaan
mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan di dunia dan
di akhirat. Tidak ada perubahan pada janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan
yang agung (Yunus ayat 62-64). Dan bagi mereka yang takut pada kedudukan
(maqam) Tuhannya, bagi mereka mendapatkan dua surga (Ar Rahman ayat 46). Surga
dunia dan surga akhirat. (Wallahu
a'lam).
Komentar
Posting Komentar