Al Hikam - Hikmah 243-245 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
HIKMAH
243-245ILMU
NAFI'
- Al-Ilmun nafi' huwalladzi yanbasithu fis shadri syu'uhu, wayankasyifu bihi 'anil qalbi qina'uhu.
- Khairul 'ilmi makanatil khasy-yatu ma'ahu.
- Al 'Ilmu in qaranathul khasy-yatu falaka, wailla fa'alaika.
Demikian kata beliau, waliyullah al-arif billah mursyid imam Ahmad Ibnu
Athaillah Rahimahullah Ta'ala wanafa'ana bi ulumihi yang sekira-kira artinya
adalah : Ilmun nafi' (ilmu yang berguna) ialah yang meluaskan dan menyinarkan
dada serta membukakan penutup hati, sebaik-baik ilmu yang bersama ilmu itu
adalah keadaan rasa takut kepada Allah. Akibatnya, ilmu yang disertai rasa
takut kepada Allah, akan menguntungkan dirimu, jika tidak, ilmu itu berbahaya
bagimu.
Shahibul Hikam ini menjelaskan bahwa ilmun nafi' adalah mengenal
Dzat Allah serta sifat, asma dan af'al (perbuatan) Allah. Juga mengerti
bagaimana cara mengabdikan diri kepada Allah serta beradab kepada Allah. Dalam
kitab ini juga beliau katakan Nabi Daud as berkata : Ilmu di dalam dada
bagaikan lampu di dalam rumah. Betapa pentingnya ilmu (fardhu 'ain) yang
mengusung kepada takut Allah (yakhsyallah) adalah para alim ulama.
Ilmu yang tidak menyampaikan seseorang pada pengenalan kepada Allah
sebagai puncak ilmu hanyalah puncak derita. Bersihkan niat dalam belajar dan
bersihkan niat dalam mengajar. Ilmu adalah cahaya Allah yang turun ke dalam
hati yang bersih. Derita ilmu dan orang yang berilmu eksesnya tidak hanya
mengena pada dirinya, tapi dampak hulu ledak kejahatan ilmunya selama-lamanya
bahkan sampai hari qiyamat yang telah menyesatkan banyak orang selama berabad-abad
hingga pengikut dari ulama/rahib/pendeta/suhu yang suu' (jahat) telah
memasukkan banyak jama'ah manusia ke dalam neraka Jahannam. Sungguh, orang-orang
yang menyembunyikan kebenaran dari Tuhannya, sedang mereka mengetahui, mereka
itulah orang-orang yang mendapat laknat. Isyarat Allah pada surah Al Baqarah
ayat 159. Inilah kerja ilmuan dajjal yang berkongsi dengan pengusaha bejat dan
penguasa tamak. Setali tiga uang ada pada diri Fir'aun (lambang kekuasaan),
Qarun (lambang kekayaan), Haman (lambang keilmuan), ketiga mereka ini hidup
semasa dengan Nabi Musa alaihissalam.
Rusaknya ummat karena ilmuan, pemimpin agama (ulama dan pendeta)
yang menjual agama dengan harga murah (dunia) mereka akan dilemparkan ke neraka
Jahannam, dan (neraka Jahannam) sejahat-jahat tempat kediaman (liyasytaruna
biayatillahi tsamanan qalila, tsumma
ma'wahum jahannam, wabi'tsal mashir). Saat hari ini suara kebenaran dibungkam
oleh dunia, maka kebodohan merajalela yang sumbernya adalah kepintaran dari
perencanaan ilmuan, akademisi yang menjual ilmunya untuk lembaran-lembaran
rupiah. Berbahayalah ilmuan seperti ini, membahayakan banyak orang dan
merugikan banyak orang dari segi iman, ekonomi, pendidikan, dan yang lebih
menyengsarakan dari semua itu adalah fakir miskin.
Amanah ilmu adalah mempelajari ilmu berhukum syara' kepada fardhu
'ain (kewajiban pribadi setiap saat), fardhu 'ain mengamalkan ilmu, fardhu 'ain
bagi 'alim (jamaknya 'ulama) mengajarkannya kepada ummat, fardhu 'ain dalam
bersabar menyebarkan (dakwah) dan dalam bersabar mengamalkan ilmu. Ilmu adalah
cahaya sedang kebodohan sama dengan kegelapan. Adakah sama antara terang dan
gelap ? Adakah sama antara dunia dan akhirat ? Adakah sama antara yang beramal
dengan yang tidak beramal ? Adakah sama yang mengetahui dengan yang tidak
mengetahui ? Manakah yang lebih mulia orang yang mursyik atau muwahhid ?
FirmanNya : Apakah orang musyrik beruntung ? Ataukah orang yang taat beribadah
pada waktu malam dengan bersujud dan berdiri, karena takut kepada adzab akhirat
dan berharap rahmat dari Tuhannya ? Katakanlah, adakah sama orang yang
mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui ? Sebenarnya hanya orang yang
berakal sehat yang dapat menerima pelajaran (Az Zumar ayat 9).
Perkongsian dan persekutuan orang-orang jahat sedari mula masa
dahulu telah ada, kitab suci mencontohkan kedurhakaan kaum ' Ad, kaum Tsamud
mereka semua merupakan kaum ilmuan yang berpandangan tajam. Allah swt jelaskan
keadaan mereka, begitu juga persekutuan-persekutuan penguasa, pengusaha dan
pengampu illmu (Firaun, Qarun dan Haman) : Dan (ingatlah) kaum 'Ad dan Tsamud
sungguh telah Kami hancurkan kediaman mereka. Syaithan telah menjadikan indah
perbuatan (dosa) mereka yang menghalangi manusia dari jalan Allah, sedang
mereka adalah kaum yang berpandangan tajam, yaitu (dan juga) Qarun, Firaun dan
Haman. Sungguh, telah datang kepada mereka Musa dengan membawa keterangan yang
nyata. Tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, dan mereka tidak luput dari adzab
Allah (Al Ankabut ayat 38-39). Sebaliknya, ilmu yang mencerahkan adalah ilmu
yang bisa mengenal Allah (nurul ilmi bima'rifatillah), sejatinya jika gagal
dalam pencarian dan pengenalan di dunia, gagal pula menemui tuhannya, sebab
bukan mata yang buta, tapi hati yang buta bahkan lebih sesat jalan-jalannya di
akhirat nanti. Keadaan mereka yang gelap hatinya tanpa cahaya ilmu pengenalan
kepada Allah sama dengan berjalan dalam keadaan buta padahal cahaya Allah
sangat terang. FirmanNya dalam kitab suci surah Al Hajj ayat 46 : Tidak
pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati mereka dapat memahami atau
telinga mereka dapat mendengar ? Sebenarnya, bukan mata itu yang buta, tetapi
yang buta ialah hati yang ada di dalam dada. Lalu Allah lanjutkan kepongahan
mereka dan keangkuhan mereka pada ayat 47-48 : Dan mereka memintamu (Muhammad)
agar adzab itu disegerakan datangnya, padahal Allah tidak akan menyalahi
janjiNya. Dan, sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah sama dengan seribu
tahun menurut perhitunganmu. Dan berapa banyak negeri yang Kami tangguhkan
(penghancurannya) karena penduduknya berbuat dzalim, kemudian Aku adzab mereka
dan hanya kepadaKu lah tempat kembali.
Semestinya dengan ilmu itu mampu membuka pintu-pintu hati untuk masuknya
pikiran dan perasaan takut kepada Allah, sumber akar ilmu kepada Allah
membuahkan khauf (takut) kepada Allah yang demikian mendorong si hamba
menunaikan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Takut yang didasarkan oleh
ilmu. Bukankah sungguh banyak dalam Al Quran ayat-ayat yang mempertanyakan :
Apakah tidak engkau perhatikan ? Ini merupakan salah satu bentuk rangsangan
(stimulus) dari Allah supaya manusia memberikan tanggapan (respon) yang
berujung sampai pada keimanan yang hakiki akan keesaan Allah dalam perbuatan,
asma dan sifat Allah yang berasal dari keesaan dzat wujud hakiki Allah swt.
Pembacaan dan penelitian terhadap ayat-ayat Allah yang tercipta dalam samudera
alam (kauniyyah) dan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam kitabNya (kitabiyyah),
pembacaan terhadap kedua materi tersebut (iqra' bismi rabbikal ladzi khalaq) :
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang maha menciptakan, harus berakhir pada wasjud
waqtarib (dan bersujudlah dan mendekatlah kepada Allah). Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar