Al Hikam - Hikmah 249 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 


HIKMAH 249
MUSUH

Sengaja Allah menjadikan syaithan sebagai musuhmu, supaya engkau bosan kepada syaithan lalu engkau berlindung kepada Allah. Demikian juga napsu, supaya engkau selalu menghadap Allah.

Mursyid ketiga dari sanad thariqah Syaziliyyah, dari mursyid pertama Abu Hassan As Syazili, mursyid kedua Abu Abbas al Mursi dan beliau Ahmad Ibnu Athaillah as Sakandari  telah mengarang kitab Al Hikam (hikmah-hikmah) telah tertulis 700 tahun yang lalu.

Beliau menasehati jangan membenci ciptaan Allah swt berupa syaithan dan hawa napsu. Keduanya merupakan barang ciptaan. Status barang ciptaan pasti fana, musnah dan lemah. Keduanya memiliki unsur jahat, syaithan makhluk dengki (hasad), napsu makhluk ananiyyah (keakuan), baik hasad maupun ananiyyah bertujuan menjerumuskan manusia ke lembah jurang neraka jahannam terdalam dengan menghalangi manusia dari jalan Allah (wayashuddukum 'an sabilillah), tersesatlah hamba itu sesesat-sesatnya, kecuali hamba yang ditolong Allah dari napsu yang menipu dan dari godaan syaithan yang terkutuk.

As Sakandari memandang bahwa ciptaan Allah berupa syaithan jadikanlah sebagai pemicu untuk lebih taat kepada Allah dan untuk lebih dekat kepada Allah. Sebab, berlindung kepada Allah dari godaan dan gangguan syaithan yang rajim (terkutuk) lalu berlari mencari naungan berupa payung-payung perlindungan Allah, disitulah Allah mencurah ruah limpahkan pahala dan tuah kepada hambaNya, lalu meningkatkan derajat hamba menjadi mukmin mukhlis-mukhlas. Mukhlas berarti  hamba yang diikhlaskan, tidak bisa dibujuk rayu syaithan terhina karena si hamba telah berada pada lingkaran Allah swt. Lalu, kenalilah musuh dan segera berlindung kepada Allah dari kejahatan syaithan yang terkutuk. Mengenali syaithan dengan informasi dari Allah swt dan Rasulullah saw.

Informasi dari Allah swt bahwa syaithan telah bersumpah menjadikan manusia sebagai musuh syaithan, oleh sebab itu jangan menjadikan syaithan sebagai teman, salah satu pintu masuk syaithan adalah marah. Marah merupakan kondisi jiwa yang tidak stabil, memutuskan ribuan saraf kecil sebagai pengantar kecerdasan intelegencial, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Orang yang sangat cepat reaktif, hidupnya disorientasi, maka Islam sangat menganjurkan thuma'ninah (tenang) dalam perang menghadapi hawa napsu (keinginan diri) selaku musuh dari dalam diri, dan dalam perang menghadapi syaithan selaku musuh dari luar diri. Ketenangan jiwa itu penting sebagai syarat mutlak sehat jasmani dan rohani.

Ketenangan jiwa (nafsul muthmainnah) syarat mutlak untuk memenangkan peperangan. Saat perang jiwa berkecamuk itulah syaithan dan hawa napsu datang secepat kilat memanah dengan busur-busurnya melesat cepat seperti dengki, angkuh, tidak mau disalahkan tetapi merasa benar, memandang kecil selain dirinya, tidak percaya Allah, takut masa depan, gopoh-gegabah, lalulah dia menjadi keakuan maha benar. Melihat orang lain dari sudut keburukannya, gagallah dia, su-ul khatimahlah akhir hidupnya.

Memang begitulah gawian Syaithan, dengan segala macam cara, jika dia gagal membuatmu kafir, minimal kamu syirik, lalu munafiq atau fasiq. Jikapun gagal dia memintamu tidak menunaikan perintah, dan melakukan yang dilarang Allah, kalaupun engkau tetap tunai perintah dan tinggalkan larangan, dia bisikkan di hatimu riya', ujub, takabbur, segala macam cara dilakukan.

Syaithan gunakan apa jua cara yang terpenting manusia tersesat dari jalan Allah. Permusuhan abadi syaithan dengan manusia anak cucu Adam adalah seperti dialog Allah dengan iblis : Berkata Iblis, karena Engkau ya Allah telah mengusirku (dari surga), pasti aku akan menghalangi manusia dari jalanMu yang lurus. Kemudian aku akan menggoda mereka dari depan dari belakang, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur (Al A'raf ayat 16-17).

Sebagaimana telah diketahui umum bahwa syaithan akan mengarahkan seluruh kekuatannya untuk menggoda manusia dan mencari titik lemah manusia seperti yang telah Allah swt peringatkan : (Iblis) berkata, terangkanlah kepadaku, inikah (Adam) yang lebih engkau muliakan daripada aku ? Sekiranya Engkau memberi waktu kepadaku sampai hari qiyamat, pasti aku akan sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil (yang selamat). Allah  berfirman, pergilah engkau Iblis, barangsiapa diantara manusia yang mengikutimu, maka sungguh neraka Jahannam balasanmu semua sebagai pembalasan yang cukup. Dan perdayakanlah siapa saja diantara manusia yang engkau sanggup (Iblis) menyesatkan mereka dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap manusia dengan pasukan (Iblis) yang berkuda dan berjalan kaki, serta bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak mereka lalu berilah mereka janji-janji, padahal syaithan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada manusia. Sesungguhnya kepada hamba-hambaKu, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga (Al Isra' ayat 62-65). Betapa sangat jahat syaithan akibat dendam kepada ayah Adam alaihissalam, hingga iblis (ketua syaithan) telah bersumpah di hadapan Allah untuk memperbanyak pengikutnya yang akan menjadi calon (kandidat) penghuni neraka Jahannam kelak di akhirat, berela-rela mereka siang dan malam mengarahkan pasukan bersenjata untuk menakut-nakuti, pasukan dengan rayuan nyanyian gemah-gemulai dengan meminjam suara dunia penuh keasyikan penuh kemerduan untuk melalaikan manusia dari Allah swt. Mulai dari yang paling kasar sampai yang paling halus syaithan lakukan segala cara supaya manusia mengikuti langkah demi langkah yang dilancarkan syaithan secara gencar hingga melalui aliran darah, selain mata, telinga dan hati.

Tetapi bagi hamba Allah yang mukmin mukhlis mukhlas, Allah yang menjaga mereka, hamba-hamba Allah. Lancarkan juga serangan kepada syaithan berupa sujudmu yang lama kepada Allah swt, dzikrullah yang dawam (berkepanjangan), menyebut nama Allah (basmalah) saat mulai makan dan minum serta akhiri dengan hamdalah. Lakukan setiap saat sebagai amaliyah yaumiyyah (amal sehari-hari) ketika berdiri, duduk dan berbaring selalu ingat kepada Allah swt dengan ikhlas memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang rajim. Firman Allah : Iblis berkata, Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan kejahatan terasa indah pada hati mereka di bumi, dan pasti akan aku sesatkan manusia seluruhnya, kecuali hamba-hambaMu yang terpilih diantara mereka (mukhlasin). Allah berfirman, inilah jalan lurus (agama Islam) menuju kepadaKu. Sesungguhnya engkau (Iblis) tidak berkuasa atas hamba-hambaKu, kecuali mereka yang mengikutimu karena mereka lalai (Al Hijir ayat 39-41).

Setelah kedok tipuan kepalsuan syaithan terungkap sudah maka teruslah perangi syaithan, robohkan rumah-rumah keangkuhan syaithan di hatimu, rusakkan jejaring-jejaring syaithan yang ditebarkannya pada hawa napsu dan dunia fana ini dengan memperbanyak dzikrullah, lemah dan hancurlah pasukan-pasukan syaithan dan bercerai-berailah mereka. Teruslah hadirkan Al Quran dalam dirimu, rumahmu, negerimu. Berpayung dengan perlindungan kalimah Allah yang maha agung.

Hal kedua yang dapat melambungkan hubungan dengan Allah adalah hawa napsu. Ibnu Athaillah menyebutkan hawa napsu yang ada dalam diri menjadi pendorong bagimu untuk lebih banyak dekat dengan Allah serta curigalah dengan napsu. Selain keinginan (hawa) diri (napsu) memang ingin menggelincirkan manusia juga dijadikan kenderaan syaithan saat kecenderungan napsu mengingini (menghawa) pada kemegahan harta benda duniawi (alhakumut takatsur) hingga masuk ke alam qubur (hatta zurtumul maqabir). Kisah teladan nabi Yusuf alaihissalam yang diuji coba (testing) antara iman dan cinta Zulaikha (isteri perdana menteri Mesir).

Hawa napsu sifatnya ingin bersenang-senang saja, tanpa memikirkan akibatnya. Napsu (diri) jika tidak dibimbing Allah akan ngawur dan ngelantur dalam ucapan dan perbuatan, napsu berpura-pura buta, tuli, bisu terhadap hukum-hukum, perintah dan larangan Allah, lalu napsu menerjang garis batas larangan Allah dan abai terhadap perintah Allah, kecuali napsu yang tersadar menyaksikan keterangan-keterangan tuhanNya (lau la arra-a burhana rabbih). Burhan (tanda-tanda keterangan dari Tuhan) datang saat akan maksiyat, kemudian segera lari dan menghindar dari maksiyat, Kami palingkan Yusuf dari kekejian (perbuatan zina), sungguh Yusuf termasuk hamba yang Kami pilih. Surah Yusuf mengisahkan bagian dari pertempuran dan peperangan melawan hawa napsu, sejak mulai napsu serakah saudara-saudara Yusuf, lalu napsu Zulaikha, kemudian Yusuf dijebloskan ke dalam penjara Mesir,takwil mimpi, hingga akhir bertemu dengan saudara-saudaranya dan ayah tercinta, Nabi Ya'qub alaihissalam. Episode demi episode yang Allah gambarkan pada kehidupan nyata Yusuf mengangkat kisah kemenangan iman atas napsu. Roda pedati perjalanan hidup yang terus berjalan, turun-naik, ke atas ke bawah, lumpur kerikil tajam atau jalan mulus beraspal adalah lingkar-lingkar kehidupan duniawi sebagai pertarungan abadi kawah jiwa kehidupan dengan hawa napsu yang wajib selalu diwaspadai. Sebagaimana pernyataan Yusuf yang direkam Al Quran : Dan aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan, karena sesungguhnya napsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali napsu yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha pengampun maha penyayang (Yusuf ayat 53).

Kenali hawa napsu kemudian kekang dan kendalikan lalu jadikan tunduk kepada Allah dengan kriteria taat yang disebutkan Allah dalam kitab Nya : Sungguh insan (manusia) diciptakan berkeluh kesah, jika mendapat kebaikan (harta) dia kikir, jika ditimpa musibah dia berputus asa, kecuali : 1. Dawam (berterusan) dalam shalatnya. 2. Berinfaq untuk fakir miskin yang meminta-minta (sa-il) dan untuk fakir miskin yang tidak meminta-minta (mahrum). 3. Membenarkan (iman) kepada hari pembalasan. 4. Takut kepada murka (siksa) Allah. 5. Memelihara kehormatan diri. 6. Memenuhi amanat dan menepati janji - janjinya. 7. Berpegang teguh pada sumpah pengabdiannya sebagai hamba Allah. 8. Menjaga shalatnya. Tanda-tanda itu membuat mereka mulia di mata Allah. Lantas, Allah swt sebut mereka berada di dalam surga-surga dan mereka dimuliakan (Al Maarij ayat 19 - 35). Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN