Al Hikam - Hikmah 33-35 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
HIKMAH 33-35
TAWAKKAL
- Tidak akan terhenti (terganjal) permintaan yang engkau sandarkan kepada Tuhanmu (keadaan bertawakkal). Dan tidak mudah tercapainya permintaan yang engkau sandarkan kepada dirimu sendiri (ketiadaan bertawakkal).
- Tanda keberhasilan diakhir adalah kembali kepada Allah diawal.
- Barang siapa yang terang diawalnya, terang diakhirnya.
Shahibul hikam ini menyuruh tawakkal adalah perbuatan hati diawal
(bidayah) demikian pula yang didapat dalam tawakkal hamba diperjuangan saat
akhir (nihayah). Begitupun jua salik atau murid yang saat awal berjalan menuju
Allah (bidayah) dalam tawakkal, kemudian Allah sampaikan si murid/salik menjadi
wasil (sampai kepada Allah) karena telah berserah diri sejak awal hingga akhir
dijaga Allah. Berarti berhati-hatilah saat memulai niat karena di dalam niat
berikutan dengan tawakkal di dalam niat itu. Bagaimana keadaan akhir begitulah
keadaan awal. Awalilah sesuatu dengan menyebut nama Allah (abda-u bismillah). Apapun
pekerjaan hati, perbuatan dan lisan-tulisan mulailah dengan menyebut nama Allah
rahman - rahim.
Seseorang yang telah bertawakkal kepada Allah diawal (bidayah),
sungguh dia telah berada di dalam penjagaan Allah sedari mula hingga penutupnya
(nihayah). Jangan lupakan tawakkal di awal, dalam ketukan bisikan hati :
Bismillah tawakkaltu 'alallah. Inilah pengalaman penulis bersama ayahnda
tercinta H. Zahran bin H. Sabran saat beliau membuka kios untuk berdagang,
penulis sewaktu masih di Tsanawiyah (SMP), ayahnda memulai usaha dagangnya
dengan membaca : Bismillah tawakkaltu 'alallah.
Dampak yang dihasilkan dari ucapan Bismillah tawakkaltu 'alallah
ini beliau bawa hingga ke akhirat nanti, di surga-surga (jannat jamak dari
jannah) yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, ada sungai jernih yang airnya
tidak payau, sungai susu yang susunya tidak basi, sungai anggur yang enak bagi
peminumnya, sungai madu yang murni dengan aneka buah-buahan, dan ampunan dari
Tuhan mereka (Muhammad ayat 15). Ini menggambarkan bahwa siapa yang bertawakkal
pasti menang di dunia dan di akhirat. Walau secara kasat mata ada dilihat orang
yang bertawakkal merugi, tapi yakinlah itu upaya Allah swt menghindarkan si
hamba dari kedurhakaan kepadaNya, dan memilihkan si hamba jalan-jalan
keselamatan dalam agama, dunia dan akhirat (wa bihi nasta'in, 'ala umurid
dun-ya wad din). Bertawakkal (berserah diri) kepada Allah diawal hakikatnya
telah mencapai kesuksesan, karena manusia yang telah bertawakkal berarti
menjadikan Allah sebagai wakilnya di dunia dan di akhirat (al Wakil), pastilah
Allah al Wakil memilihkan yang terbaik untuknya di dunia dan di akhirat menurut
ukuran Allah, bukan ukuran hamba. Karena, mukmin sejati setiap memulai
pekerjaan pasti bertawakkal diawalnya pasti bertawakkal diakhirnya (man
asyraqat bidayatuhu, asyraqat nihayatuhu).
Bertawakkal oleh As Sakandari disuruh diawal, (boleh juga) di
tengah dan diakhir usaha. Makna ketergantungan hanya kepada Allah itu penting,
walau sudah dibuat perencanaan. Karena perencanaan dan usahamu tidak merubah
takdir. Lalu, apa gerangan gunanya perencanaan dan usaha ? Jawabannya,
perencanaan dan pengusahaan sebagai ibadah karena diperintah Allah, rencana dan
usaha manusia adalah bukti menunaikan suruhan Allah yang bernilai ibadah. Jika
rencana dan usaha manusia berhukum halal, akan membuahkan pahala yang besar
berupa surga. Kebalikannya, apabila rencana dan usahanya dosa, hukumnya haram
akan berbuah neraka. Tetaplah dalam usaha yang halal secara dzahir sedang
tawakkal secara batin.
Hidup ini lahan atau arena balapan amal shaleh, beramal menandakan
adanya gerak, gerak yang bernilai shaleh berbuah pahala, pahala teragung adalah
jannat (surga - surga). Tawakkal pembuktikan penyerahan usaha dan doa.
Logikanya, jika tidak ada usaha dan doa apa yang mau diserahkan berupa macam
persembahan kepada Allah swt ? Usaha disamping bernilai hablumminallah karena
suruhan Allah, juga bernilai hablumminannas. Dimensi vertikal dan dimensi
horizontal berjalan beriringan (simultan).
Didalam usaha yang bertawakkal pada garis vertikal mengundang
pengakuan dan penampakan hak - hak kehambaan (li idzhari ubudiyyah), merasa
diri miskin raihlah dengan berusaha mencari karunia Allah yang halal, merasa
diri kurang ilmu (jahil) berusaha dengan berguru, merasa diri akan tersiksa di
akhirat, beribadahlah, sungguh Allah tidak menyia-nyiakan amal (usaha) bagi
mereka yang beramal, disisi Allah ada pahala yang baik (husnuts tsawab).
Dalam usaha yang bertawakkal pada garis horizontal niscaya akan
banyak mengusung kebaikan, kemuliaan dan keterpujian dalam muamalah, muasyarah
dan syirkah. Hubungan kemanusian, pergaulan dan perkongsian menjadikan muka
bumi ini lebih makmur, lebih sejahtera dan lebih bahagia. Prasyaratnya adalah
kejujuran dalam usaha yang bertawakkal pada bidang dan lini masing-masing.
Pemerintah berusaha jujur dalam tawakkal, begitu juga rakyat. Buah tawakkal pada
lini horizontal membuka sekat-sekat dan kebekuan hubungan kemanusiaan serta
menembus kebuntuan komunikasi. Sebab dengan tawakkal tiada kesombongan jika
berhasil dan tiada putus asa jika gagal. Tidak sombong jika lulus dan tidak
berkeluh kesah jika tidak lulus. Sebab, Allah pasti memiliki rencana terbaik
bagi hambaNya, adab husnudz dzan (baik
sangka) kepada Allah hanya bisa dilakukan oleh hamba yang tembus pandangan mata
hatinya (bashirah) kepada keesaan Allah saja.
Kebalikannya, keburukan orang yang tidak bertawakkal bersandar pada
dirinya sendiri. Diri merupakan yang paling terugi di dunia, Allah sebutkan
profil insan itu dalam surah Al-Ashr ayat 1-4. Demi masa, sesungguhnya manusia
dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal shaleh, saling nasehat
menasehati dengan kebenaran, dan saling nasehat menasehati dengan kesabaran.
Gambaran bahwa seluruh manusia merugi (kulluhum ajma'in) termasuk segala bentuk
profesi disemua negara dan benua, laki - laki dan perempuan dipastikan merugi
dengan sumpah Allah demi waktu, demi masa. Dari seluruh manusia yang merugi
itu, terdapat pengecualian (istisna') yaitu :
1. Orang
yang beriman
Bukan orang yang mempercayai kemampuan dirinya, keluarganya,
keturunannya atau pengikutnya. Bukan orang yang menyandarkan pada kekuatan
perencanaan, kecanggihan teknologi atau keampunan vaksin melawan virus. Bukan
orang yang bergantung pada keahlian yang dimilikinya seperti tukang sihir
Firaun yang berakhir kalah dan memeluk agama Allah yang disampaikan Musa dan
Harun. Lalu kaki dan tangan mantan tukang sihir Firaun dipotong secara silang
dan dipaku - digantung di atas tiang salib. Penyaliban pada tiang salib
merupakan hukuman paling terhina karena dianggap penjahat atau pengkhianat negara.
Begitu manusia berhajat kepada makhluk, bersiap-siaplah dikecewakan. Begitu
manusia berwakil menyerahkan urusannya kepada makhluk bersiaplah merugi dan
dirugikan. Begitu manusia berpasrah (tawakkal) kepada makhluk bersiaplah jalan
panjang yang tiada putus dari kesedihan hati dan tergadainya jiwa dengan
musuhnya, kecuali mereka yang beriman.
2. Beramal
shaleh
Amal shaleh yang berarti seluruh perbuatan baik yang bergantung
kepada iman (haqqul yaqin) kepada Allah juga bermakna tawakkal sebagai ciri orang-orang
yang beriman (Al Anfal ayat 2-4). Pencirian ini yang membedakan mukmin tawakkal
dengan orang lain, karena Al Quran menyuruh kita berbeda sesuai dengan
fungsinya sebagai pembeda (Al Furqan). Furqan antara yang haq dan yang bathil,
antara yang baik dan yang jahat, pisahkanlah mereka sejak pergaulan (tidak
bersahabat) di dunia hingga ke akhirat, sebab sesuatu yang berbeda sulit
disatukan, baik kecenderungan hati, perbuatan, perkataan, ruang dan waktunya.
Keduanya (iman shahih dan amal shaleh) menjadi penentu khususnya
bagi kita dan generasi milenial dalam rangka hari-hari penuh kebohongan,
bulan-bulan tipu daya dan tahun-tahun huru hara bagi kita yang sekarang hidup
di akhir zaman. Sulit untuk mempercayai makhluk, sulit untuk memberikan amanah
atau kepercayaan kepada makhluk, artinya sulit untuk bertawakkal kepada
makhluk. Bertawakkal kepada makhluk disamping tidak ada gunanya malah berdosa
dan syirik. Manalah mungkin beriman kepada makhluk lalu bersandar kepada
makhluk yang lemah. Bertawakkal adalah perbuatan hati sebagai rangkaian satu
kesatuan iman dan amal shaleh yang bersumbu dari Allah swt. Selanjutnya dampak
ikutan iman adalah amal shaleh yang mengambil bentuk tawakkal, lalu ketiganya
lebih teraplikasi pada tindakan nyata sebagai penciri ketiganya (nasehat-menasehati
dalam kebenaran).
3. Nasehat-menasehati
dalam kebenaran
Tawasaw bermakna saling sedang bil haq (dengan atau dalam
kebenaran). Viralkan kebenaran dan jangan memviralkan kebohongan yang membuat
derita banyak orang. Setiap orang berkewajiban menjadi agen penyebarluasan
kebenaran ilmu Allah, agen penyampai ayat-ayat Allah dan Hadits Nabi Muhammad
saw, sebagaimana sabda beliau : Ballighu 'anni walau ayah (sampaikan dariku
walau satu ayat).
4. Nasehat-menasehati
dengan kesabaran
K. H. Zainuddin MZ mengatakan : Jika kebenaran sebagai prinsip
nasihat, maka kesabaran sebagai strategi. Pemikiran dan gerakan dakwah pun
harus dengan nasihat, nasihat artinya bermaksud baik dalam bentuk dakwah bil
lisan dan dakwah bil hal atau bil 'amal. Menjalankan dimensi-dimensi tersebut
dalam iman, 'amal shaleh, nasehat, haruslah didasarkan pada tawakkal dan
sabar. Kesabaran asas terpenting dalam
tegak bangunnya iman dan 'amal shaleh, sabar adalah kunci kemenangan dunia-akhirat.
Sabar menjadi asma Allah yang terakhir (ke 99) bermakna Allah swt menjalankan
seluruh namaNya itu mulai dari Ar Rahman hingga akhir dengan nama dan sekaligus
menjadi sifatNya Ash Shabur (maha penyabar).
Kembali kepada makna tawakkal akan mendatangkan kebahagiaan dan
pergilah kesusahan. Hikmah tawakkal memperoleh ketenangan dan menghilangkan
kecemasan, hikmah tawakkal jika usahanya berhasil bisa memasukkan syukur
mengeluarkan kufur, bila usahanya gagal bisa memasukkan kesabaran dan
mengeluarkan putus asa, dimana hulu dan hilirnya bertempat di hati. Wallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar