Al Hikam - Kajian 10 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag


AL HIKAM – HIKMAH 10
KEBESARAN ALLAH

Telah berkata guru besar imam mursyid Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari rahimahullah ta'ala anhu  : Diantara bukti yang menunjukkan kepadamu atas adanya kekuasaan Allah adalah Dia dapat menghalangi mu dari melihat kepadaNya dengan apa yang tidak wujud bersama Nya.

Orang - orang yang ma'rifatullah (arifin) semuanya bersepakat bahwa segala sesuatu selain Allah itu tidak ada.  Atau dengan kata lain, jika manusia hanya menonton wayang dan tidak bisa memandang dalang, saat itulah wayang telah mendinding dalang. Atau,    terhijab nya manusia dengan Allah bisa disebabkan oleh Allah yang maha besar, hingga manusia tidak mampu memandang Nya, manusia yang kecil ini telah tertutupi oleh Tuhan yang maha besar. Allah swt yang maha terang cahaya dzatNya tidak mampu dipandang oleh manusia yang serba  terbatas kemampuan jarak pandangnya.

Alam semesta yang kecil ini, tidak lah mampu untuk menjelaskan dzat Allah yang maha besar. Tetapi Allah swt maha hadir yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dimana akhlak beliau terdapat dalam Al Quran. Ketika shahabiyah Aisyah radiyallahu 'anha di tanya   akhlak Rasulullah saw, Aisyah menjawab : Adalah akhlak Rasulullah saw itu Al Quran.

Dari baginda Nabi Muhammad saw kita mengenal Allah, dan baginda jugalah yang melaporkan kita ummatnya di hadapan Allah, sebagaimana firman Allah swt : Dia (Allah) yang mengutus Rasul Nya dengan petunjuk dan agama (Islam) yang benar, untuk menampakkan kebenarannya di atas agama - agama yang lain, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Muhammad utusan Allah, dan orang - orang yang bersama dengan nya...  (Al Fath ayat 28 - 29). Lalu, dalam surah Al Ahzab ayat 45 : Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi, sebagai penyampai kabar gembira (surga) dan penyampai kabar menakutkan (neraka).

Begitu juga dalam pandangan (bashirah), jika memandang hanya terbatas makhluk saja, tetapi luput memandang Allah dan kuasaNya pada makhluk, inilah pandangan yang telah meniadakan Allah. Memang jauh berbeda antara pandangan yang telah sampai kepada Allah (washil) dengan pandangan orang yang sedang belajar meniti jalan Allah (salik), bahkan sangat jauh berbeda sekali dengan mereka yang belum belajar. Literasi inilah yang telah memantik beberapa item pertanyaan  :

  1. Bagaimana mungkin dapat digambarkan bahwasanya sesuatu itu dapat menghalangi Nya, padahal Dia yang menciptakan tiap-tiap sesuatu  ?
  2. Bagaimana mungkin dapat digambarkan bahwasanya sesuatu dapat menghalangi Nya, padahal Dia selalu dzahir (tampak) pada tiap-tiap sesuatu  ?
  3. Bagaimana mungkin dapat digambarkan bahwasanya sesuatu dapat menghalangi Nya, padahal Dia selalu terlihat pada tiap-tiap sesuatu  ?

Hal ini menjawab bahwa Allah swt azali, yaitu tidak berawal dan tidak berakhir, wujud selamanya tanpa tersentuh oleh keburukan sedikitpun serta tidak mengambil manfaat dari alam semesta ciptaan Nya. Firman Allah swt pada surah Al Isra' ayat 81 : Dan katakanlah, telah datang kebenaran dan telah lenyap kebatilan, sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap. Wallahu a’lam.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN