Al Hikam - Kajian 13 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
AL HIKAM - KAJIAN 13
TEMPAT
Jangan kamu meminta kepada Allah sesuatu yang menurut kehendak mu
baik. Tentulah jika Allah menghendakimu pada suatu tempat, Dia beri kebaikan kepadamu di tempat itu.
Percaya kepada Allah swt dengan sebenar - benar percaya bahwa Allah
swt yang menempatkan hambaNya pada tempat yang sesuai menurut penilaian Nya,
sejak bermula sampai berakhir tempat yang dikehendaki Nya. Adab hamba jangan
lah meminta suatu tempat yang mungkin bukan Allah kehendaki pada tempat yang
dikehendaki makhluk. Disinilah manusia harus selalu meminta petunjuk (hidayat)
supaya dipilihkan Allah pada tempat yang Allah pilih. Indikator tempat pilihan
Allah swt adalah di tempat itu kita merasa lapang dan tenang dalam beribadah.
Di tempat kerja untuk mencari karunia Allah merupakan tempat yang halal dalam
sumber pendapatan dan halal dalam menafkahkannya berupa makanan dan minuman
yang halal dalam pembentukan jaringan sel - sel dan darah yang mengalir ke
seluruh tubuh. Indikator sehat mencakup nutrisi gizi (thoyyiban) dan yang utama
adalah halal (halalan).
Jika Allah swt mendudukkan kita pada maqam kasab (berusaha),
berusaha itulah yang terbaik, jadilah pedagang yang mabrur, petani yang mabrur,
nelayan yang mabrur, pengusaha yang mabrur. Pedagang yang mabrur adalah
pedagang yang tidak mengatakan satu kilo sedang dalam timbangan hanya sembilan
ons, pedagang yang tidak mencampur kualitas beras A dengan beras B. Petani yang
jujur merupakan petani yang tidak lupa
bersyukur dan tidak lupa waktu shalat. Nelayan yang jujur bisa menjaga
ekosistem kelautan, tidak mencemari laut. Pengusaha yang jujur tidak mengubah
spesifikasi barang yang telah disepakati untuk mencari untung di luar
perjanjian.
Walaupun kita didudukkan Allah swt menduduki posisi usaha (maqam
kasab), tapi jangan sampai ada terbetik sedikitpun di hati kita bahwa usaha
dalam arti sebab usaha berpengaruh terhadap akibat. Dalam ilmu ma'rifat
ditegaskan bahwa sebab tidak memberi dampak terhadap akibat. Atau dengan kata
lain, tidak ada hubungan antara sebab dengan akibat. Apabila ditanyakan : Bisakah
kaya tanpa bekerja ? Bisakah pintar
tanpa belajar ? Bisakah sehat tanpa berobat ? Bisakah kenyang tanpa makan ?
Banyak orang yang bekerja malam sampai siang, tapi tidak kaya -
kaya, karena memang bukan bekerja yang membuat orang kaya. Kaya itu takdir dan
sekaligus ujian, bekerja yang halal itu bernilai ibadah. Dan, banyak pula orang
yang kaya bukan karena bekerja, tapi kaya dari harta warisan, dan faktor -
faktor lain. Contohnya lagi, orang bisa pintar tanpa belajar, disini Allah swt
anugerahkan padanya ilmu ladunni seperti Nabi Haidir alaihissalam, dan para
auliya Allah. Atau, ada manusia yang kenyang, tidak makan dan tidak minum, tapi
ditidurkan Allah swt selama 300 tahun dalam perhitungan kalender Hijriyah dan
309 tahun dalam perhitungan kalender Miladiyah yang disebut peristiwa pemuda
yang menjadi penghuni gua (ashabul kahfi). Atau, ada seorang hamba yang Allah
swt tidurkan selama 100 tahun (mi - ata 'am), setelah dibangunkan oleh Allah
swt dari tidurnya selama 100 tahun, lalu, pandanglah pada makananmu dan
minumanmu yang belum tersentuh oleh tangan manusia, dan pandanglah kepada
keledaimu yang telah hancur menjadi tulang belulang (baca Al Baqarah ayat 259).
Inilah lorong - lorong waktu yang dimana Allah swt tidak dikendalikan oleh
ruang dan waktu, tetapi Allahlah yang mengendalikan ruang dan waktu, bahwa
catatanmu telah ada di lauh al mahfudz (batu yang terjaga).
Haqqul yaqin bahwa Allah swt bisa berkehendak (iradat) terhadap
segala sesuatu di alam ini. Sekarang bila ditanyakan apakah gunanya usaha
(kasab), memilih (ikhtiar), doa dan tawakkal
? Pertama, usaha itu disuruh Allah swt dalam bingkai syariat. Usaha yang
halal bernilai ibadah yang membuahkan pahala dengan iradat Allah swt. Secara
syariat, segala sesuatu yang diperintahkan Allah swt pasti bernilai mulia,
sedang segala sesuatu yang dilarang Allah swt pasti bernilai hina. Kedua, usaha
dan tawakkal adalah jalan ibadah taat yang membuahkan pahala dari Allah swt. Beramallah
(bekerjalah) sebagai wujud syukur kepada Allah swt dengan tujuan menjalankan
dua fungsi dari kehadiran hidup : 1. Fungsi ibadullah (hamba Allah). 2. Fungsi
khalifatullah (yang diberi amanat sebagai pemimpin).
Nabi Daud alaihissalam menjadi contoh tauladan bagi para pekerja,
bahwa dia bekerja membuat baju besi, pedang, dan tameng dengan tangannya
sendiri. Berkhidmat (berbakti) kepada Allah dengan cara melayani manusia sebaik
mungkin. Bukan menumpuk harta lalu memamerkannya kepada manusia, kemudian lupa
zakat, infaq dan shadaqah. Qarun dalam hal ini adalah contoh terburuk dalam
sejarah, sehingga diabadikan oleh Allah swt dalam surah Al Qasas secara rinci,
tujuannya supaya manusia yang lain jangan meniru Qarun. Sungguh, apa yang kita
kejar adalah akhirat, sebab dunia telah ditakar oleh Allah swt dalam setiap
individu manusia dalam kalung - kalung dan napas - napas takdirnya. Sesuatu
yang telah dijamin adalah tentang dunia, sedang sesuatu yang tidak dijamin
adalah tentang akhirat (surga atau neraka). Firman Tuhan dalam surah Al Qasas
ayat 88 : Dan carilah apa - apa yang didatangkan Allah kepadamu tentang
negeri akhirat, serta jangan lupakan
nasibmu di dunia, lalu berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan jangan kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Jika hidup ini adalah perlombaan (musabaqah), berlombalah dalam
kebaikan, isi jejak digital kehidupan kita ini dengan literasi kebaikan hati,
tangan dan kaki, karena saatnya nanti rekam digital kita akan ditayangkan oleh
Allah swt pada hari pembongkaran aib (yaum at - taghabun). CCTV Allah termasuk
bumi ikut memonitor, pada surah Al Zalzalah secara detail telah Allah swt
kabarkan, dan juga jejak rekam pada jari jemari sebagai mana kalam qudusNya
dalam surah Al Qiyamah ayat 4 : Benar, dengan kuasa Kami, Kami akan menyusun
(kembali) jari - jemari. Kemudian, dalam surah Yasin ayat 65 : Pada hari ini,
Kami kunci mulut - mulut mereka, dan tangan mereka yang berbicara, dan kaki
mereka yang bersaksi atas apa yang mereka kerjakan. Seluruh monitor maha besar
Allah swt dibuka, manusia akan dihadirkan dalam pengadilan akhirat dihadapan Hakim
Tuhan yang Maha Agung (Qadhi Rabbul
Jalil) secara satu persatu (nafsi - nafsi).
Demikianlah, sungguh di dunia ini, telah Allah swt buka portal
lorong - lorong ruang dan waktu akhirat melalui Al Qur'an, Nabi dan para
ulamausshalih, supaya jangan sampai ada yang mengatakan di hadapan Allah swt di
akhirat nanti : Kami kafir di dunia, karena kami tidak mendengar peringatan.
(Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar