Al Hikam - Kajian 23 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
AL HIKAM – KAJIAN 23
SIFAT KEMANUSIAAN DAN SIFAT KEHAMBAAN
Keluarkan lah dari sifat - sifat kemanusiaan mu yang buruk sehingga
dapat merusak sifat kehambaan mu, agar kamu dapat menyambut panggilan Allah
yang haq serta dapat hadir kepada Nya
secara lebih dekat.
Sifat kemanusiaan yang berhubungan dengan agama ada dua.
- Secara dzahir disebut amal taat dan amal maksiyat.
- Secara batin disebut janji yang sesuai dengan hakikat disebut iman dan ilmu, sedang yang menyimpang dari hakikat disebut nifaq (munafiq) dan kebodohan (jahil).
Dalam tinjauan Imam Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali tahapan -
tahapan untuk bisa duduk pada maqam kedekatan dengan Allah swt adalah :
- Takhalli
- Tahalli
- Tajalli
1. Takhalli
Takhalli artinya mengosongkan diri dari sifat - sifat yang tercela.
Tercela baik ditinjau dari aspek dzahir maupun ditinjau dari aspek batin. Sifat
tercela yang harus dikeluarkan dan dikosongkan dari hati dan menjadi kendaraan
syaithan adalah dengki (hasad), dengki (hasad) adalah dosa iblis yang pertama. Dengki
(hasad) inilah yang melahirkan sombong (takabbur), kemudian dendam, tamak,
marah, putus asa dari rahmat Allah swt, bermain - main dalam hal mubah (sia -
sia), berpongah - pongah, mubazir,
tergesa-gesa (al 'ajalah), bakhil (kikir), panjang angan - angan (tamanni),
kufur, dan sifat - sifat jahat yang bersumber pada kesenangan, kesukaan, kesayangan
dan kecintaan kepada dunia, seperti sabda Nabi Muhammad saw : Hubbud dunya
ra'sul khati - ah, artinya : cinta dunia pokok pangkal (muara) kejahatan. Dari
cinta dunia inilah manusia ingin (hawa napsu) hidup kaya takut miskin, hidup
senang takut susah, hidup bahagia takut sengsara, hidup sukses takut gagal,
hidup selamanya (di dunia) takut mati.
Thulul - amal (panjang angan-angan) untuk hidup lama di dunia ini
dan karahiyatul maut (takut mati) adalah sifat kemanusiaan (insaniyah) yang
harus dikeluarkan. Proses mengeluarkan sifat insaniyah (berasal dari kata
nasiya yang artinya lupa, lalai, lengah, pongah) merupakan bagian sifat asli
manusia disebut proses takhalli
(pengosongan). Proses takhalli dalam jiwa ini bisa memakan waktu bertahun-tahun
disertai latihan dan karantina jiwa. Proses pembersihan jiwa (tazkiyyatun
nafsi) butuh ilmu untuk mengenali keburukan jiwa (khabaits), kemudian
mengetahui sumber - sumber datangnya keburukan jiwa, lalu mengusirnya jauh -
jauh dari jiwa, bersihkan ruang hatimu dan lapangkan kamar hatimu dari dengki
(hasad), dendam, tamak, sombong, lalai dari berdzikir, memperturutkan keinginan
syahwat, dan sebagainya. Hanya dengan pertolongan Allah swt yang disertai
dengan tekad yang kuat ('azam) untuk membersihkan jalan - jalan menuju Allah
swt ditengah - tengah ranjau, duri, pecahan beling. Pola perjalanan
membersihkan jiwa ini disebut medan - medan kesusahan (bala'). Ada juga
perjalanan (suluk) dalam membersihkan jiwa (tazkiyyatun nafsi) dari kekotorannya
berupa balutan kesenangan, bertabur bunga di atas ranjang, kelap - kelip lampu
hias, berbusana raja dan pangeran, bergaun penganten permaisuri, berkarpet
merah. Sementara dalam keadaan senang - lenang, mewah - meriah, salik harus
melakukan proses takhalli seperti halnya Ibrahim bin Adham. Keseriusan takhalli
harus waspada setiap saat, jangan sampai setelah berhasil membersihkan dan
mengosongkan hati dari yang selain Allah swt, tiba-tiba ada serangan yang
menjatuhkan kita dengan kejatuhan yang lebih dalam lagi ke jurang kedurhakaan
seperti halnya Qarun, Barsisah, Mal 'am bin Bukhara dan Abdullah Ibnu Saka.
Perlu benteng yang kokoh didalam
penjagaan Allah swt, pengawasan Allah swt, perlindungan Allah swt, sungguh
manusia termasuk salik (murid) tidak mampu menghindari serangan - serangan
syaithan yang ghaib, hawa napsu yang menjalar hingga ke aliran darah, serta
duniawi yang selalu hadir di depan mata, di kanan dan di kiri, di hadapan dan
di belakang.
Peringatan dini terhadap duniawi adalah sangat penting, jangan
sampai hati larut terus berkarat dengan dunia, seperti yang dikhawatirkan oleh
Nabi Muhammad saw tentang keadaan ummatnya di akhir masa. Akan datang suatu masa yang menimpa ummatku, mereka akan dihantam dari segala penjuru,
keadaan mereka (ummat Nabi Muhammad SAW) seperti makanan di meja makan (yang siap diperebutkan dan disantap oleh
musuh - musuh mereka). Para sahabat bertanya : Apakah jumlah kami waktu itu
sedikit ya Rasulullah, (beliau menjawab) : Tidak, melainkan jumlah kamu waktu itu banyak, jumlah yang banyak itu seperti buih, buih
yang hilang (terhempas di lautan), karena kamu dihinggapi oleh penyakit wahan.
Dan apakah penyakit wahan itu ya Rasulullah, hubbud dun-ya wa karahiyatul maut
(cinta kepada dunia dan takut mati.
Hadits yang diriwayatkan oleh Syaikhani (Imam Bukhari dan Imam
Muslim) merupakan isyarat dari Nabi Muhammad saw (nubuwwah) akhir zaman. Telah
1. 400 tahun yang lalu, baginda tercinta Nabi Muhammad saw telah mengingatkan
kita untuk berhati-hati ketika masa itu datang, sungguh sekarang inilah masa
yang dikhawatirkan Nabi tercinta Muhammad Rasulullah saw.
2. Tahalli
Tahapan kedua tazkiyyatun nafsi adalah tahalli (pengisian jiwa)
dengan sifat - sifat terpuji. Jangan biarkan jiwa kemanusiaan (insaniyah)
kosong, sesegera mungkin setelah melakukan taubat nasuha dari dosa dan
kekotoran hati, isi dengan proses pengisian (tahalli) usirlah dengki dengan
niat hasanah (berkeinginan baik) kepada seluruh manusia, atau dengan ibarat
usir hasad datangkan hasan, usir mungkar datangkan ma'ruf. Pola hijrah yang
diambil pada proses giat tahalli, atau pola berpindah (migrasi) dari syirik
kepada tauhid, dari khianat kepada amanat, dari dzalim kepada 'adil, dari
takabbur kepada tawadhu', dari malas ibadah kepada rajin ibadah, dari ruqbi
(tamak) kepada zuhud, dari permusuhan kepada saling menyayangi, dari riya'
kepada ikhlas, dari kikir (bakhil) kepada pemurah (sakha'), dari kufur kepada
syukur, dari bodoh (jahil) kepada 'alim, dan sebagainya.
Tahalli bukan diam, tapi terus berproses, bergerak, dinamis bukan
statis, sama gencarnya dengan proses takhalli. Sebab jika proses tahalli tidak
dijalankan, maka kamar hati yang telah kosong itu ditempati oleh iblis dan
sekutu - sekutunya. Malah semakin kuat cengkeraman kukunya, karena yang telah
diusir datang lagi dan dendam mereka untuk membuat kerajaan di hati kita
semakin kuat, yaitu kerajaan jahat dan menjalar ke beberapa wilayah jajahan,
seperti mata, telinga, mulut, tangan, kaki, lalu merugilah manusia itu dengan
kerugian yang nyata.
Hati adalah satu-satunya tempat yang diperebutkan iblis. Ketika
iblis telah menguasai hati, seluruhnya jahatlah orang. Sabda mulia dari Nabi
besar Rasulullah Muhammad saw : Ketahuilah,
sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, apabila baik daging itu, baik
seluruhnya, dan apabila buruk daging itu, buruk seluruhnya, ketahuilah, dia
adalah hati. Hati sangat sentral untuk mengelola perbuatan taat dan perbuatan
durhaka. Hati adalah muara tempat bertolak seluruh taat dan maksiyat dan
pelabuhan tempat bersandar. Hati merupakan tempat terbit cahaya - cahaya Tuhan
bersinar (bagi hati yang bersih atau qalbun salim). Hati tempat pengadilan
Allah swt ditegakkan pada hari perhitungan (yaumul hisab). Hati sakit dan
terasa perih menanggung akibat luka dosa, hati sehat dan terasa nyaman akibat
ampunan Allah swt dan ridhaNya.
3. Tajalli
Tahapan terakhir adalah Tajalli. Tajalli inilah upaya mencapai
ridha Allah swt karena sudah bisa membedakan mana suara Allah, mana suara
malaikat, mana suara syaithan, mana suara hawa napsu. Tajalli af 'al Allah,
tampak pada semua perbuatan gerak atau diam, lama atau sebentar, baik atau
buruk, anak kecil atau orang dewasa, orang 'alim atau durjana, besar atau
kecil, di darat atau di laut, laki atau perempuan, semua perbuatan itu yang
terpandang adalah Allah swt belaka.
Tajalli sifat Allah, tampak pada semua sifat alam, pada hakikatnya
alam tidak bersifat, kecuali disifati Allah swt, dan sebaliknya Allah swt tidak
bisa disifati makhluk. Sebab, sesuatu yang bisa disifati, bahwa kedudukannya
lebih rendah dari pada yang menyifati. Melihat tingginya gunung, bukan gunung
itu yang tinggi, melihat rendahnya lembah, bukan lembah itu yang rendah.
Begitu pula halnya pada manusia, sewaktu memandang kebaikan
manusia, bukan manusia itu yang baik,
sewaktu memandang keburukan manusia, bukan manusia itu yang buruk, sewaktu
memandang taat manusia, bukan manusia itu yang taat, sewaktu memandang manusia
durhaka, bukan manusia itu yang durhaka. Tetapi Allah swt dengan sifat Nya
sedang memuliakan seseorang dan sedang menghinakan seseorang, bahwa Allah swt
kuasa untuk menjadikan orang senang dengan meluaskan karuniaNya, lalu Allah swt
juga kuasa untuk menjadikan orang susah dengan menyempitkan karuniaNya. Bahwa
Allah swt kuasa mematikan sebagaimana juga Dia berkuasa menghidupkan manusia
setelah kematiannya.
Seluruh sifat yang ada pada alam ini bagian yang Allah swt
titipkan. Allah swt pergilirkan senang - susah, kaya - miskin, muda - tua,
lapang - sempit, sehat - sakit, hidup - mati, bahagia - sengsara, datang -
pergi. Seperti Allah swt mempergilirkan kondisi dan situasi alam ini, dengan
titah kalamNya dalam surah Ibrahim ayat 22 - 23 : Allah, Dia yang menciptakan
langit dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit, maka menumbuhkan
dengannya (air hujan) dari buah-buahan sebagai rezeki untukmu, dan Dia
menyediakan untukmu kapal yang berlayar di lautan dengan perintah Nya, dan Dia
menyediakan untukmu sungai - sungai. Dan Dia menyediakan untukmu matahari dan
bulan yang bersinar, dan Dia menyediakan untukmu malam dan siang.
Tajalli sifat Allah swt tampak nyata pada burung - burung yang
beterbangan di ruang angkasa, seperti firman Tuhan dalam surah Al Muluk ayat 19
: Dan apakah engkau tidak melihat kepada burung yang terbang berbaris
mengepakkan sayap - sayapnya, tidak ada seorang pun yang dapat menahannya (agar
tidak jatuh) kecuali yang maha pengasih, sesungguhnya Dia maha melihat segala
sesuatu.
Tampak (tajalli) sifat Allah swt pada air mani, tajalli sifat Allah
swt pada tumbuhan, tajalli sifat Allah swt pada air hujan yang kamu minum,
tajalli sifat Allah swt pada api, semua itu adalah peringatan dari Allah swt
dan kesenangan bagi orang yang yaqin, maka, sucikanlah nama Tuhan mu yang maha
agung.
Bermula dari tajalli af'al Allah swt, lalu tajalli sifat Allah swt,
dan tajalli asma Allah swt dalam 99 nama Nya yang maha indah, maha baik dan maha
mulia. Tajalli asma Allah swt dalam Ar Rahman terlihat pada datangnya kasih
Allah swt setiap saat berupa nikmat dzahir dan batin. Nikmat dzahir berupa
kesehatan dan kesempatan, harta, pangkat, jabatan, keluarga, makan dan minum
yang terkadang nikmat dzahir tersebut bisa melalaikan dari ingat (dzikir)
kepada Allah swt.
Sedangkan nikmat batin yang paling besar dan tinggi nilainya adalah
iman. Nikmat iman tidak bisa tergantikan oleh harga emas seluruh dunia. Tebusan
seluruh alam semesta tidak bisa menukar ganti walaupun setetes iman, sebagai
keinginan orang-orang kafir di akhirat nanti yang dikisahkan Allah swt
dalam surah Ali Imran ayat 91 : Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam
kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang diantara mereka
sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya mereka hendak menebus diri
dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat adzab yang pedih dan tidak
memperoleh penolong.
Keadaan orang yang tidak beriman kepada Allah swt terhalang
pandangan mata hatinya (bashirah) dari melihat Allah swt di dunia, lebih-lebih
terhalang lagi pandangannya di akhirat nanti (lebih buta lagi). Sebagaimana
firman Tuhan yang disebutkan dalam surah Bani Israil ayat 72 : Dan barang siapa
yang buta (hati) di dunia, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari
jalan (yang benar).
Di dunia ini apabila gagal dalam memandang Allah swt yang dzahir
dan yang batin, butalah dia di dunia yang sekarang ini sebelum buta yang lebih
parah di akhirat. Tajalli keesaan Allah swt pada asma Allah swt al husna jika
tidak terpandang pada alam atau bahkan tidak memiliki nama, durhakalah dia
terhadap keesaan Allah swt. Tertipu dan terpedaya dengan nama - nama dunia.
Firman Allah swt dalam surah Al A'raf ayat 180 : Dan Allah memiliki Asmaul
Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada Allah dengan menyebut
Asmaul Husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan
nama-namaNya. Kelak mereka akan mengetahui balasan (buruk) terhadap apa yang
telah mereka kerjakan. Selanjutnya dalam surah Bani Israil ayat 110 - 111 :
Katakanlah (Muhammad), serulah Allah atau serulah Ar Rahman, dengan nama apa
saja yang dapat kamu seru, karena Dia memiliki nama - nama yang terbaik, dan
janganlah engkau meninggikan suaramu, dan janganlah engkau merendahkan suaramu
di dalam shalatmu, dan usahakanlah jalan tengah diantara keduanya. Dan
katakanlah, segala puji bagi Allah yang tidak memiliki anak, dan tidak memiliki
sekutu dalam kerajaan Nya, dan tidak memiliki penolong dari kehinaan, dan
besarkanlah Allah dengan sebesar-besarnya.
Mereka gagal dalam menghayati bashirah tajalli asma Allah swt akan
mengalami kerugian besar di dunia dan di akhirat, seperti Fir'aun, sia - sialah
usaha nya, seperti yang Allah swt ceritakan dalam surah Ghafir ayat 36 - 37 :
Dan berkata Fir'aun, ya Haman bangunkan untukku sebuah bangunan yang tinggi
agar aku sampai ke pintu-pintu. Pintu –pintu langit agar aku bisa menemui Tuhan
Musa, dan sesungguhnya aku meyakini (Musa) sebagai seorang pendusta. Dan
demikian itu dijadikan keindahan bagi Fir'aun perbuatan buruknya dan dia
(Fir'aun) terhalang dari jalan (yang benar), dan tiadalah tipu daya Fir'aun
kecuali dalam kerugian.
Mengingat pentingnya tajalli nama Allah swt mampu menembus
kegelapan pandangan lalu menuju cahaya iman yang tembus di hati. Sebagaimana
Allah swt nyatakan dalam surah Al Baqarah ayat 157 : Allah pelindung
orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari gelap (neraka - kafir)
kepada cahaya (surga - iman). Dan orang-orang kafir penolong - penolong mereka
adalah thaghut (selain Allah) yang mengeluarkan mereka dari cahaya (surga -
iman) kepada kegelapan (neraka - kafir). Mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya,
Tajalli nama Allah swt pada setiap makhluk adalah penting. Tanpa
tajalli nama Allah swt pada segenap makhluk, tiadalah alam makhluk. Allah swt
merupakan nama yang agung (maka sucikanlah nama Tuhan mu yang maha agung -
surah Al Waqiah ayat 96). Tetapi Tuhan bukan nama, lebih besar dari pada
sekedar nama, Tuhan bukan sifat, tetapi lebih besar dari pada sekedar sifat,
Tuhan bukan perbuatan, tetapi lebih besar dari pada perbuatan, Tuhan bukan
dzat, tetapi lebih besar dari pada dzat. Disini, penulis sering menekankan
sangat penting untuk berserah diri kepada Allah (wa - ana minal muslimin). Bahwa,
beriman itu jangan banyak tanya kepada Allah swt dan jangan banyak bertanya
kepada makhluk. Karena kadang bukan jawaban yang salah, tapi pertanyaan yang
kurang tepat mengenai waktu, tempat, situasi dan kondisi. Terlebih jika
pertanyaan tentang Allah swt yang telah berada dalam kurungan alam pikiran
manusia. Pikiran manusia itu, mampukah mendefinisikan Allah swt, ternyata apa
yang selama ini manusia pikirkan hanyalah Allah swt dalam imajinasi perbuatan,
sifat, nama, dzat Allah swt, mereka belum berserah diri kepada Allah swt,
tujuan kajian online ini adalah membebaskan keyakinan kita tentang Allah yang
maha besar telah terkurung oleh otak kecil manusia tentang perbuatan, sifat,
nama dan dzat Allah swt, untuk itu manusia beriman (setelah beriman) disuruh
bertaqwa, ujung taqwa adalah berserah diri (surah Al Baqarah ayat 102).
Inilah yang ditegaskan guru - Ibnu Athaillah As Sakandari - sewaktu
diri telah mengurung Allah swt, membuat Allah swt berada pada sisi kanan, sisi
kiri, sisi depan, sisi belakang, sisi atas - bawah, saat itu kita sendiri yang
telah berani memposisikan Allah swt, lalu siapa kita ? Atau, kita telah berani menyeret Allah swt
pada wilayah keinginan kita dengan berjubah doa, maka doa kita dan kebanyakan
manusia, supaya doa nya kabul, disinilah letaknya dimana doa kita tidak murni
lagi, doa bukan ibadah tapi sudah menjadi demo.
Berdoa untuk dikabulkan itulah orang yang tidak beradab kepada
Allah swt (listijabah) atau doa untuk memberi tahu Allah swt (li - i'lan), tak
ubahnya doa adalah pengumuman (ma'lumat)
berita yang diberitakan. Atau, doa orang yang sesat, doa nya orang-orang
yang ingkar, khianat, musyrik (mempersekutukan Allah swt). Tugas kita yang
selalu berdoa adalah menyingkirkan tuhan-tuhan hawa napsu, tuhan-tuhan hawa
napsu di dalam doa, tuhan-tuhan hawa napsu di dalam ibadah-ibadah kita,
sebagaimana firman Tuhan dalam surah Thaha ayat 131 : Dan janganlah engkau
tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada
beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami
menguji mereka dengan kesenangan itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih
kekal. Lalu, ditemukan pula dalam surah Al Kahfi ayat 28 : Sabarkan jiwamu
(Muhammad) bersama orang-orang yang menyembah Tuhan mereka pagi dan petang
serta mengharapkan wajah (ridha)Tuhan mereka, dan jangan lah hati mu terpedaya
dengan dengan orang-orang yang diberikan nikmat dalam kehidupan di dunia dan
jangan lah engkau ikuti orang-orang yang telah Kami lalaikan hati mereka dari
mengingat Allah dan memperturutkan hawa napsu, dan keadaan mereka sudah
melampaui batas.
Orang-orang yang gagal sungguh banyak dalam diri yang terjebak
menuhankan simbol atau lambang. Atribut ketuhanan dikira Tuhan, nama Allah swt
dikira Allah swt. Terparah lagi menggantungkan nasib pada simbol dan nama. Atau
mengganti agama yang lurus dan benar dari Allah swt menjadi seperti agama, taat
seperti taat, ilmu seperti ilmu. Maksudnya, ketika melihat matahari yang memberikan kebaikan, manusia
menyembah matahari, ketika melihat bulan yang memberikan kebaikan, manusia
menyembah bulan, ketika alam memberikan
keburukan, mereka sebut tuhan keburukan, ketika alam memberikan kebaikan,
mereka sebut tuhan kebaikan, ketika padi subur menguning, siap dipanen dan menggembirakan
hati petani, mereka sebut dewi kesuburan, dan sebagainya. Gagal dalam memahami
perbuatan, sifat dan nama Tuhan, berakibat pada Allah swt didustakan, paling
tidak diduakan (musyrik). Seperti firman Allah swt dalam surah Al Haj ayat 18 :
Tidaklah engkau lihat sesungguhnya Allah, bersujud kepada Nya siapa yang di
langit dan siapa yang di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohon
dan binatang melata.
Demikian, betapa berartinya Tajalli Allah swt pada sesuatu, tapi
yang disebut sesuatu itu bukan Allah swt. Allah swt tidak terjangkau oleh alam
pikiran, tapi diimani ada. Pada konteks ini, kajian online berupaya
menyadarkan dan mengingat Allah swt tanpa persepsi yang kita bangun tentang
Tuhan kita sendiri. Beriman yang murni (ikhlas) sebenarnya adalah berserah diri
kepada apa yang menjadi ilmu Allah swt, bukan tangkapan panca indera makhluk,
atau tangkapan hati dan perasaan makhluk. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar