Al Hikam - Kajian 44 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
AL HIKAM KAJIAN 44
TERTIPU
Tipuan bisa jadi penyamaran sebagai penasehat atau guru, atau diri
yang menjelma berpura-pura saleh. Bedanya, apabila ditilik dari sumber, bisa
datang dari luar dan bisa datang dari dalam diri, tipuan yang datang dari luar
disebut iblisiyah atau syaithaniyah, sedangkan yang datang dari dalam disebut
nafsiyah. Seseorang paling sedikit diikuti oleh dua makhluk Tuhan ini. Inilah
perjuangan abadi dan panjang dalam peperangan melawan musuh yang tidak nampak
secara mata kepala, godaan - godaan iblisiyah beserta pasukan - pasukan
tempurnya dan hawa napsu berupa keinginan - keinginan yang terselubung di dalam
diri pribadi. Keinginan - keinginan napsu ingin segera dipuaskan, hawa napsu
buta tentang hukum Allah swt, hawa napsu tidak mengenal halal - haram, sunnah -
makruh. Hawa napsu hanya mengenal puaskan diri, jasmani, hasrat, syahwat
walaupun dengan melanggar larangan dan meninggalkan suruhan Allah swt. Hawa
napsu hanya mendengar suruhan diri sendiri dan larangan diri sendiri. Manusia
yang berpusat pada kebenaran diri sendiri akan menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan napsu. Napsu tidak bisa dibunuh, sebab dia ada di dalam diri.
Seluruh anggota tubuh adalah zona operasional napsu dalam rangka mencapai misi
kepuasan, kenyamanan dan kesenangan walau dengan cara merampok dan mencuri secara kekerasan atau non
kekerasan.
Melawan hawa napsu dengan mengenalinya, kecenderungannya, hal - hal
yang disukainya, hal - hal yang dibencinya, kemarahannya, keridhaannya, waktu -
waktunya, sampai pada ajakan - ajakannya. Semakin seseorang mengenal diri
sendiri, semakin mudah dia mengarahkan, mengekang dan mengendalikan diri
sendiri saat senang - susah, saat kaya - miskin, saat suka - duka, tidak
terseret oleh arus keinginan rendah yang berpandangan liar dan buta tuli
terhadap ayat - ayat Tuhannya, sungguh siapa yang telah menuhankan hawa
napsunya, diri sendiri itulah yang telah dikendalikan hawanya terbenam ke dalam
jurang neraka Jahannam.
Hawa napsu yang telah menguasai orang alim dan jahil, orang alim dan
jahil pun mengabdi kepada diri sendiri, diri sendiri yang benar, orang lain
salah melulu. Orang kaya - orang miskin yang mengabdi kepada hawa napsu,
menjadi diatur oleh dirinya sendiri untuk mengejar "bayang - bayang"
duniawi yang seumur hidup tidak pernah tergapai. Orang terkemuka dan orang
terkebelakang pun jika telah menuhankan diri sendiri pasti terkuras waktunya
untuk mengejar lebih terkemuka dan yang terkebelakang akan mengejar mimpi
kemajuan - kemajuan hidupnya. Orang yang terkenal dan tidak terkenal pun jika
jiwa sucinya telah terjajah oleh hawa napsunya pasti akan terhina oleh
keterkenalannya, sedang yang tidak terkenal pun terhina oleh angan - angannya.
Indikator kemuliaan, kehormatan, ketinggian, kemashuran dan ketenaran adalah
penilaian manusia. Adakah di dunia ini manusia yang jujur dalam pengakuan, yang
tulus dalam perkataan dan perbuatan, yang berkecocokan antara lahir dan batin,
jika tidak engkau temukan itu, maka bersiaplah untuk kecewa. Disini akan dibuka
kedok kebejatan tujuan hawa napsu, supaya manusia sengsara di dunia dan di
akhirat.
Hawa napsu menjanjikan kesenangan jangka pendek tanpa berpikir akibat. Misalnya, hawa napsu berkata kepada diri sendiri, bahwa ada jalan mudah mencapai surga, maka napsu malas untuk berpayah - payah. Ternyata, di dalam ibadah pun ada andil hawa napsu. Hawa napsu membisikkan bahwa untuk kaya ada jalan pintas, mudah, cepat dan nyaman, jalan - jalan mencuri (korupsi) dan kejahatan si insan melakukan korupsi inilah perbuatan yang di acc oleh hawa napsu. Tawaran hawa napsu bahwa dengan memiliki kekuasaan akan mudah mengatur kehidupan orang lain, mudah mengatur bawahan bahkan memarahi bawahan. Setelah semuanya didapatkan, kemudahan taat, kekayaan, ketenaran dan kekuasaan, hawa napsu akan meniupkan kesombongan dan keakuan diri (ananiyah). Sifat hawa napsu tidak mau dikalahkan, tidak mau dilecehkan, bahkan pantang kerendahan, pantang kehinaan, pantang ketundukan, pantang kelintasan, pantang kemiskinan, pantang keterbelakangan. Sifat hawa napsu ingin menang sendiri, ingin benar sendiri, ingin pintar sendiri, dan ingin itu - ingin ini - tak terbendung lagi.
Selain hawa napsu, ada lagi tipuan yang datang dari luar diri,
yaitu syaithan sebangsa wujud jin (makhluk yang tersembunyi - ghaib). Kedok
mereka dan tipuan mereka telah diungkapkan Al Qur'an dan As Sunnah An Nabawi
dalam beberapa dalil (petunjuk). Supaya manusia jangan mengikuti langkah -
langkah syaithan (khuthuwatis syaithan), adalah syaithan itu musuh yang nyata
bagi manusia. Syaithan dengan bujuk rayuan palsu mengatakan bahwa Allah swt
kejam, keras dan kasar serta marah kepada pendosa agar pendosa tidak bertaubat.
Atau sebaliknya, larutlah dalam lautan dosa dan nikmatilah kesenangan dosa,
kemudian bertaubatlah nanti menjelang tua. Waktu muda berpoya - poya dan jangan
belajar ilmu agama, begitu sudah tua tidak sempat lagi belajar agama, karena
sibuk mencari nafkah dan kesehatan sudah sangat uzur dan uyuh (tertipu), atau
bahwa Allah swt itu maha pengampun, berlarut - larut pun di dalam dosa, maka yaqin
bahwa Tuhan maha penyayang (tertipu lagi). Ranjau demi ranjau dia tebarkan,
layar demi layar dia kembangkan, racun demi racun dia bubuhkan, jala demi jala
dia pasangkan, buhul demi buhul dia tiupkan, duri demi duri dia tancapkan
supaya manusia susah, sakit, miskin, mengeluh, meregang, menangis, meratap
menyalahkan Allah swt dan meminta tolong kepada syaithan dan bangsa - bangsa
jin. Inilah target akhir mereka, bersama - sama mendurhakai Allah swt dan
bersama - sama kafir serta mempersekutukan Allah swt dengan sesuatu (musyrik).
Keduanya ini (hawa napsu dan hawa syaithan) sangat membenci kepada ma'rifatullah billah, karena ma'rifatullah billah yang tersimpan di dalam ruh Adam yang tidak dikenali Iblis. Iblis tidak mau sujud kepada Adam. Pandangan Iblis bahwa Adam hanya tercipta dari seonggok tanah liat hitam sejenis tembikar yang hina - dina dan letaknya di bawah. Tidak tembus pandangan Iblis (terhijab) dari memandang cahaya Allah swt dan cahaya Rasulullah saw pada diri Adam dan diri sekalian alam. Pangkat 'abid al muqarrabin (ahli ibadah yang paling dekat dengan Allah swt) berupa kesombongan pangkat, gelar, kedudukan dan keistimewaan di sisi Allah swt telah menyebabkan Iblis terusir dari surga karena menantang perintah (amar) Allah swt untuk bersujud. Sebuah awal dari permusuhan Iblis dan Adam beserta seluruh keturunannya (manusia), dari surga hingga ke tempat yang telah dijanjikan oleh Allah swt kepada Iblis dan seluruh pengikut setia ajarannya (Iblisiyah) dari golongan jin dan manusia, tempat yang diancam adalah neraka Jahannam, tempat yang sangat menyengsarakan dengan kesengsaraan abadi selamanya. Berangkat dari rasa dengki, marah, dendam dan sakit hati Iblis, dia bersumpah untuk menyesatkan sebanyak - banyaknya ummat manusia demi menemaninya di dalam neraka. Atau dengan istilah lain, Iblis tidak mau rugi sendiri. Iblis berkeinginan seluruh ummat manusia sengsara di dunia dan di akhirat, seluruh manusia merugi di dunia dan di akhirat, seluruh manusia disiksa di dunia dan di akhirat. Sekiranya ada seseorang yang menekuni kajian ini, maka dia akan menjadi wali Iblis.
Wali Iblis adalah wali yang susah melihat orang lain senang, dan
senang melihat orang lain susah. Setelah manusia mengenali dua musuh yang ada
di dalam diri dan musuh yang ada di luar diri, selanjutnya manusia harus segera
menjauh dari keduanya, lalu berlarilah dengan segera mencari perlindungan Allah
swt, tidak hanya sekedar membenci hawa napsu dan membenci hawa syaithan tapi
harus cepat bangkit menjalani ketaatan kepada Allah swt dan menjauhi
kedurhakaan kepada Nya. Bukan lamunan, melainkan ada aksi perlawanan terhadap kedua
musuh yang berkeinginan melumpuhkan Iman, Islam dan Ihsan hamba - hamba Allah
swt.
Dari uraian di atas, tuan gurunda mulia al imam syaikh Ahmad bin Athaillah As Sakandari rahimahullah ta'ala 'anhu berujar hikmah dalam kitab Al Hikam : Merasa sedih karena tidak menjalankan taat tanpa ada kegiatan (gerakan) taat adalah bagian dari tanda - tanda terpedaya oleh hawa napsu dan hawa syaithan. Disini tuan gurunda mulia (semoga Allah swt merahmati gurunda, menempatkan gurunda pada istana - istana di surga serta murid yang belajar dari karangan beliau juga mendapat rahmat Allah swt) bahwa kecintaan kepada Allah swt haruslah kebenaran cinta. Begitu pula keadaan benci kepada hawa napsu dan hawa syaithan adalah kebencian yang sebenarnya dengan melawan, mengingkari dan menyelisihi iradat - iradat atau keinginan buruk hawa napsu dan hawa syaithan. Kebencian kepada napsu buruk dan syaithan terkutuk harus disegerakan dengan taat kepada Allah swt dan mendurhakai kedua musuh (hawa napsu dan hawa syaithan), bukan menuruti ajakan mereka, inilah kebencian yang sebenarnya. Bukan benci di mulut tapi perilaku menyetujui, inilah namanya kebencian yang palsu, atau kebencian yang semu dan dusta, lain di kata mulut dan lain di kata hati. Semoga Allah swt menjadikan kita hamba - hamba Nya yang 'arifin, tawwabin, muhibbin, muslimin, mukminin, muhsinin, mukhlisin, mushlihin, muhtadin, mutawadhi 'in, dan muttaqin. (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar