Al Hikam - Kajian 48 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
AL HIKAM KAJIAN 48
ARIF BILLAH DAN KEADAAN LAPANG
Arif billah sangat takut kepada Allah saat lapang dari pada saat
sempit. Tidak ada orang yang dapat beradab dalam mendirikan hukum Allah saat
lapang kecuali hanya sedikit orang saja. (Al Imam al 'arif billah Ahmad ibnu
Athaillah As Sakandari rahimahullah hafidzahullah subhanahu wa ta'ala).
Saat lapang arti gambaran yang sejalan dengan hawa napsu karena sifat hawa napsu adalah kesenangan dan keluasan. Dua sifat hawa napsu tersebut sangat mudah sebagai pengantar jalan untuk melalaikan perintah dan melakukan larangan. Mengingat kecenderungan senang lalu lupa diri, lupa keluarga dan lupa tanggungjawab. Kesenangan sangat dekat dengan memperturutkan keinginan hawa napsu seperti makan, minum, tidur serta sifat - sifat binatang jinak (bahimiyah). Misalnya, kebanyakan makan akan membuat orang malas beribadah, kebanyakan minum akan sulit untuk berlama - lama dalam munajat kepada Allah swt, dan kebanyakan tidur akan membuat hati dan jasmani sulit dan lemah mendirikan shalat malam. Keadaan lapang baik berupa waktu senggang, uang banyak, jabatan, pangkat dan gelar terdapat kondisi - kondisi yang sangat memungkinkan untuk berbuat maksiat. Mengingat keadaan lapang dan sempit tersebut, bersabda kembali tuan gurunda mulia al iman al mursyid al arif billah fillah Ahmad ibnu Athaillah rahimahullah hafidzahullah subhanahu wa ta'ala : Dalam keadaan lapang terdapat bagian napsu yang bergembira, sedang dalam keadaan sempit tidak terdapat bagian napsu.
Ternyata, kesempitan merupakan pemutus arus jalan hawa napsu.
Tetapi harus diingat bahwa napsu seumpama penari, dia tahu betul irama gendang.
Dalam kesenangan, hawa napsu menjelma seperti penasehat, dalam untaian kata
bijak tapi terdapat tipuan samar ; kapan lagi menikmati hidup, mumpung ada
jabatan, mumpung lagi berharta, mumpung masih muda, mumpung lagi ada duit,
mumpung belum sibuk, mumpung masih mendapat kepercayaan, mumpung masih
disayangi, lalu berbuat sekehendak hati, bukan kah Tuhan menyuruh kita hidup
bahagia (dengan sangat berani hawa napsu menjual nama Tuhan untuk kepentingan
mendurhakai Tuhan). Lihatlah, sungguh sangat bodohnya kamu melalaikan
kesempatan untuk korupsi sebuah peluang yang tidak akan datang kedua kalinya.
Dalam kesempitan pun hawa napsu tidak mau istirahat, dia bekerja
terus untuk menyesatkan manusia berupa sosok yang menakutkan dan mencemaskan
masa depan. Kemiskinan dan kesulitan hidup menjadi rantai - rantai yang
membelenggu jasmani supaya ruhani jangan menuju Tuhan, tapi teruslah menunda amal
shaleh dengan alasan mencari nafkah, bukankah mencari nafkah juga amal shaleh
(tipuan samar yang mengatasnamakan amal shaleh). Atau, atas nama kemiskinan
berarti menghalalkan segala cara, atas nama agama membolehkan mencuri untuk
infaq organisasi, atas nama agama membolehkan terorisme, atas nama agama bisa
menjual negara. Apapun nama dan sifatnya ketika sudah bertuhankan hawa napsu
maka rusaklah nilai - nilai luhur agama, walau masjid sekalipun. Hari ini dapat
disaksikan keterangan laporan saldo
masjid bisa mencapai ratusan juta rupiah dari infaq jamaah yang tidak
disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq) termasuk untuk
delapan golongan mustahiqin yaitu faqir, miskin, gharim (orang yang berhutang),
budak belian (hidup terjajah dan di bawah penindasan struktural dan kultural),
muallaf, fi sabilillah (honorarium ustadz, guru, penyebar agama Islam, penopang
dan penggiat agama Islam), ibnu sabil (musafir), dan 'amil (petugas zakat).
Dengan nama kemiskinan, manusia berani melanggar perintah Allah swt dengan
bermaksiat dan berlaku durhaka kepada Nya. Inilah jalan - jalan yang
dimanfaatkan hawa napsu jahat supaya manusia tersesat dari jalan Nya, demikian
tugas napsu memerintah kepada kejahatan. Surah Yusuf ayat 53 : Sesungguhnya
napsu memerintah kepada kejahatan, kecuali napsu yang dirahmati oleh Tuhan ku.
Lebih - lebih dengan nama kesenangan dan kelapangan manusia terlalu
durhaka kepada Allah swt. Mempertahankan kekuasaan, mempertahankan kekayaan,
mempertahankan keakuan diri, mempertahankan kesombongan diri ; aku yang paling
penting, aku yang paling benar, aku yang paling terpandang, kalian harus ikut
aku yang benar, harus ikut aku yang mulia. Kondisi jiwa tersebut telah bekerja
sama antara hawa napsu dengan syaithan, menjadilah pengikut Iblis, pengikutnya
disebut Iblisiyah. Semoga Allah swt menyelamatkan seluruh netizen dakwah
virtual, melindungi netizen dari bahaya tipuan samar hawa napsu baik dalam
medan - medan kelapangan nikmat maupun dalam medan - medan kesempitan nikmat.
(Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar