Al Bayan 1 : Shalat | Mubayyin : Ma’ruf Zahran
Al
Bayan 1 : Shalat
Mubayyin : Ma’ruf Zahran
Berkata gurunda mulia al arif billah al mursyid lillah (Ibnu
Athaillah) : Ketika Allah mengetahui sifat bosan dirimu, maka Dia
menganugerahkan aneka ragam taat. Dia mengetahui juga sifat tamakmu dalam
mengerjakan taat, maka Dia mencegah taat pada sebagian waktu, supaya timbul
kegairahanmu dalam mendirikan shalat,
bukan wujud shalat. Oleh sebab itu, tidaklah orang yang shalat bisa
mendirikan shalat.
Pos terbaru Al Bayan 1 hadir pada ruang baca warganet dalam
perbukuan dan perpustakaan penikmat sajian - sajian rohani. Termaktub dan
ternukil dari kitab klasik Al Hikam Ibnu Athaillah, Ibnu Athaillah (wafat di
Mesir tahun 709 H) pengarang Al Hikam sebagai mursyid billah dari thariqah
Syaziliyah (mursyid ke tiga), setelah mursyid
billah Abul Abbas Al Mursyi dan Abul Hasan Asy Syazili Asy Syaziliyah
rahimahumullah warhamhum - wa'afihim - wa'fuanhum, wa 'alal jannata matswahum,
wa akrim nuzulahum, wa wassi' mudkhalahum, amin. Setelah memforward dua kitab
sebelumnya yang juga dinukil dari kitab Al Hikam. Dua kitab yang telah memuat
syarah - syarah Al Hikam berhikmah berupa memberi keterangan, pengertian,
pemahaman, penjelasan, pandangan hingga penyajian secara random dalam
literasinya. Dua kitab terdahulu yang telah dicetak secara manual dan digital
adalah kitab Al Hikmah dan kitab Al Burhanah. Adapun pos terbaru ini dinamakan
Al Bayan sebagai kelanjutan dari studi - studi Al Hikam sebelumnya. Setelah bi
idznillah wa bi barkati sayyidil wujud, sayyidis sadah, sayyidul mahbub,
sayyidul ma'ruf, dua kitab tadi telah dibaca oleh 100. 000 (seratus ribu) lebih
pembaca lewat media blogspot Ma'ruf Zahran dan ratingnya terus meningkat setiap
harinya. Alhamdulillah awwaluhu wa akhiruhu, Allahumma shalli wa salim 'ala
habibina Muhammad wa alihi wa shahbih, mudah - mudahan menjadi ilmu jariyah,
amal jariyah dan ihsan jariyah.
Disini gurunda mulia al 'arif billah al mursyid lillah Ahmad Ibnu
Athaillah rahimahullah hafidzahullah ta'ala menekankan pentingnya hakikat batin
shalat yaitu "aqimush shalah", bukan sekedar " wujudush
shalah". Wujud (syariat dzahir) shalat penting, sungguh sama pentingnya
dengan aqimush shalah (hakikat batin shalat). Wujud shalat berwaktu dan beruang
karena dia menempel di jasad. Jasad butuh waktu dan pewaktuan, jasad butuh
tempat dan penempatan, karena waktu dan tempat, adalah waktu sifatnya relatif
dan adalah tempat sifatnya temporer (sementara). Disuruh aqama - yuqimu -
iqamah sebuah pemaknaan yang mencakup unsur dzahirah shalat dan unsur bathinah
shalat. Meninggalkan salah satu unsurnya
membuat shalat tidak utuh. Jika wujudush shalah di awali dengan niat dan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam merupakan bentuk dzahirah shalat,
ada syarat dan rukun qauli, fi'li, qalbi. Inilah shalat yang berwaktu, berwaktu
shubuh, berwaktu dzuhur, berwaktu ashar, berwaktu maghrib, berwaktu isya'.
Hakikat shalat yang diutamakan adalah wajah hati menghadap Allah
SWT, bukan wajah jasad. Tetapi, syariat tetap dikerjakan, wudhu tetap
ditunaikan dalam ketentuan syarat dan rukunnya. Adapun hakikat shalat adalah munajat
dan musafahat. Munajat adalah permohonan kepada Allah SWT dengan memandang
percikan sifat Jalalullah seperti kemaha - agungan Nya, kemaha - besaran Nya,
kemaha - perkasaan Nya. Adapun musafahat merupakan terbuka tirai - tirai
keghaiban sehingga bisa menyaksikan Allah SWT yang Dia curahkan di luar shalat,
dalam arti musafahat merupakan anugerah terindah dari Nya sebagai buah dari
shalat. Musyahadah dalam musafahat shalat adalah dengan menyaksikan percikan
sifat Jamalullah seperti kemaha - kasih sayangan Nya, kemaha - lemahlembutanNya,
kemaha - indahan Nya dalam pemberian dan dalam penolakan Nya, dalam hidayah,
irsyadah, inayah, ma'unah, maghfirah Nya tanpa cacat dan cela, ampunan dan
pemberian Nya yang tidak pernah putus. Dimensi munajat menembus pada lapisan
terdalam dari fuad yaitu lub, ahlul munajat diberikan gelar ulul albab, sebagaimana firman Allah SWT : Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pergiliran malam dan siang adalah benar tanda - tanda bagi ulul albab, yaitu
orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring. Dan, orang yang berpikir tentang
apa - apa yang ada di langit dan di bumi,
(munajat mereka); ya Tuhan kami, tidak sia - sia apa yang Engkau
ciptakan. Maha suci Engkau, hindarkan kami adzab neraka. (Ali Imran ayat 190 - 191).
Selamanya, shalat tidak bisa khusyuk kalau dimensi hati (qalbu,
fuad, lub) masih terdapat penyakit (fi qulubihim maradh). Penyakit rohani yang menyerang hati berpokok - pangkal pada
cinta dunia (hubbud dunya ra'sul khati'ah) seperti cinta harta (hubbul mal),
cinta pangkat (hubbul jah), cinta syahwat kepada perempuan - perempuan (hubbusy
syahawat minan nisa'), cinta anak sehingga melalaikan dzikrullah (wal banin)
dan sebagainya. Terhijablah qalbu dari Allah SWT karena syahwat kepada dunia. Disinilah
yang dikatakan gurunda mulia Imam Ibnu Athaillah rahimahullah hafidzahullah
ta'ala tentang wujud shalat, tetapi tidak mendirikan shalat. Shalat yang tidak
hadir hati kepada Allah SWT, visual shalat mereka yang menyembah selain Allah
SWT, bisa menyembah diri sendiri yang taat, menyembah cita - cita dan angan -
angan dunia, shalat ingin kaya, shalat karena rutinitas, shalat karena adat -
istiadat, shalat karena mencari ketenangan (napsu), shalat ingin mencari
kebahagiaan (napsu), shalat ingin menjadi orang taat (napsu), shalat ingin
masuk surga (napsu), shalat ingin dihindarkan dari neraka (napsu).
Shalat orang yang mendirikannya dengan khusyuk umpama orang yang
mendirikan bangunan dengan kokoh. Kualitas orang khusyuk terdiri atas dua
golongan :
1. Shalat
munajat
Orang yang shalat (mushalli) dalam derajat munajat, masih terhijab
dari Allah SWT dalam shalatnya dan di luar shalatnya. Maksudnya, dalam ibadah
shalat dia masih mengaku aku yang shalat. Dengan demikian, hatinya berkata;
Tuhan jauh, mesti harus didekatkan, Tuhan belum memberi, mesti harus diminta, semuanya
itu adalah ungkapan munajat dalam shalat. Dan, di luar shalat semakin kuatlah
keakuannya (penilaian pada diri sendiri yang bisa berusaha, bisa bertenaga,
bisa berharta, bisa berpangkat), wujud shalat seperti ini bisa menghijab diri
dengan Allah SWT. Hijabah diri yang menirai, mendinding, merintang kepada SWT
adalah aku yang shalat, zakat, shaum, haji dan umrah yang diwujudkan dalam perbuatan
taat dzahirah.
Istilah shalat adalah do'a, do'a merupakan inti ibadah. Tingkatan
tertinggi mushalli adalah ketercapaian khusyuk di tingkat qalbu. Qalbu yang
sudah tenang (thuma'ninah) dalam shalat, sebab telah memandang asma Allah SWT
di hati (qalbu) orang yang shalat (mushalli). Atau telah berkedudukan
ma'rifatullah asmaullah al husna di dalam shalat. Maksudnya, Allah SWT Ar
Rahman, dengan nama Nya Ar Rahman sihamba berminta kasih dari Nya, nama Nya Ar
Rahim si hamba berminta sayang dari Nya. Oleh karena itu, terang hati menghadap
Allah SWT dalam seluruh limpahan nama Nya. Di awali dengan puncak nama tunggal kemahabesaran Allah SWT (Al Akbar)
sebagai himpunan nama - nama Nya Al Kabir, Al 'Ali, Al Muta'ali, Al Majid, Al
Hamid, Al Aziz, Al Jabbar, Al Mutakabbir,
Al Ghani, sebagai percikan sifat Jalal Nya. Adapun shalat akan diakhiri
dengan salam yang di dalam kandungan salam terdapat nama Nya As Salam. As Salam
juga merupakan kumpulan nama - nama keindahan Nya seperti Al Karim, Al Halim,
Ar Rahim, Ar Rahman, sebagai percikan sifat Jamal Nya.
Pada kedudukan shalat munajat pun tidak sampai kepada Allah SWT
tanpa kekuatan shalawat. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW adalah
pintu pertama yang wajib dilalui oleh mushallin. Alam Ahmadiyah, alam
Muhammadiyah, alam Arwah, alam mitsal (amtsal) dan alam ajsam (jamak dari jisim) kuasa Nya telah Allah SWT
berikan kepada kekasih Nya sebagai hembusan ruhullah yang pertama. Pemegang
kunci - kunci langit, bumi, dan kunci surga. Berdasarkan firman Tuhan dalam
surah Al Fath ayat 29 : Muhammad Rasulullah, dan orang -orang yang bersama dengan
baginda adalah tegas terhadap kekafiran, kasih sayang sesama mereka.
Baginda mulia adalah sayyidul arwah (tuan para ruh), sayyidul wujud
(tuan dari segala yang nyata), sayyidul makhluk, sayyidul kaunain, sayyidul
muhibbin, sayyidul mustad'afin, sayyidul hamidin, sayyidul aulia' - anbiya' -
hukama', sayyidul awwalin, sayyidul akhirin, sayyidul mubasysyirin, sayyidul
mundzirin, sayyidul mufassirin, sayyidul muhadditsin, sayyidul muhaqqiqin,
sayyidul muttaqin. Sayyidul 'alamin inilah yang senantiasa berdekatan dengan
Rabbul 'alamin (Allah SWT). Berbahagialah orang yang menjadi ummat baginda,
mengimani baginda dengan syahadat Rasulullah SAW, bershalawat kepada Rasulullah
SAW, bersalam kepada Rasulullah SAW, sedekat - dekat ummat dengan baginda
Rasulullah SAW adalah yang banyak membaca shalawat, dan pasti berdekatan juga
dengan Allah SWT Rabbul 'alamin. Tanpa iman kepada baginda Rasulullah SAW,
islam kita tidak berarti apa - apa. Sayyidul mukminin tempat Allah SWT
mencurahkan iman kepada Ahmad Ruhullah (batin) dan Muhammad Rasulullah Al
Mukmin (dzahir dan batin), sayyidul muslimin tempat Allah mencurahkan islam,
sayyidul muhsinin tempat Allah mencurahkan ihsan. Iman, islam, ihsan adalah risalah pokok yang disampaikan oleh penyampai
risalah Allah (Rasulullah) dan pembawa khabar dari Allah (Nabiyullah). Sayyidul
'amilin adalah nama penghulu para ahli amal taat. Sudahkah si taat mengenal
tuannya ?
Apabila belum mengenal sayyidul 'amil (jamak : 'amilin) mengenallah
kepada sayyidul 'amilin, karena itu disuruh dalam ma'rifaturrasulullah. Sayang
dikata, ibadah mu tidak terhantar kepada Allah SWT, tetapi dikawal oleh Iblis.
Iblis yang membenci Nabiyullah Rasulullah SAW. Benci lawannya cinta. Barang
siapa yang membenci Nabi, membenci salam dan shalawat kepada sayyidul
mushallin, sayyidul 'amilin, sayyidul 'abidin tidak akan tersampai ibadahnya
kepada Allah SWT, sekalipun banyak ibadahnya. Qalbu hamba yang Allah SWT ridhai
adalah qalbu hamba yang isinya cinta dan rindu kepada kekasih Nya, kasih hamba
yang sejalan dengan kasih Allah SWT yang bertemu di dalam nama kekasih Nya,
Muhammad Habibullah.
Kajian ma'rifaturrasulullah memang jarang, tetapi jika tidak
melewati beliau sebagai pembawa risalah Allah SWT tidak akan sampai ibadah
apapun ; dzahir, batin, sir. 'Abid (jamak ; 'abidin) ahlul ibadah tidak akan
sampai kepada Nya, bahkan menjadi sombong. Dalam arti, tanpa meyakini dengan
haqqul yaqin yang menumbuhkan rasa cinta, rindu, tanpa merasa berhutang budi -
berhutang jasa, bahwa baginda Nabiyallah sayyidul wujudah, sayyidul makhluqah,
sayyidul bariyah adalah kekasih Allah SWT. Tanpa iman kepada Nabiyallah
Muhammad SAW dan tanpa meyakini di dalam hati (tashdiq bil qalbi), ikrar di
lisan (iqrar bil lisan), amal dalam perbuatan ('amal bil arkan), sia - sialah
ibadah yang tidak mensyahadat Rasulullah SAW. Kenapa banyak kajian tidak mau
membahas syahadat Rasulullah SAW (penulis pun juga dulu seperti itu). Berkat hidayah Allah (hidayatullah), penulis
bertaubat kepada Allah SWT, ternyata syahadat Tauhidullah sama pentingnya
dengan syahadat Rasulullah SAW. Niscaya, seluruh iman, islam, ihsan, 'amal,
syariat, thariqat, hakikat bermanhaj Rasulullah SAW secara dzahir dan batin
(thariqah 'ala minhajinnubuwwah). Sedangkan kajian yang tidak memuliakan Allah
SWT dan Rasulullah SAW adalah kajian yang berjalan di atas metode iblisiyah
atau syaithaniyah (thariqah 'ala minhajisy syayathin).
2. Shalat
musafahat
Istilah shalat musafahat merupakan istilah yang ditulis oleh
gurunda mulia Al Fadhil lillah Ibnu Athaillah atau bisa juga disebut musafahat
adalah bagian anugerah Allah SWT bagi para mushallin akibat munajat mereka di
dalam shalat. Dalam makna kandungan
musafahat inilah, Allah SWT berikan kalam - kalam qudsiyah, ilham -
ilham qudsiyah yang Allah SWT berikan di luar ibadah shalatnya mushallin.
Bashirah haqqul yaqin inilah sehingga mereka tergerak untuk beramal shalihat
dan Allah SWT sempurnakan amal shalihat mereka (tatimmush shalihat), makna
shalat dawamah (shalatu da im).
Makna shalat berkesinambungan (ash shalatu da im) adalah mewujudkan
kandungan ruh (spirit) shalat dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bayan bahwa nilai - nilai yang dikehendaki oleh
wujudush shalah telah tegak lurus dan berdiri dalam aqimush shalah. Contoh
mushallin adalah mereka yang ; peduli dengan anak yatim, menganjurkan dan
memberi makan kepada orang miskin, tidak lalai terhadap nilai - nilai shalat
atau selalu dzikrullah, ikhlas di dalam
shalat dan ikhlas di luar shalat, dan gemar melakukan gerakan donasi
kemanusiaan (baca : surah Al Maun).
Orang yang betul-betul aqimush shalah (mendirikan shalat) akan menangis saat keluputan taat ; menangis jika tidak memberikan barang yang berguna (alma'un) kepada orang-orang yang membutuhkan walau sedikit berbagi, sedih manakala tidak bisa andil bakti kepada kemanusiaan (yatim wal masakin) sebagai tuntutan qalbu dan ruh dari aqimush shalah tidak hanya sekedar wujudush shalah. Sebaliknya, orang yang hanya wujudush shalah tanpa aqimush shalah tidak akan mendapatkan getaran - getaran ilham yang halus dari Allah SWT, tidak tergerak hatinya mengamalkan surah Al Ma'un atau surah Al Yatim sebagai tuntutan nilai aqimush shalah. Dan, tidak merasa bersedih apabila keluputan taat dan tidak merasa bersedih apabila melanggar larangan - larangan Allah SWT dalam maksiyat. Mushallin yang diberikan Allah SWT rahmat musafahat merupakan anugerah barkah pada ranah qalbun salim dan ruhul salim. Musafahat yang berdimensi qalbun salim dengan sebutan ahlullah ulul albab, sedangkan musafahat yang berdimensi ruhul salim dengan sebutan ahlullah ulul arwah atau ahlullah ulul arham. Sebab, martabat alam arwah isinya adalah rahmaniyyatullah (kekasih - sayangan Allah) dan orangnya disebut kelompok (keluarga) kasih sayang atau ulul arham.
Kata arwah dan kata arham memiliki hubungan makna kata yang sangat
erat, sehingga menjadi tanda penamaan dan penampilan mereka di rumah arwah
(baitul arwah), yaitu ahlullah yang namanya disebut - sebut di langit adalah
hamba Allah SWT yang bersifat dengan sifat Allah Ar Rahman, Ar Rahim, terkumpul
dalam kekasih sayangan dan kelapangan, kemudahan, tidak sempit, tidak memaksa
dan tidak mempersulit. Lapang adalah arti kata dari rauh - ruh (jamak : arwah).
Hanya orang yang lapang hati dan ruhi bisa melapangkan orang lain, ilmunya
lapang untuk bisa ditimba, hartanya lapang untuk bisa dibagi, jiwanya lapang
untuk bisa memaafkan, memudahkan dan meluaskan kehidupan orang lain. Musafahat
yang telah bisa menyibak tirai - tirai kesulitan dan kegaduhan hidup ; gaduh
politik, gaduh ekonomi, gaduh pendidikan, gaduh penerbangan, gaduh perikanan,
gaduh perkebunan, gaduh pertambangan, gaduh pertanian, gaduh kesehatan dan
sebagainya. Orang yang hanya wujudush shalah tetapi tidak ada ruh (melapangkan)
dan ruham (pengasih - penyayang) tidak akan sampai (tidak akan wushul) ke
hadirat Allah SWT walaupun banyak shalatnya, walaupun banyak zakatnya, walaupun
banyak puasanya, sebab di dalam hati telah berkembang - biak cinta duniawi,
cinta diri. Saat kematiannya datang, ego centris akan merubah bentuk menjadi
kala jengking - kala jengking raksasa yang mengunyah dan mematahkan tulang -
tulang si aku yang profesor, doktor atau magister yang "judas" dengan
mahasiswanya. Sifat - sifat buruk yang berubah wujud menjadi ular - ular berbisa
akan memotong - motong usus si sombong dan mengeluarkan isi perutnya.
Dampak buruk dari perbuatan buruk karena terhijab dengan Allah SWT
adalah kegelapan yang sangat pekat (dzulmun 'adzim). Telah mempersekutukan
Allah SWT dengan dirinya sendiri yang tidak berkesadaran sebagai hamba dan
kehambaan ('ubudiyah). Pelaku syirik (musyrik, jamak : musyrikin) adalah siapa
saja yang ketiadaan ma'rifatullah lillah, billah, fillah. Apapun profesi dan
ragam latar belakangnya. Jika jahil (bodoh) terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW
berarti hati dan ruh kosong dari ma'rifatullah billah fil af'al, ma'rifatullah
billah fil asma', ma'rifatullah billah fish shifat, ma'rifatullah billah fidz
dzat. Kajian - kajian ma'rifatullah billah harus dibuka sebagai kajian dan
dzikir akhir zaman. Perlu secara terang - terangan ma'rifatullah billah
dipahamkan dan dicerahkan kepada ummat Rasulullah SAW, sebab barisan atau tenda
ma'rifatullah billah akan berhadapan secara vis a vis dengan orang - orang yang
jahil terhadap ma'rifatullah billah, itulah thariqah iblisiyah dengan
kesombongan taat, kesombongan ibadat.
Demikian, munajat dan musafahat merupakan anugerah Allah SWT,
semakin bertambah usia dunia mesti harus semakin bertambah dzikir akhir zaman,
dzikir khafiyah dan dzikir sirriyah. Dua senjata inilah menghadapi fitnah, huru
hara, kekacauan akhir zaman. Memperkuat tauhidullah dalam syahadatain,
mengkaji, memahami sebagai thariqah ma'rifatullah billah yang setiap hari kita
lakukan pengkajian untuk semakin memantapkan nutrisi hati dan nutrisi ruhi
dengan dzikrullah. Dzikrullah makanan dan minumannya seperti beresensi malaikat
tetapi bermateri manusia, sebuah rekayasa dan rancang bangun dzahirah
berpola manusiawi tetapi rekayasa dan
rancang bangun bathinah berpola malaikatu warruh. Sebuah visualisasi ummat
Muslim dan ummat Nabiyallah Muhammad SAW yang hidup di saat - saat sulit
mendekati qiyamat pada tanda - tanda besar qiyamat. (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar