Al Bayan 10 : Maqomat | Mubayyin : Ma'ruf Zahran
Al Bayan 10 : MAQOMAT
Mubayyin : Ma’ruf Zahran
Perang akhir zaman adalah perang melawan kekafiran dan kemusyrikan.
Kekafiran dan kemusyrikan adalah kemah (fusthath) yang dipimpin oleh Dajjal dan
persekutuannya. Sedangkan kemah (fusthath) keimanan dan ketauhidan yang
dipimpin oleh almasih waliyullah Isa putera Maryam dan khalifah waliyullah Imam
Al Mahdi alaihissalam, sebagai pemimpin para auliya Allah SWT. Hanya ada dua
kemah di saat ini ; kemah kekafiran tanpa keimanan, dan kemah kekafiran tanpa
keimanan. Sebuah garis yang sangat ekstrim. Tidak ada lagi abu-abu (syubuhat) ;
semua jelas, mereka yang munafik, fasiq, dzalim, ragu-ragu tercerabutlah iman
di hatinya, telah menjadi kafirlah dia dibawah pimpinan Dajjal dan
persekutuannya, walau dia rajin taat, taat palsu dan semu, hatinya telah kafir
kepada Allah SWT, dan jumlah mereka sangat banyak, 2/3 dari jumlah ummat Nabi
Muhammad SAW. Sementara yang benar-benar yaqin, benar-benar taat, Allah SWT
masukkan ke dalam kemah keimanan tanpa kekafiran sedikitpun, Allah SWT masukan
ke dalam kemah ketauhidan tanpa kemusyrikan di dalamnya, mereka akan dipimpin
oleh Al Mahdi khalifatullah, dan jumlah mereka 1/3 dari ummat Nabi Muhammad
SAW.
Menghadapi perang akhir zaman, bukan perang Badar, bukan perang
Uhud, bukan perang Khandaq, perang Tabuk, perang Yarmuk. Perang yang dihadapi
sekarang ini adalah perang melawan Iblis dan perang melawan hawa napsu. Napsu
ingin kaya raya, napsu ingin menjadi raja di raja, napsu berkuasa, napsu ingin
hidup enak, ingin hidup nyaman, ingin hidup tenang merupakan kehendak diri
(hawa napsu) yang perintahnya semakin keras. Selain itu, Iblis juga semakin
gencar melemparkan tombak-tombaknya, melemparkan batu-batunya, menghunuskan
pedang-pedangnya, atau Iblis datang secara sopan santun sebagai penasehat,
sebagai ayah, sebagai ibu, sebagai guru, sebagai orang shaleh, sebagai orang
taat, sebagai orang taqwa, sebagai ahlul Qur'an, sebagai ahlul Hadits, sebagai
ahlus sunnah, sebagai ahlus sanad, sebagai ahlul masjid, sebagai ahlul hakikat,
sebagai ahlul ma'rifat. Padahal Iblis penipu dalam tipuan gelar-gelar langit
ketuhanan yang bersifat tipuan dan pangkat langit kealiman yang bersifat tipuan,
kecuali itu, dia juga bisa tampil sebagai orang kaya atau orang miskin, dia
juga bisa tampil sebagai orang yang menyenangkan atau orang menakutkan, dia
bisa menggambarkan surga atau neraka. Terbongkar aib Iblis karena dia telah
mencapai tingkat pakar dalam keimanan yang semu, dalam keilmuan yang palsu,
dalam penampilan yang menipu, dalam ketaatan yang dusta, dalam kemaksiatan yang
bangga, dalam kebaikan yang terselubung, dalam kemurahan yang berujung riya',
dalam seluruh apapun yang dikata, yang dibisik, yang dibuat Iblis adalah seluruhnya
samaran dan tipuan. Oleh sebab itu, berlindunglah setiap detik kepada Allah SWT
dengan dzikir - dzikir :
- Dzikir kedua mata adalah dengan menangis karena takut kepada Allah SWT.
- Dzikir telinga adalah dengan mendengarkan kajian tausyiah, mendengarkan tilawat Al Qur'an Al Karim, mendengarkan suara adzan dan iqamah, mendengarkan khutbah, mendengarkan bacaan imam shalat, mendengarkan mulut yang sedang berdzikir dalam dzikir jali, khafi, sirri.
Maqam orang yang berdzikrullah SWT harus diawali dengan maqam
taubat. Dalam maqamat dan ahwal menurut Al Habib Abdullah Alaydrus Al Akbar
(semoga Allah SWT merahmati beliau di dalam raudhatul jannah - taman-taman
surga, lahu Al Fatihah) menyatakan taubat adalah maqam (kedudukan mujahadah)
pertama kali bagi orang yang ingin beriman, berislam, berihsan kepada pencinta,
pengasih, penyayang, penyantun. Taubat menduduki martabat pertama sebagai pintu
masuk pengenalan Nya.
Berkenaan taqdir pada medan maksiat yang hamba lemah tidak mampu
mengingkarinya, hamba lemah tidak dapat menghindarinya, hamba lemah yang tidak
mampu menyangkalnya. Qadarullah, telah Aku tentukan waktu dan tempatnya,
jadilah hamba Ku menangis di hadapan Ku dengan menyesali dosa-dosa mereka,
jadilah dia merasa hamba Ku yang berdosa. Lalu, dengan takdir Ku jua, Aku
angkat hamba Ku dari lumpuran dosa. Dosa mereka sebagai pengungkit, pelempar,
pembangkit mereka secara cepat dan tinggi menuju kepada Ku dengan dosa yang
ditangisi dan disesali, menjadilah dia hamba Ku dari golongan hamba-hamba Ku
yang bertaubat (minat tawwabin). Selain itu, Allah SWT sediakan maqam mahmud
(kedudukan yang terpuji) yaitu maqam taubat bagi semua makhluk pendosa yang
berkeinginan meraih keterpujian di sisi Nya.
Bagi hamba yang mendapatkan nurut taubah (cahaya taubat) untuk
kembali kepada Allah SWT, niscaya terpandanglah pada qalbunya betapa Allah SWT
maha kasih, maha sayang telah menarik tangan hamba yang kotor untuk bersalaman
dengan "tangan kuasa" Nya yang maha suci (Al Quddus). Betapapun hamba
ingin kembali, apabila belum ada Qadarullah untuk kembali, tetaplah sampai hari
ini hamba berada di dalam kerendahan kubangan dosa. Sungguh, ketika Allah SWT
yang menarik mu dari dosa, dengan kemuliaan Nya, Dia telah menarik mu kehadirat
Nya tanpa pernah menyisakan keburukan, Dia tidak pernah mempermalukan hamba Nya
saat berdosa dan setelah melakukan dosa. Lalu semakin beradab lah hamba kepada
Nya dengan husnul adab, setelah memandang (bashirah) tajalli Allah dalam
af'alullah, asmaullah, shifatullah.
Sesungguhnya, Allah SWT selalu dalam keadaan menerima taubat (At
Tawwab) apapun, bagaimana pun buruknya keadaan hamba pendosa. Dia menyediakan
waktu-waktu dan ruang-ruang kemaafan yang selalu terbuka (Al 'Afuwwu), Dia
menyediakan waktu, ruang, pintu taubat yang selalu dalam keadaan terbuka bagi
para pendosa yang mengetuk pintu Nya dan pintu rahmah, maghfirah,
fadhilah Nya selalu terbuka (Al Fattah). Dia menyediakan ampunan, mendahulukan
ampunan dari pada hukuman, mendahulukan rahmat dari pada adzab, mendahulukan cinta
dari pada benci. Bahkan, menjauhkan murka dengan ridha Nya, menghapuskan
keburukan lalu menggantikan dengan kebaikan-kebaikan dari Nya, pertanda Allah
SWT berkenan kepada hamba. Bukan hamba
itu baik atau buruk, bukan hamba itu taat atau maksiat, bukan hamba 'alim atau
jahil, tetapi Allah SWT berniat baik kepada hamba Nya. Qadarullah, Allah SWT
berniat baik ; yang jahil Dia 'alimkan, yang maksiat Dia taatkan, yang kurang
Dia sempurnakan, sebab Allah SWT memandang ada sifat mulia dari hambaNya, yaitu
rendah hati (tawadhu').
Sebaliknya, qadarullah, bukan taat yang membuat seseorang dekat
kepada Allah SWT, bukan maksiat yang menjauhkan seseorang dari Allah SWT.
Sebab, Allah SWT tidak butuh kepada taat hamba, sebuah keadaan yang Dia selalu
dekat dengan hamba Nya, dan apapun jika masih memerlukan, membutuhkan
menunjukkan sifat aib dan kekurangan, maha suci Allah SWT dari meminta taat
hamba, dari kemuliaan Nya karena ibadah hamba, dan maha suci Allah SWT dari
kehinaan karena hamba bermaksiat kepada Nya. Manusia yang paling dibenci Allah
SWT adalah manusia yang sombong ; merasa diri mulia, merasa diri baik, merasa
diri diperlukan orang, merasa diri benar, merasa diri besar (takabbur), karena
hanya Allah SWT Al Kabir yang berhak untuk sombong (al mutakabbir huwallah), al kibra - u rida - i (kebesaran -
kebesaran adalah selendang Ku) ; Al
Qahhar, Al Jabbar, Al Kamal, Al Jalal, Al Jamal.
Orang yang tawadhu' akan Allah SWT ganti dari maksiat menjadi taat,
Allah SWT ganti dari jahil menjadi 'alim, Allah SWT ganti dari nakirah menjadi
ma'rifah, Allah SWT ganti dari kufur menjadi syukur, Allah SWT ganti dari
syirik menjadi tauhid, Allah SWT ganti dari neraka menjadi surga. Inilah
fadhilat sifat tawadhu' yang dapat mengundang rahmah, maghfirah, inayah,
hidayah, irsyadah dari Allah SWT.
Tawadhu' mengantarkan kepada taubat, taubat mengantarkan kepada
kecintaan Allah SWT (mahabbatullah SWT). Dengan rahman - rahim Nya, Allah SWT
menampakkan secara nyata (tajalli) Allah SWT pada semesta alam. Bagi yang taat
Allah SWT perlihatkan ridha Nya, bagi yang maksiat Allah SWT perlihatkan
ampunan Nya, kepada yang mendapat nikmat Allah SWT tampakkan kesyukuran datang
dari Nya dan pulang kepada Nya kesyukuran itu (Asy Syakur), kepada yang
mendapat musibah Allah SWT tampakkan kesabaran yang datang dari Nya dan kepada
Nya kesabaran itu kembali (Ash Shabur).
Kaitan maqam taubat hamba yang bersumbu dari Allah SWT wajib
dikenali, dipahami, dimengerti, diyakini thabaqat karamat (tingkatan kemuliaan)
terdapat di dalam tiga tingkatan cahaya, ketiganya bersifat non materi ;
nurullah (nur dzat Allah SWT), nur Muhammad SAW, dan nur alam semesta (termasuk
malaikat, jin, manusia, mahsyar, mizan, shirath, surga, neraka). Rangkaian
ketiga nur tersebut merupakan kasih sayang Allah SWT yang meliputi, memadati, memenuhi,
melingkupi nama utama nur dzatullah yaitu dzu rahmah (pemilik maha kasih
sayang), sebagai mana firman Tuhan dalam surah Al Kahfi ayat 58 : Dan Tuhan mu
maha pengampun, memiliki ruh rahmah (kasih sayang). Sungguh telah banyak
kedurhakaan manusia, tetapi Dia tidak menyegerakan adzab, tetapi ada waktu tertentu (dalam penentuan penundaan adzab).
Sungguh selain Dia (Allah), mereka tidak menemukan tempat berlindung.
Titipan ruh rahmah Allah SWT kepada kekasih Nya Nur Muhammad SAW
sebagai tiupan ruh rahmah Allah SWT yang pertama dan utama, tinggi dan mulia,
lalu ruh nur Muhammad SAW diberikan, dibagikan kepada semua alam ; alam
malaikat, alam manusia, alam jin. Dimana ruh nur Muhammad SAW yang telah
diberikan kepada ruh idhafi (menyandarkan dan disandarkan) menjadi nur idhafi
sehingga menjadi terang dan nampak atau mendzahir. Mendzahir karena disandarkan
kepada ruh nur hakikat Muhammadiyah dan menyandarkan kepada ruh nur hakikat
Muhammadiyah. Namun sayangnya, banyak manusia yang tidak berkesadaran kepada
adanya wujud sejati nur Muhammad SAW, malah mereka mendurhaka kepada kekasih
sayangan nur Muhammad SAW yaitu nur ghafur, rauf, rahim dan mereka mendurhaka
kepada kekasih sayangan nurullah SWT
(nur dzat Allah SWT) ; nurullah ar rauf, al ghafur, ar rahim, seperti
firman Allah SWT dalam kitab suci Nya : Sungguh telah datang kepada mu, seorang
rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami,
dia (rasul) sangat menginginkan (keimanan dan keislaman) bagimu, dia (rasul)
sangat penyantun (rauf) dan sangat penyayang (rahim) terhadap orang-orang yang
beriman (At Taubah ayat 128).
Manusia pendosa merupakan mereka yang telah kehilangan nur Muhammad
SAW di hatinya. Ketiadaan cahaya artinya ketiadaan nur Muhammad SAW, ketiadaan
nur Muhammad SAW sama dengan ketiadaan nurullah SWT. Oleh karena itu, para
pendosa adalah mereka yang gelap (dzalim, kafir, fasiq, iblis, syaithan, dajjal). Sementara, orang
yang bertaubat adalah mereka yang berharap cahaya-cahaya (anwar) dari Allah SWT
dan dari utusan Nya, nur Muhammad SAW. Nur Muhammad SAW berperan sebagai
pengajar ; fungsinya mengajar, perannya pembimbing ; tugasnya membimbing, peran
penyampai (rasul) ; tugasnya menyampaikan, itulah Rasulullah Muhammad SAW dalam
bentuk dzahir dan batin, sedangkan Rasulullah Ahmad SAW sebagai ruh dari Allah
SWT ; hembusan ruh pertama Nya lebih pada aspek batin ruhiyah (non materi).
Mereka ingin kembali mendapatkan cahaya Allah SWT dan cahaya Rasulullah SAW
setelah berdosa, inilah hamba yang bertaubat (taib). Hamba yang bertaubat
adalah hamba ingin dipertemukan kembali dengan nurullah SWT dan nur Muhammad
SAW yang sempat hilang. Setelah bertaubat, ruh idhafi mereka bercahaya kembali
(nurut taubat) setelah dahulu nya gelap (dzulum), hati mereka setelah bertaubat
menjadi hati nurani, setelah sebelumnya hati mereka gelap (hati dzulmani).
Mereka yang bertaubat adalah mereka yang mendapatkan nurullah SWT
dan nur Muhammad SAW setelah hilangnya kedua nur tersebut karena hitam pekatnya
dosa. Firman Tuhan telah berkalamullah karimullah SWT dalam kitab qudus Nya :
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubat lah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya (taubat nasuha), mudah-mudahan Tuhan mu menghapuskan
kesalahan-kesalahan mu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir
di bawah nya sungai-sungai. Pada hari ketika Allah tidak mengecewakan nabi dan
orang-orang yang beriman bersama beliau, sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka (cahaya berjejer yang tidak putus). Do'a
mereka adalah : Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami, ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu (At Tahrim ayat 8).
Kemuliaan yang Allah SWT berikan kepada mereka yang taubat berupa
mendapatkan kesempurnaan cahaya, diampuni dosa, dimasukkan ke dalam surga-surga
(jannat) bersama kekasih Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW, seluruh kaum
mukminin. Betapa sungguh mulia mereka yang bertaubat kepada Allah SWT, taubat
datang dari Allah SWT dan taubat kembali kepada Allah SWT, sebagaimana firman
Nya : (Setelah Adam berdosa), Allah SWT
ajarkan secara langsung (kepada Adam) dengan kalimat-kalimat (taubat), maka
(Adam) bertaubat, sesungguhnya Dia (Allah) maha selalu penerima taubat (at
tawwab), maha selalu menyayangi (ar rahim) (Al Baqarah ayat 35).
Demikian uraian tulisan tentang maqam taubat, sebagai balasan dari
Allah SWT yang selalu maha pemurah (ar rauf), selalu maha kasih (ar rahman),
selalu maha penyayang (ar rahim), penganugerahan nama kepada hamba Allah SWT
yang bertaubat dengan sebutan mahabbatullah. Mahabbatullah artinya (hamba yang
menjadi) kecintaan Allah SWT. Dengan modal mahabbatullah (kecintaan Allah SWT)
tersebut, hamba bisa berlama-lama beribadah kepada Allah SWT, bisa
berkomunikasi dengan Allah SWT secara mesra, bisa berdialog dengan Allah SWT
secara damai tanpa hijab. Mahabbatullah lillah fillah sebagai anugerah besar
dari Allah SWT setelah si hamba melewati belenggu-belenggu ikatan dosa, rantai-rantai
maksiat, medan-medan lumpur kedurhakaan, kekafiran, kedzaliman, kejahatan,
kejahilan. Lalu bergelayut di hati hamba rasa khasyiyah (cemas) dan raja'
(harap) kepada Allah. Dengan dua rasa inilah, rasa yang mengantarkan mereka
bertaubat kepada Allah SWT, kemudian Allah SWT anugerahkan dan tambahkan nikmat
beriman dengan mahabbatullah lillah. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar