AN NURIYAH

 


Narasumber : Ma'ruf Zahran

RUH

Pertanyaan Allah SWT terhadap ruh hanya satu :  Alastu birabbikum ? Bukankah Aku Tuhanmu ? Ruh menjawab : Benar, kami menyaksikan (Engkau Tuhan kami). Pertanyaan yang sama akan kembali ditanyakan kelak pada hari kemudian. Hari pertama dan hari terakhir adalah dengan pertanyaan yang sama ? Sudahkah menyaksikan ? Menyaksikan artinya menghadiri, mendengar, melihat, merasa, berbicara. Benih iman pertama telah ditanam, ditanam di alam ruh (jamak ; arwah).

Setiap hari kita berhadapan wajah dengan ruh (muwajjahah) syahadat (kesaksian) pertama itu ; syahadat melihat (musyahadah), mendengar, merasa benih-benih iman pertama kali yang Allah SWT tanamkan oleh Allah SWT sebagai rab, rab yang bermakna menanam, menumbuhkan, menyuburkan, menyiram, merawat, mengasuh, menjaga, melayani, mengatur, mengarahkan, mengajar, melatih, membimbing, mendidik. Sungguh banyak turunan kata (derivasi) kata ruh, sebab kata ruh merupakan lafal yang banyak memiliki arti (musytarak).

Diantara makna ruh adalah lapang atau istirahat. Ruh yang baik secara pengertian bahasa adalah ruh yang lapang dari "carut - marut" antek - antek duniawi, ruh yang istirahat dari konsep - konsep "bayangan" duniawi material sebagai lawan dari ruh yang bersifat non materi (immaterial). Mungkinkah ini terjadi di dunia realita  ?

Kajian ruh mengantarkan upaya dan ikhtiar mencapai makna sesungguhnya dari ruh, ruh yang artinya lapang ; lapang dari beban - beban jasadi - jasmani. Jasmani selalu menuntut kesenangan yang bersifat cepat (instan), segera, kaya, tidak mau ada beban dan tanggung jawab, marah kalau lambat dipenuhi hak - hak jasmani, benci kepada kemiskinan, hidup bebas tanpa aturan, maka kemauan jasmani sejalan dengan kehendak hawa napsu.

Makna ruh yang kedua adalah istirahat. Tuan guruku al arif fadhil billah al 'alim shalih billah Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari (Wafat : Mesir, 709 H) berhikmah : Arih nafsaka,  (lapangkan dirimu) dari apa - apa yang menjadi tugas bebanmu, pikirkan saja apa yang menjadi tugasmu. Sebab, setiap manusia sudah diberikan tugas - tugasnya masing-masing. Tugas mu hanyalah menunaikan suruhan dan meninggalkan larangan. Apabila engkau bisa tunai dalam menunaikan tugas ; tunai melaksanakan suruhan dan tunai meninggalkan larangan, itulah sesungguhnya istirahatmu. Tetapi, jika engkau masih terhutang dalam melaksanakan suruhan dan masih terhutang dalam meninggalkan larangan, itu sesungguhnya jam kerjamu yang tidak ada istirahatnya.

Dalam kajian huruf, ruh terdiri atas huruf ra - wa - ha. Berikut akan diurai ke dalam makna yang dikandungnya :

1.Ra (Rahmah).
2. Wa (Wilayah).
3. Ha (Hilmah).

Penjelasan (bayan) terhadap huruf tersebut dalam kajian di bawah ini  :

1. Rahmah.

Ruh sangat identik dengan rahmah, rahmah penciri orang yang memiliki ruh yang tenang (ruh muthmainnah), ciri ruh yang muthmainnah adalah ruh yang radhiah - mardhiyyah (ruh yang ridha dan diridhai). Untuk bisa menjadi ruh yang ridha (radhiyah) dan diridhai (mardhiyyah) terlebih dahulu wajib mengenal bagaimanakah ruh berkomunikasi dengan Rabbur ruh (Tuhan ruh).

Rabbul malaikatu war ruh (Rab ; Tuhan - pencipta, pengasih, penyayang - malaikat dan ruh) adalah Rabbur ruh yang ridha dan diridhai untuk berkomunikasi dalam rangka membawa naskah rahmah sebagai amar putusan kasih sayang Nya (min kulli amar). Diyakini, sungguh di bulan suci Ramadhan bahwa Allah SWT banyak sekali mengangkat wali Nya (kekasih) karena pemberian anugerah salam (kedamaian) dari Tuhan.

Maka, kajian ruh sangat dekat dengan surah Al Qadar (97) sebanyak lima (5) ayat : Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam qadar ? Malam qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. (Sebab) pada malam itu turun malaikat dan ruh dengan ijin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (hamba Allah) sampai terbit fajar.

Ruh tidak akan bisa bermuatan rahmah. Rahmah hanya mempersyaratkan bersahabat dan bermahram kepada pusat (server) rahmah (maha kasih - maha sayang), yaitu Allah SWT Ar Rahman, Allah SWT Ar Rahim. Karena itu, hembusan pertama ruh berisi kekasih - sayangan Allah SWT kepada hamba Nya (rahmaniyyatullah SWT). Rahmaniyyatullah SWT dalam bentuk dzahir Nya seperti diturunkan oleh Nya ; Al Qur'an, kenabian (nubuwwah), kewalian (wilayah), kemuliaan (karamah), kecahayaan (nuriyah) yang porsinya lebih banyak dan lebih besar diturunkan pada bulan agung, Ramadhan.

Sehingga, Allah SWT mencatat ahlul arham hanya pada sisi Nya, tidak tercatat pada buku malaikat dan tidak rusak oleh tipu - muslihat Iblis. Ulul arham (orang-orang yang memiliki jiwa kasih - sayang) hanya tersambung kepada nama Nya, Allah adalah Ar Rahim. Ulul arham adalah ahlullah (keluarga Allah), Allah SWT tidak memiliki anak (walam yakullahu walad), dan Dia tidak memiliki istri (walam lakullahu shahibah), tapi memiliki keluarga Allah SWT ; keluarga Allah SWT adalah keluarga para nabi dan para wali. Dia nyatakan dalam hadits Qudsi : "Aku adalah Ar Rahim".

2. Wilayah.

Dalam bahasa Arab, kata wilayah artinya kewalian, orangnya disebut wali (jamak ; auliya). Kata wilayah hampir memiliki kesamaan arti dengan rahmah. Jika rahmah bersifat kasih sayang umum ('am) seperti dalam firman Tuhan yang maha suci : Dan Aku tidak akan mengutusmu (Muhammad), kecuali sebagai rahmah bagi seluruh alam (Al Anbiya' ayat 107).

Sedangkan kata wilayah (kasih sayang) lebih bermakna khusus untuk wali Nya (kekasih). Wilayah (kewalian) berisyarat pemaknaan kasih dari Allah SWT kepada wali Nya, dan kasih wali kepada Tuhan. Makna hubungan yang saling tegur - sapa, saling menyayangi, saling mengerti, saling mencintai. Oleh sebab itu, taqwa sangat dekat sebagai tanda pangkat kewalian. Taqwa yang tanpa berpamrih surga dan taqwa tanpa berpamrih pahala.

Taqwa tanpa berharap surga, taqwa tanpa berharap pahala, taqwa bukan bermotif surga, bukan bermotif neraka, sebab surga dan neraka adalah milik Allah SWT, surga dan neraka adalah makhluk (ciptaan) Allah SWT. Sebagai pencerahan dari Allah SWT telah Dia khabarkan : Ketahuilah, wali (jamak ; auliya) Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa, bagi mereka berita gembira dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji - janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung (Yunus ayat 62 - 64).

Apa yang menjadi tugas kewalian adalah semata - mata menunaikan perintah dan menjauhkan diri dari yang dilarang oleh Allah SWT. Ketika tunai tugas kewalian tersebut ; tidak lah tersinggah dan tidak terakui diri yang lunas menunaikan perintah, meski sudah tunai tugas perintah syariat, hakikat, ma'rifat. Wali Allah SWT tidak merasa tunai syariat, hakikat dan ma'rifat, tidak terasai dan tidak merasai lagi. Sebab, rasa aku taat tidak sempat singgah di jasadi, hati dan ruhi. Telah meyakini ; Dia (Allah) yang datang, kemudian Dia (Allah) yang pulang. Ruh telah duduk pada maqam menyaksikan (musyahadah) bahwa hanya Allah SWT yang datang dan hanya Allah SWT yang pulang. Musyahadah ; Allah SWT yang mendengar (sama'), dan Allah SWT mendengar (sami'un), Allah SWT yang hidup dan menghidupkan (Al Hayyu - Al Muhyi). Allah SWT yang maha menciptakan, menggerakkan, Allah SWT yang maha mengajarkan, maha mengetahui dengan firman Tuhan yang maha suci : Dia mengajarkan kepada Adam tentang nama - nama, ... (Al Baqarah ayat 31).

Wilayah (kewalian) selain dekat dengan makna taqwa, juga wilayah (kewalian) dekat dengan aman dalam penjagaan Allah SWT di dunia sekarang dan di akhirat yang akan datang. Penjagaan tersebut dalam bentuk memancarkan cahaya Tuhan pada wali Nya, menjauhkan mereka dari kegelapan (dzulumat), memberikan khabar gembira (busyra) kepada wali Nya, dan memasukkan mereka ke dalam surga (jannah) dengan memandang wajah Tuhan yang maha mulia sebagai nikmat tambahan yang paling agung di sisi Kami (waladaina mazid).

3. Hilim.

Huruf terakhir pada kata ruh adalah huruf ha, ha disini bisa dipahami mengandung makna sifat hilim, hilim artinya santun, hilmah artinya kesantunan, sumber kesantunan adalah nama Allah SWT ; Al Halim.

Sejatinya ruh yang telah mengenal Allah SWT adalah ruh yang sehat, gemuk, putih, kuat, muda, tampan, cantik, indah, bercahaya (nuriyah). Sedangkan ruh yang tidak mengenal Allah SWT adalah ruh yang gelap, hitam, pekat, kotor,  berdebu, berasap, berapi, ruh yang terbakar, ruh yang bingung, ruh yang lapar, ruh yang haus, ruh yang kurus, ruh yang kering.

Pelit (bakhil) adalah musuh ruhullah yang pertama dan utama. Bakhil dalam segala hal ; bakhil dengan waktu, bakhil dengan ruang, bakhil dengan ilmu, bakhil dengan saran (nasehat). Bakhil dengan tenaga, bakhil dengan pencerahan, bakhil dengan keterampilan. Semua kata bakhil bertentangan dengan makna ruh yang berarti rahmah (kasih sayang); hilim (kesantunan - kemurahan). Sebab, ruh adalah rahmah, ruh adalah wilayah (kewalian - suka menolong), ruh adalah hilim (kesantunan - kemurahan - kepedulian) dalam segala situasi dan kondisi.

Demikian paparan tulisan ma'rifaturruh yang wajib dipahami, meskipun banyak ibadah, tetapi semu, tanpa ma'rifaturruh, maka ibadah ibarat buih di lautan ; ibadah dalam tipuan samar, ibadah dalam tipuan halus iblis dan iblisiyah. Gagal dalam ma'rifaturruh berakibat tidak bisa bersaksi dihadirat Nya (baca : surah Al A'raf ayat 172). Keberhasilan ma'rifaturruh adalah keberhasilan utama dan pertama mengenal Allah SWT di dunia dan di akhirat. (Wallahu a'lam).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN