AN NURIYAH
RUH
Pertanyaan Allah SWT terhadap ruh hanya satu : Alastu birabbikum ? Bukankah Aku Tuhanmu ?
Ruh menjawab : Benar, kami menyaksikan (Engkau Tuhan kami). Pertanyaan yang
sama akan kembali ditanyakan kelak pada hari kemudian. Hari pertama dan hari
terakhir adalah dengan pertanyaan yang sama ? Sudahkah menyaksikan ? Menyaksikan
artinya menghadiri, mendengar, melihat, merasa, berbicara. Benih iman pertama
telah ditanam, ditanam di alam ruh (jamak ; arwah).
Setiap hari kita berhadapan wajah dengan ruh (muwajjahah) syahadat
(kesaksian) pertama itu ; syahadat melihat (musyahadah), mendengar, merasa
benih-benih iman pertama kali yang Allah SWT tanamkan oleh Allah SWT sebagai
rab, rab yang bermakna menanam, menumbuhkan, menyuburkan, menyiram, merawat,
mengasuh, menjaga, melayani, mengatur, mengarahkan, mengajar, melatih,
membimbing, mendidik. Sungguh banyak turunan kata (derivasi) kata ruh, sebab
kata ruh merupakan lafal yang banyak memiliki arti (musytarak).
Diantara makna ruh adalah lapang atau istirahat. Ruh yang baik
secara pengertian bahasa adalah ruh yang lapang dari "carut - marut"
antek - antek duniawi, ruh yang istirahat dari konsep - konsep
"bayangan" duniawi material sebagai lawan dari ruh yang bersifat non
materi (immaterial). Mungkinkah ini terjadi di dunia realita ?
Kajian ruh mengantarkan upaya dan ikhtiar mencapai makna
sesungguhnya dari ruh, ruh yang artinya lapang ; lapang dari beban - beban
jasadi - jasmani. Jasmani selalu menuntut kesenangan yang bersifat cepat
(instan), segera, kaya, tidak mau ada beban dan tanggung jawab, marah kalau
lambat dipenuhi hak - hak jasmani, benci kepada kemiskinan, hidup bebas tanpa
aturan, maka kemauan jasmani sejalan dengan kehendak hawa napsu.
Makna ruh yang kedua adalah istirahat. Tuan guruku al arif fadhil
billah al 'alim shalih billah Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari (Wafat : Mesir,
709 H) berhikmah : Arih nafsaka,
(lapangkan dirimu) dari apa - apa yang menjadi tugas bebanmu, pikirkan
saja apa yang menjadi tugasmu. Sebab, setiap manusia sudah diberikan tugas -
tugasnya masing-masing. Tugas mu hanyalah menunaikan suruhan dan meninggalkan
larangan. Apabila engkau bisa tunai dalam menunaikan tugas ; tunai melaksanakan
suruhan dan tunai meninggalkan larangan, itulah sesungguhnya istirahatmu.
Tetapi, jika engkau masih terhutang dalam melaksanakan suruhan dan masih
terhutang dalam meninggalkan larangan, itu sesungguhnya jam kerjamu yang tidak
ada istirahatnya.
Dalam
kajian huruf, ruh terdiri atas huruf ra - wa - ha. Berikut akan diurai ke dalam
makna yang dikandungnya :
1.Ra
(Rahmah).
2.
Wa (Wilayah).
3.
Ha (Hilmah).
Penjelasan
(bayan) terhadap huruf tersebut dalam kajian di bawah ini :
1. Rahmah.
Ruh sangat identik dengan rahmah, rahmah penciri orang yang
memiliki ruh yang tenang (ruh muthmainnah), ciri ruh yang muthmainnah adalah
ruh yang radhiah - mardhiyyah (ruh yang ridha dan diridhai). Untuk bisa menjadi
ruh yang ridha (radhiyah) dan diridhai (mardhiyyah) terlebih dahulu wajib
mengenal bagaimanakah ruh berkomunikasi dengan Rabbur ruh (Tuhan ruh).
Rabbul malaikatu war ruh (Rab ; Tuhan - pencipta, pengasih,
penyayang - malaikat dan ruh) adalah Rabbur ruh yang ridha dan diridhai untuk
berkomunikasi dalam rangka membawa naskah rahmah sebagai amar putusan kasih
sayang Nya (min kulli amar). Diyakini, sungguh di bulan suci Ramadhan bahwa
Allah SWT banyak sekali mengangkat wali Nya (kekasih) karena pemberian anugerah
salam (kedamaian) dari Tuhan.
Maka, kajian ruh sangat dekat dengan surah Al Qadar (97) sebanyak
lima (5) ayat : Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam qadar. Dan
tahukah kamu apakah malam qadar ? Malam qadar itu lebih baik daripada seribu
bulan. (Sebab) pada malam itu turun malaikat dan ruh dengan ijin Tuhannya untuk
mengatur semua urusan. Sejahteralah (hamba Allah) sampai terbit fajar.
Ruh tidak akan bisa bermuatan rahmah. Rahmah hanya mempersyaratkan
bersahabat dan bermahram kepada pusat (server) rahmah (maha kasih - maha
sayang), yaitu Allah SWT Ar Rahman, Allah SWT Ar Rahim. Karena itu, hembusan
pertama ruh berisi kekasih - sayangan Allah SWT kepada hamba Nya
(rahmaniyyatullah SWT). Rahmaniyyatullah SWT dalam bentuk dzahir Nya seperti
diturunkan oleh Nya ; Al Qur'an, kenabian (nubuwwah), kewalian (wilayah),
kemuliaan (karamah), kecahayaan (nuriyah) yang porsinya lebih banyak dan lebih
besar diturunkan pada bulan agung, Ramadhan.
Sehingga, Allah SWT mencatat ahlul arham hanya pada sisi Nya, tidak
tercatat pada buku malaikat dan tidak rusak oleh tipu - muslihat Iblis. Ulul
arham (orang-orang yang memiliki jiwa kasih - sayang) hanya tersambung kepada
nama Nya, Allah adalah Ar Rahim. Ulul arham adalah ahlullah (keluarga Allah),
Allah SWT tidak memiliki anak (walam yakullahu walad), dan Dia tidak memiliki
istri (walam lakullahu shahibah), tapi memiliki keluarga Allah SWT ; keluarga
Allah SWT adalah keluarga para nabi dan para wali. Dia nyatakan dalam hadits
Qudsi : "Aku adalah Ar Rahim".
2. Wilayah.
Dalam bahasa Arab, kata wilayah artinya kewalian, orangnya disebut
wali (jamak ; auliya). Kata wilayah hampir memiliki kesamaan arti dengan
rahmah. Jika rahmah bersifat kasih sayang umum ('am) seperti dalam firman Tuhan
yang maha suci : Dan Aku tidak akan mengutusmu (Muhammad), kecuali sebagai
rahmah bagi seluruh alam (Al Anbiya' ayat 107).
Sedangkan kata wilayah (kasih sayang) lebih bermakna khusus untuk
wali Nya (kekasih). Wilayah (kewalian) berisyarat pemaknaan kasih dari Allah
SWT kepada wali Nya, dan kasih wali kepada Tuhan. Makna hubungan yang saling
tegur - sapa, saling menyayangi, saling mengerti, saling mencintai. Oleh sebab
itu, taqwa sangat dekat sebagai tanda pangkat kewalian. Taqwa yang tanpa
berpamrih surga dan taqwa tanpa berpamrih pahala.
Taqwa tanpa berharap surga, taqwa tanpa berharap pahala, taqwa
bukan bermotif surga, bukan bermotif neraka, sebab surga dan neraka adalah
milik Allah SWT, surga dan neraka adalah makhluk (ciptaan) Allah SWT. Sebagai
pencerahan dari Allah SWT telah Dia khabarkan : Ketahuilah, wali (jamak ;
auliya) Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih
hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa, bagi mereka
berita gembira dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan
bagi janji - janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung (Yunus ayat 62
- 64).
Apa yang menjadi tugas kewalian adalah semata - mata menunaikan
perintah dan menjauhkan diri dari yang dilarang oleh Allah SWT. Ketika tunai
tugas kewalian tersebut ; tidak lah tersinggah dan tidak terakui diri yang
lunas menunaikan perintah, meski sudah tunai tugas perintah syariat, hakikat,
ma'rifat. Wali Allah SWT tidak merasa tunai syariat, hakikat dan ma'rifat,
tidak terasai dan tidak merasai lagi. Sebab, rasa aku taat tidak sempat singgah
di jasadi, hati dan ruhi. Telah meyakini ; Dia (Allah) yang datang, kemudian
Dia (Allah) yang pulang. Ruh telah duduk pada maqam menyaksikan (musyahadah)
bahwa hanya Allah SWT yang datang dan hanya Allah SWT yang pulang. Musyahadah ;
Allah SWT yang mendengar (sama'), dan Allah SWT mendengar (sami'un), Allah SWT
yang hidup dan menghidupkan (Al Hayyu - Al Muhyi). Allah SWT yang maha
menciptakan, menggerakkan, Allah SWT yang maha mengajarkan, maha mengetahui
dengan firman Tuhan yang maha suci : Dia mengajarkan kepada Adam tentang nama -
nama, ... (Al Baqarah ayat 31).
Wilayah (kewalian) selain dekat dengan makna taqwa, juga wilayah
(kewalian) dekat dengan aman dalam penjagaan Allah SWT di dunia sekarang dan di
akhirat yang akan datang. Penjagaan tersebut dalam bentuk memancarkan cahaya
Tuhan pada wali Nya, menjauhkan mereka dari kegelapan (dzulumat), memberikan
khabar gembira (busyra) kepada wali Nya, dan memasukkan mereka ke dalam surga
(jannah) dengan memandang wajah Tuhan yang maha mulia sebagai nikmat tambahan
yang paling agung di sisi Kami (waladaina mazid).
3. Hilim.
Huruf terakhir pada kata ruh adalah huruf ha, ha disini bisa
dipahami mengandung makna sifat hilim, hilim artinya santun, hilmah artinya
kesantunan, sumber kesantunan adalah nama Allah SWT ; Al Halim.
Sejatinya ruh yang telah mengenal Allah SWT adalah ruh yang sehat,
gemuk, putih, kuat, muda, tampan, cantik, indah, bercahaya (nuriyah). Sedangkan
ruh yang tidak mengenal Allah SWT adalah ruh yang gelap, hitam, pekat, kotor, berdebu, berasap, berapi, ruh yang terbakar,
ruh yang bingung, ruh yang lapar, ruh yang haus, ruh yang kurus, ruh yang
kering.
Pelit (bakhil) adalah musuh ruhullah yang pertama dan utama. Bakhil
dalam segala hal ; bakhil dengan waktu, bakhil dengan ruang, bakhil dengan
ilmu, bakhil dengan saran (nasehat). Bakhil dengan tenaga, bakhil dengan
pencerahan, bakhil dengan keterampilan. Semua kata bakhil bertentangan dengan
makna ruh yang berarti rahmah (kasih sayang); hilim (kesantunan - kemurahan).
Sebab, ruh adalah rahmah, ruh adalah wilayah (kewalian - suka menolong), ruh
adalah hilim (kesantunan - kemurahan - kepedulian) dalam segala situasi dan
kondisi.
Demikian paparan tulisan ma'rifaturruh yang wajib dipahami,
meskipun banyak ibadah, tetapi semu, tanpa ma'rifaturruh, maka ibadah ibarat
buih di lautan ; ibadah dalam tipuan samar, ibadah dalam tipuan halus iblis dan
iblisiyah. Gagal dalam ma'rifaturruh berakibat tidak bisa bersaksi dihadirat
Nya (baca : surah Al A'raf ayat 172). Keberhasilan ma'rifaturruh adalah
keberhasilan utama dan pertama mengenal Allah SWT di dunia dan di akhirat.
(Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar