PEMBELAJARAN HARI INI

 

PEMBELAJARAN HARI INI

Komponen atau unsur - unsur perangkat pembelajaran akan dibahas pada literasi digital bagi generasi Z dewasa ini. Mempersiapkan guru digital telah menempatkan media online termasuk pada seluruh peralatan, mulai peralatan dapur, teori dan praktik (cara) memasak, pesan mobi hingga cabe rawit dan garam dapur. Pendidikan dan pembelajaran juga terkena imbasnya. Imbas negatifnya berupa ; tidak terjadi kontak pertemuan tatap muka (PTM) antara guru dan murid, minimal terkurangi PTM. Disadari, bahwa pendidikan (tarbiyah) tidak sekedar pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), apalagi kognisi pengetahuan adalah level terendah (C 1). Bahwa juga pendidikan merupakan transfer of values (nilai) adalah penting, disini lah makna pendidikan sebagai ta'dib (adab) menjadi sangat penting. Pembelajaran online berdampak bahwa semakin tergerusnya nilai - nilai luhur yang semakin dilupakan dan abai, semakin tergilas nilai - nilai disiplin, kejujuran, keberanian, ketaatan, tutur kata kesopanan, kepedulian sesama, rasa simpati, empati hingga altruisme. Nilai - nilai pendidikan luhur tersebut hanya akan teraplikasi langsung mana kala terjadi PTM. Masih dalam kupasan imbas pendidikan dan pengajaran online bisa menjauhkan manusia dengan manusia lain (alienasi) sebagai insan pembelajar. Guru tidak kenal murid, dan murid tidak kenal sesama murid, jarak yang berjauhan hanya terwakili oleh layar dunia maya, sejak kapankah manusia bisa terwakilkan oleh media ?

Pembelajaran online masih menyisakan dampak positif diantaranya ; hemat biaya, maksud hemat biaya disini bahwa tugas - tugas tersampaikan cukup hanya dengan paper list, absensi list. Hemat tempat, bahwa perguruan - perguruan tinggi ke depan tidak butuh lagi lahan yang luas, kantor - kantor dan ruang kuliah, ruang laboratorium, ruang pusat studi mahasiswa,  penghematan ruang telah terjadi.

Jaringan kerja (net working) kompenen pembelajaran pun online, mulai dari perencanaan (plan) hingga penilaian (assesment), merubah pola tatap muka luring menjadi tatap muka daring, bahkan hanya cukup membaca pesan lewat tulisan, pesan tulisan memang hemat, terekam ke dalam jejak (riwayat) digital selamanya, kecuali satelit di ruang angkasa hancur berantakan akibat  ledakan dahsyat bom atom atau hantaman keras meteor, Al Qur'an menyebut dengan istilah dukhan.

Generasi Z saat ini sangat akrab dengan IT, inilah produk teknologi informasi yang dihasilkan oleh manusia yang bersifat instan (siap saji) tanpa merasakan peoses, kalau pun berproses hanya sedikit, tidak berkeringat - keringat seperti generasi kakek dan neneknya dulu, harus mengayuh sampan dan sepeda untuk mencari ilmu ke rumah guru. Generasi sekarang memang sudah sangat berbeda, mudah mendapatkan ilmu, mudah pula hilangnya, ilmu tidak bersifat tahan lama, ilmu tidak sempat mengendap ; tidak ada endapan, itulah ciri teknologi digital.

Insan generasi Z sangat tergantung pada teknologi. Ketergantungan pada teknologi sehingga ilmu tidak ada di hati mereka, ilmu ada di buku digital, di kamus digital, tafsir tarbawi digital, hadits tarbawi digital, fiqih digital, akhlak digital, sejarah dan kebudayaan digital, sosiologi dan antropologi rural - urban digital, hingga pesanan nasi udukpun digital. Digitalisasi telah "memanjakan" generasi Z hari ini, dan hari ini pula mereka telah "memenjarakan" jiwanya, maksudnya jiwa yang kurang peduli, kurang simpati kepada sesama dan lingkungan, lahir generasi demi generasi ego centris, generasi yang kehilangan rasa malu, generasi yang berbicara seenaknya. Ternyata, beraudiensi kepada benda - benda mati tersebut telah bisa mematikan hati, minimal kurang simpati kepada sesama dan kekurangan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap kebersihan lingkungan, keasrian lingkungan, bahkan hanya ingin merusak lingkungan untuk kepentingan memenuhi "kemanjaan" hawa napsu. Sungguh, masa depan generasi yang sangat mengkhawatirkan, yaitu generasi anti sosial, pergerakan generasi IT (mobile) ini, mereka hanya dari kamar (lengkap dengan wc, wifi) ke ruang makan, betapa zaman ini telah sangat memanjakan dan memenjarakan jiwa mereka. Dampaknya, generasi ini malas membaca, malas menulis. Tulisan yang mereka lahirkan ; apakah tugas - tugas sekolah, tugas - tugas kuliah, skripsi, tesis, disertasi tidak lagi original, tapi hanya copy paste (copas). Hilang nya ruh (spirit) keilmuan akan mengancam dan melukai  nilai - nilai kejujuran, kerja keras, tolong - menolong, kepedulian, rasa tanggungjawab, rasa malu, rasa bersalah dan sebagainya, manusia telah menjadi robot. Robotisme menjadi penciri terkuat generasi ini, robotisme guru - murid, robotisme hampir pada seluruh lapangan kehidupan.

Merujuk pada judul di atas, analisis apakah yang harus dihadirkan saat pembelajaran daring bagi calon guru PAI saat dunia IT melanda, melindas, merasuki seluruh sisi, sudut dan rangka kehidupan, angka - angka kelulusan dibuat semakin kaku (rigit), seakan IT sudah kenal betul untuk menjelaskan detail pikiran keilmuan dan perasaan yang terpendam di dalam lubuk hati manusia. Masa yang tak terelakkan lagi pada saat dunia terasa seperti desa kecil hari ini (global village). Lalu lintas budaya, agama, tradisi, ilmu pengetahuan sudah terasa semakin dekat tanpa sekat serta ikut saling mempengaruhi.

Analisis materi SKI pun ikut terdampak, bahwa guru dan dosen bukan satu - satunya sumber pembelajaran, terutama sumber pembelajaran hari ini adalah IT. Polarisasi yang telah berubah saat tahun 1990 bahwa perkuliahan hanyalah mendengarkan ucapan dosen, tanda tangan KHK. Hari ini cerita itu tinggal cerita, hari ini guru dan dosen menjadi teman mencari ilmu di google, link pembelajaran telah tersedia dalam menu - menu online, tanda tangan pun tanpa perlu ketemu kepala sekolah, guru atau dosen, sebab semuanya telah diatur dalam menu "kesepakatan" yang didikte oleh perangkat IT. Guru dan murid telah taat kepada aturan elektronik, tanda - tangan elektronik (tte), e - book, e - learning, e - mail, dan sebagainya,  hampir - hampir menjarangkan pertemuan, atau tidak ada sama sekali.

Guru "tidak lagi bergigi"  dihadapan siswanya, karena guru tidak sepintar smart phone,  guru tidak lagi berwibawa dihadapan murid, karena otak guru tidak secanggih otak smart phone, apalagi guru yang sudah tua, sudah apkir, sudah siap untuk dikandangkan, masalah besar pasti akan mengintai di kemudian hari, berupa hancurnya sendi - sendi keadaban dan sendi - sendi luhur kehormatan orang tua, guru, mursyid, ustadz - ustadzah.

Rumah tangga, madrasah, sekolah, pondok pesantren, perguruan, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi isinya hanya smart phone, bukan ilmu dan adab, isi madrasah, pesantren dan perguruan tinggi bukan ilmu dan adab, tapi showroom mobil - mobil mewah, showroom kecantikan, showroom emas, perak dan showroom baju dan sepatu mahal. Lumbung kebodohan dan kebohongan hakikatnya, sebab terisi dengan manusia pencinta dunia dan penyembah dunia. Guru, murid, kyai, santri, dosen, mahasiswa hanya atribut belaka (labeling), hanya predikat mahasiswa tapi ilmunya hanya ada di laptop, hanya predikat mahasiswa, tetapi ilmunya di smartphone, bukan di dada (qalbu). Sekarang, apakah  sebenarnya kita sedang menciptakan sumber daya manusia  ?  Atau, mempersiapkan dan menciptakan imitasi - imitasi yang berjubah sarjana dan bertopi toga.

Hari ini ilmu pengetahuan selalu berubah setiap harinya, perubahan kurikulum, perubahan media belajar, temuan - temuan cepat di bidang pembelajaran. Sekarang, jangan berharap dari dosen dan guru curahan ilmu, tetapi sudah ada mecinacal educator (mesin yang bisa mendidik), google drive dan sejenisnya, bahkan bisa "membaca" kecerdasan guru dan murid dengan memberikan skor nilai rentang tertinggi dan rentang terendah, bahkan  dalam mesin penilaian tersebut bisa membuat keputusan akhir dari sebuah proses (evaluasi). Dengan kata lain, dalam angka kuantitatif hasil kerja mesin tersebut, seorang guru lebih rendah nilainya daripada siswanya, ukuran - ukuran materi, dan ukuran - ukuran angka mulai menguatkan statusnya dari pada status kemuliaan guru.

Dari narasi di atas :

1.    Bagaimana pendapatmu, bahwa pembelajaran online memiliki sisi negatif dan sisi positif, jelaskan  !

2.    Guru dan dosen bukan segalanya hari ini, lalu apakah yang tersisa dari guru dan dosen apabila peran mereka telah tergantikan oleh smartphone yang ada ditangan siswa atau mahasiswa ?

3.    Menurut pendapatmu, bagaimana keluar dari keadaan yang serba sulit tersebut, upaya apa yang dapat dilakukan oleh seorang guru  ? Jelaskan  !

Tulis nama :

NIM  :

Kelas/Semester :

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN