AL BARKAH
AL-BARKAH
1HIJABAH
Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
Sudah puluhan tahun lamanya, rasional mendominasi sehingga spiritual pun telah lama
terlempar dari papan catur kehidupan. Nyatanya tanpa disadari telah membangun
menara rasio yang kokoh, susah untuk digugat. Melainkan harus ada kesadaran dan
kesabaran merajut ulang kembali keseimbangan rasio dan spirit, jasmani dan
rohani dalam rangka capaian sejati insan kamil.
Tidak semudah membalikkan telapak tangan saat mengimani secara utuh
keesaan Nya tanpa syirik. Hukum causalitas mungkin satu sisi sangat berguna di
dunia penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (research and
development). Tetapi, bagaimana pada ranah spiritual ?
Akankah hidup ini bisa berjalan tanpa rasa, tanpa disadari manusia akan masuk pada
penjara yang dibuat mereka sendiri, yaitu kehidupan robotik tanpa simpatik.
Manusia telah dikendalikan apa yang oleh mereka disebut teknologi pada seluruh
lini kehidupan dan kematian. Keunggulan teknologi menjadi cermin kebahagiaan
suatu bangsa. Napas kehidupan yang serba mekanik hanya akan melahirkan manusia
yang asing dengan diri dan lingkungan nya sendiri. Segala sesuatu diatur secara
regulatif, sehingga pun pertemuan - pertemuan selalu berbasis kepentingan,
dengan istilah "tidak ada makan siang yang gratis." Hari ini hampir
sulit ditemukan hubungan tulus tanpa kepentingan. Hubungan selalu direncanakan
dengan agenda yang harus ditepati, mengingat begitu sempitnya waktu bagi mereka
yang telah menganut sistem kapitalis yaitu hubungan yang didasarkan atas
transaksional. Transaksional selalu memperhitungkan untung rugi, inilah sisi
gelap yang dihasilkan oleh hukum sebab - akibat, walau sisi terangnya juga
sangat banyak.
Kesibukan rutinitas ternyata telah banyak menyita hampir seluruh waktu bagi
warga dunia, sehingga ada satu kegiatan esensi yang hanya memerlukan waktu
beberapa menit saja, terkadang diabaikan, tapi sangat menentukan, yaitu tafakkur. Kehilangan dimensi
medan tafakkur, akan menjadikan jiwa manusia liar, tidak bersahabat dengan
Tuhan, alam dan insan. Mereka yang telah kehilangan tujuan hidup keakhiratan,
target - target kehidupan di dunia
mereka selalu berbanding lurus
dengan tarif sebuah amal akhirat. Istilah yang mereka sebut adalah "ada rupa ada
harga." atau dengan istilah lain ada amal, ada pahala.
Tanpa disadari, aroma manis kehidupan keduniaan telah menghijab
(mendinding) mereka dengan sang Pencipta, Al Khaliq, Al Malik, akan kah hijab
ini akan terbawa saat kematian ? Sungguh penyesalan yang tiada duanya, tidak
bisa kembali lagi ke dunia. Sebab, di belakang mu ada dinding yang memisahkan
(barzakh), teruslah engkau berjalan
menuju negeri akhirat yang kekal selamanya. (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar