AL BARKAH

 


AL-BARKAH 2
JANABAH

Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Bersihkan diri sebelum menghadap Nya. Bagaimanakah bisa berbicara dengan Nya ketika lisan masih mengandung dusta, bagaimanakah bisa menatap Nya ketika mata masih memandang dengan khianat, bagaimanakah bisa mendengar kalam - kalam suci Nya apabila telinga banyak mendengar keburukan, sehingga porsi kebaikan terlempar. Dimensi - dimensi dzahir di atas harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum menghadap Nya. Lalu pembersihan pada dimensi hati dan ruh. Keduanya merupakan medan - medan yang terhubung dengan maha pencipta. Adalah Dia yang tidak mau dipersekutukan dengan apapun, baik dipersekutukan dalam taat maupun dipersekutukan dalam nikmat.

Membersihkan persekutuan - persekutuan Tuhan yang tidak layak pada Nya, telah menjadi postulat agama yang dirancang dalam doa : "subhana rabbika rabbil 'izzati 'amma yashifun, wasalamun 'alal mursalin, walhamdulillahi rabbil 'alamin." Artinya : Maha suci Tuhan mu, Tuhan yang maha sangat mulia dari apa - apa yang mereka sifat kan (yang tidak layak bagi Nya). Kesejahteraan bagi (seluruh rasul) utusan - utusan. Dan, segala puji milik Allah, Tuhan yang mengatur alam semesta."

Secara syariat, seseorang yang akan shalat dipersyaratkan wajib bersih dari hadats dan najis. Bersih dari  hadats dan najis dzahir adalah bersih dari hadats besar (janabah) dan hadats kecil yaitu sesuatu yang keluar dari pintu depan (qubul) dan sesuatu yang keluar dari pintu belakang (dubur). Sedangkan bersih dari najis secara dzahir adalah bersih badan, pakaian dan tempat dari najis muhalladzah (najis berat), najis mutawashithah (pertengahan), najis mukhaffafah (ringan), dan menghadap kiblat. Adapun bersih dari aspek batin adalah tauhid yang tidak bercampur dengan persekutuan (syirik), ikhlas yang tidak bercampur dengan riya', 'ujub, sum 'ah, takabbur,  syukur yang tidak bercampur dengan kufur. Bentuk - bentuk tersebut merupakan versi najis batin yang lebih berbahaya dari pada najis dzahir, najis dzahir berdimensi jasmani, sementara najis batin berdimensi rohani. Berbahayanya najis batin  akan terbawa sampai ke akhirat dalam simpul simpul perilaku kegelapan (dzulum).

Secara hakikat, kekotoran batin adalah hati yang dipersekutukan dan amal yang dipersekutukan dengan Nya. Hati yang syirik dan amal yang riya' tidak sampai ke hadhrah Allah, walaupun banyak rakaat shalat nya, walaupun sering berangkat umrah. Sebab, sang Jamal tidak mau dipersekutukan, sebagaimana yang di kalamkan dalam Al Qur'an kalamullah surah Al Kahfi (18) ayat 110 : "Katakan (Muhammad) sesungguhnya aku adalah manusia biasa seperti kamu, (Dia) mewahyukan wahyu kepada ku. Sesungguhnya bahwa hanyalah Tuhan mu Tuhan yang maha esa. Adapun orang-orang yang ingin berharap jumpa dengan Tuhan nya, maka hendaklah mereka beramal shaleh dan jangan mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya."

Cinta yang mendua di ruang hati yang satu juga menjadi hijab (penghalang) untuk mengenali Nya, menyayangi Nya, mencintai Nya. Dia maha suci sang Quddus hanya akan menerima (babal qabul) taat yang terbit murni dari ufuk cahaya mata hati bersumber dari Nya, telah Dia jelaskan dalam kalam Nya : "Dan kepunyaan Allah tempat terbit (masyriq) dan tempat terbenam (maghrib), dan kemanapun engkau menghadap disitu lah wajah Allah, sesungguhnya Allah maha luas (karunia Nya) maha mengetahui." (Al Baqarah : 115).

(Pontianak, Masjid Raya Mujahidin, Qiyamul lail 27 Ramadhan 1443 H).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN