AS'ADIYAH

 


AS 'ADIYAH || MAKTABAH 1
KEESAAN

Narasumber : Ma'ruf Zahran

Telah berkata pengarang Al Hikam ibnu Athaillah rahimahullahu ta'ala : "Sebaik - baik waktu bagi anda adalah sewaktu anda melihat bahwa diri tidak berpunya (faqir ilallah), melihat bahwa diri penuh kehinaan dan kelemahan. Ketika Dia membuat anda liar dari makhluk Nya, maka ketahuilah sesungguhnya Dia ingin membuka pintu berjinak, bermesraan dengan Nya (al unsu billah). Ketika Dia memberi izin kepada lisan anda untuk berdo'a, maka Dia sedang berkenan kepada anda untuk mengingat Nya dan mempersiapkan kepada anda untuk menerima anugerah batin dari Nya, serta mempersilahkan anda masuk ke dalam hadhirat Nya. Arif billah tidak pernah luput dari keberhajatan kepada Nya, arif billah tidak pernah betah, kecuali bersama Nya, arif billah adalah dia yang selalu merapat kepada Nya. Dia menerangi dzahir syariat dengan cahaya - cahaya jejak perbuatan Nya, Dia menerangi batin hakikat (sir) dengan cahaya - cahaya sifat Nya. Oleh karena itu, cahaya - cahaya dzahir terbenam, sedangkan cahaya - cahaya sir (cahaya batin hakikat) tidak pernah padam, seperti dikatakan bahwa matahari siang terbenam pada waktu malam, sementara matahari hati tidak pernah terbenam. Dia menyiapkan kondisi ini yang bertujuan untuk meringankan anda dari pedihnya bencana, karena Dia yang maha suci adalah Dia sang penguji, karena Dia sedang menghadapimu dengan kadar - kadar Nya dalam membiasakan kebaikan - kebaikan yang telah terpilih untuk Mu. Barang siapa mengira bahwa kelembutan Nya terpisah dari kadar (musibah) Nya, perkiraan mu itu pertanda kurangnya pemahamanmu kepada Nya. Sungguh, bukanlah kekurangan taat yang ditakutkan, takut yang  sesungguhnya adalah ketika hawa napsu telah menjadi raja pemenang dalam memerintah hati. Untuk menjaga hati, Al Quddus telah merahasiakan wali Nya diantara manusia, kecuali hanya menampakkan sifat - sifat kemanusian wali Nya, seperti lupa, menyembunyikan secara khusus rububiyah Nya (ketuhanan), serta menyembunyikan secara khusus 'ubudiyah Nya (kehambaan)."

Guru mengingatkan bahwa dalam kehidupan tidak terlepas dari dua kondisi yang kontradiksi, diksi lapang dengan diksi sempit, diksi sehat dengan diksi sakit,  diksi nikmat dengan diksi musibah. Jika diksi musibah dihadapkan dengan pemberian kelembutan - kelembutan  rohani dari Nya, sungguh musibah menjadi nikmat. Sebaliknya, nikmat Tuhan  apabila tidak diliputi oleh kelembutan rohani Nya, adalah nikmat sama dengan adzab. Sebutan nama Nya Al Lathif dimohon hadir dalam segala bangunan kehidupan yang tenang atau goncang. Maka, menuju kepada Nya dan tinggalkan alam yang penuh dengan carut - marut ini, seperti gurunda mulia berkata : "Sampainya anda kepada Nya dan sampainya anda kepada ilmu Nya merupakan sebab dugaan. Keyakinan sesungguhnya mengertilah bahwa Tuhan yang maha sangat tinggi untuk bisa dijangkau. Tuhan yang sangat maha suci untuk disifatkan dalam keberhinggaan dan kebersampaian sesuatu. Kecuali kedekatan dengan Nya adalah hakikat menyaksikan Nya dan disaksikan Nya (musyahadah dan muraqabah), bahwa adalah Dia maha dekat (Al Qarib) tidak pernah jauh, sebelum anda sampai kepada Nya, sungguh Dia telah sampai kepadamu Sang Qadim, lalu pahamilah, sejati Nya taat terbit dari keesaan diri Nya, bukan terbit dari kelemahan dirimu. Andai kata tidak bermula dari rahmat Nya, kemudian dengan cara apa anda bisa mendekati sang mulia ? Hakikat dari sesuatu selalu datang dari kuasa tajalli Nya yang meliputi secara keseluruhan. Meliputi kesadaran tentang sebelum sesuatu dan setelah sesuatu merupakan dari Nya semata, sebagaimana Dia berbicara dengan kalam Nya (Al Qiyamah : 17 - 19) : Sesungguhnya bahwa Kami yang mengumpulkannya (di hatimu), dan Kami membacakannya (Al Qur'an). Apabila Kami telah selesai membacakannya (Al Qur'an), maka ikutilah bacaan itu. Kemudian sesungguhnya Kami pula yang menjelaskannya."

Dalam arti, kelembutan Nya dalam kadar musibah Nya merupakan cinta Nya dalam bentuk yang tidak bisa dipahami kecuali oleh arif billah (orang yang mengenal Nya). Fakta sejarah menunjukkan Bilal bin Rabah tetap bertahan meskipun kerasnya tekanan, atau contoh betapapun kemiskinan menjadi busana, tetapi banyak taat kepada Nya, karena bukan anugerah materi yang mereka ingini, tetapi kekuatan cinta yang telah menyampaikan mereka ke hadhirat ridho Nya (quwwatul mahabbah).

Beragama berbasis cinta adalah murni sikap beragama tanpa pamrih. Tanpa takut neraka dan tanpa berharap surga. Keduanya adalah makhluk Tuhan. Dalam literasi ini tercatat gurunda mulia berpetuah : "Jangan engkau berpindah dari satu alam ke alam lain, kalau engkau berpindah bukan karena kehendak Nya, ibarat keledai yang pusing berjalan, hakikatnya tidak bergerak, yaitu dimana tempat dia berangkat, disitulah tempat dia berhenti. Tetapi, berpindah lah dari alam ke pencipta alam. Dan sungguh kepada Nya tempat kembali."

Artinya, jika engkau mengira bahwa kekuatan mu bisa memindahkan sesuatu, tidak lain kecuali hanya perpindahan dari alam kebendaan menuju alam kebendaan lagi, umpama keledai mengitari mesin giling, engkau tidak bisa keluar dari atmosfir bumi, melainkan hanya berada di ruang hampa udara tanpa oksigen (sesak bernapas), segala sesuatu yang selain Dia adalah kesesakan dan kesesatan. Kecuali Dia yang memindahkan mu dari alam menuju kepada pencipta alam. Dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling lemah jasmani nya. Disini manusia membutuhkan kekuatan dari Nya dalam tarikan tangan Nya (jazbah) dan arahan petunjuk Nya (irsyadah).

Demikian paparan betapa keesaan Nya sangat harus diimani dalam ma'rifat yang sebenarnya, bahwa tidak ada sekutu - sekutu bagi Nya. Derajat Ahadiyah Nya bermakna pada : La ilaha illallah (tiada tuhan kecuali Allah) mempunyai makna batin :

1. La fa'ila illallah.

Tidak ada perbuatan, kecuali (perbuatan) Allah. Sejati yang dipandang adalah tajalli Nya pada semua perbuatan alam. Sejati adanya perbuatan alam adalah izin dari Nya, tiada gerak kecuali gerakan dari Nya. Sejati tidak ada yang menghalangi kecuali halangan dari Nya, tidak ada yang memberi anugerah pemberian Nya kecuali dari Nya (Al Mu'thi) dan tidak ada yang mencegah - pencegahan Nya, kecuali dari Nya (Al Mani'), tidak ada yang memberi manfaat, kecuali dari Nya (An Nafi'), tidak ada yang memberi mudharat, kecuali dari Nya (Adh Dhar), tidak ada yang maha mulia dan memuliakan, kecuali Dia (Al Mu'izzu), tidak ada yang menghinakan, kecuali Dia yang menghinakan manusia (Al Mudzillu). Semua dalam pengawasan Nya, penjagaan Nya (Al Hafidzu).

Seperti dikalamkan : "Dan bukan engkau yang melempar (Muhammad) ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar." Lalu, dalam kalam lain : "Innallaha yaf 'alu ma yurid." Artinya : Sesungguhnya Allah, Dia berbuat (mengenai) apa yang Dia kehendaki. Jadi, perbuatan - perbuatan Nya pasti memiliki studi hikmah tentang peristiwa yang belum terjadi dan telah terjadi.

Belajar lah dari hikmah perbuatan Nya, jangan hidup diracuni oleh asumsi - asumsi jahat pada orang lain (su - udzdzan). Hari ke 24 dari Ramadhan 1443 H sudah kah mampu merubah cara pandang terhadap orang lain bahwa perbuatan Allah pada alam selalu baik, meskipun dalam tataran dzahir syariat engkau timbang kurang, cacat, cela, bejat, buruk, bodoh. Sudahkah pesan Lailatul Qadar yang diturun di sepuluh hari terakhir ('asyrul awakhir) tahun ini dapat menjadikan dirimu lebih baik lagi dari tahun - tahun sebelumnya. Lailatul Qadar harus bisa menuntunmu pada memandang kebaikan pada seluruh jejak - jejak perbuatan Nya, sekalipun orang lain engkau pandang kurang "dalam tatapan mata syariat mu", sungguh perbuatan sang Jamal tiada lain, kecuali keindahan, kesempurnaan, kebaikan, keserasian. Duhai manusia Ramadhan, jangan engkau tertipu dengan yang dzahir syariat  !

Dalam maktabah 1 ini, telah berkata pengarang kitab Al Hikam tentang kajian perbuatan Nya : "Jangan lah kumpulan perbuatan taat yang terbit dari anda telah membuat anda tersenyum bahagia, sebab taat yang terbit mencuat dari anda berasal dari dugaan taat. Tetapi berbahagialah karena perbuatan taat yang engkau yakini terbit dari Nya dan untuk Nya. Berikut firman Tuhan yang mulia (Yunus : 58) : Katakan (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Demikian itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (di dunia)."

2. La hayata illallah.

Tidak ada yang hidup, kecuali Allah. Ma'rifat bahwa al hayat adalah Dia, artinya meniadakan selain Dia, baik dalam pandangan terhadap diri sendiri, maupun dalam pandangan terhadap orang lain. Al hayat ditandai dengan napas, kemudian adakah napas yang tidak bersumber dari Nya, lalu Dia yang menjamin napas Nya tetap berlangsung, itulah keesaan ketuhanan Nya (rububiyah). Sungguh, apabila engkau menangis dengan menyebut nama Nya, ya Rabb, ya Rabb, ya Rabb telah menghilangkan jarak antara dirimu dengan diri Nya dalam tarikan dan hembusan napas Nya. Maha suci Dia dari tidak terhijab oleh alam, maha suci Dia dari terhalang oleh pandangan dunia materi, maha suci Dia dari apa yang terlahir dalam benak perasaan, maha suci Dia dari meminta taat kepada makhluk, maha suci Dia yang terkotori dari maksiyat makhluk, maha suci Dia dari apa yang telah engkau  sebut dan sematkan pada Nya.

Maha suci Dia dari meminta maaf kepada mu disebabkan keterlambatan datangnya anugerah padamu, sungguh itu sebuah pemberian. Maha suci Dia yang meminta kepada mu untuk menghindari maksiyat,  sebab apapun yang berisi permintaan merupakan sifat kekurangan pada Nya. Maha suci Dia dari menuntut mu untuk taat, setiap yang mengandung kata menuntut taat merupakan sebuah pertanda kesepian, lalu mungkin kah Dia merasa sepi dengan diri Nya. Maha suci Dia yang telah engkau kurung sebagai pemberi surga dan neraka, apa yang engkau sifat kan dan nama kan Dia sama dengan makhluk, itulah ketiadaan ma'rifat dan menyamakan keadaan dirimu sama dengan takaran pikiran dan perasaan mu (mujassimah).

Jangan menuntut dekat kepada Nya, sedang Dia tidak berubah. Jangan menuntut kasih kepada Nya, sedang kasih adalah sifat yang telah Dia catat pada diri Nya, sungguh permintaan mu kepada Nya adalah engkau yang ragu kepada kemurahan Nya, engkau telah menuduh Dia jauh, jahat, padahal Dia tidak pernah jauh dan tidak pernah jahat. Ternyata, apa yang engkau pahami tentang Dia adalah imajinasi liarmu tentang Dia, sungguh buruk tuduhan mu kepada Nya dalam lingkar dan makar jahatmu. Bukan kah selama ini engkau telah salah mengira bahwa Dia marah karena dosamu, sementara dengan dosamu mesti mampu memantik kedekatan mu dengan Nya lebih akrab lagi, melebihi keakraban sebelum lumpur - lumpur nistanya dosamu.

Permintaan do'a mu adalah tuduhanmu kepada Nya. Berbeda sangat dengan orang ma'rifat (al 'arif billah) doa mereka adalah pujian kepada Nya, walau redaksi do'a meminta, tapi tidak meminta atau menuntut, kecuali hanya menunjukkan kebesaran Nya dalam lingkup mendidik Nya, mengasuh, merawat, memelihara, mengatur (rububiyah) dan menegaskan posisi kehambaan yang tiada daya sedikit pun untuk mengundang nikmat atau menampik bala' (ubudiyah).

Memang telah banyak manusia tertipu, Dia titipkan ilmu Nya untuk digunakan bagi kebaikan ummat (maslahah), tapi dengan ilmu Nya menjadi kan mereka sombong dan membuat kelas eksekutif di tengah - tengah manusia, manusia seperti ini lebih dahulu masuk ke dalam neraka dari pada penyembah berhala, sebab mereka telah menjadi musyrik dengan ilmu Nya.

Ada pula manusia yang mengira mulia karena telah dititipi jabatan. Tanpa banyak disadari bahwa jabatan merupakan titipan, mereka bisa berbuat semena - mena atas nama jabatan, atas nama wewenang, atas nama pangkat, atas nama amanat, atas nama keadilan, atas nama kemanusiaan, bahkan atas nama Tuhan, inilah dusta - dusta yang paling kotor. Di akhir zaman nanti, banyak orang yang secara dzahir bertakbir sambil membunuh, bertakbir sambil menjarah, bertakbir sambil merampok. Mereka telah menarik dan menyeret keluhuran agama pada ranah kawasan hawa napsu mereka.

Begitu juga ada manusia yang diberi amanah harta, telah banyak melupakan mereka dari status kehambaan yang mendapat titipan harta untuk disalurkan kepada mereka yang berhak menerima. Adalah mereka yang tidak berkesadaran bertuhan, lalu melantik dirinya selaku "orang kaya". Berlaku padanya hak - hak istimewa yang telah membedakan dirinya dari orang lain, semenjak pakaian kekayaan dipinjamkan Tuhan, dan terus ingin mengekalkan kekayaan dalam dinasti emas. Bahkan, membuat cabang-cabang di setiap tempat, lalu siapa yang akan memujimu  ? Bukan itu derita batin ?

Tiga contoh di atas, keilmuan, kepangkatan dan kekayaan telah kehilangan tujuan hidup, sebab memandang hidup adalah milik mereka. Dengan kata lain, tidak meyakini dan tidak mengamalkan "la hayata illallah." Sesungguhnya pemilik kehidupan yang harus dipatuhi adalah Dia yang selalu menganugerahkan ilmu, tahta dan harta. Dia yang diikuti perintah Nya, Dia yang didengar perkataan Nya, Dia yang dicontoh perbuatan Nya, terakhir Dia yang dikenali dan dicintai. Seharusnya dengan mandat ilmu dari Nya, hamba harus menjadi "pelayan Tuhan" yang tulus menyebarkan ilmu. Dengan mandat jabatan dari Nya, hamba harus menjadi "pelayan Tuhan" yang tulus menolong dan mensejahtera ummat lewat titipan kewenangan dari Nya. Dengan titipan harta menjadi jalan kemudahan untuk beribadah melalui ibadah harta (maliyah). Artinya, setiap amanah didalamnya terdapat harga yang harus dibayar dan ditunai. Dampak luas mengimani "la hayata illallah" akan membuat hidup semakin lurus, hidup semakin berarti, hidup semakin bermanfaat.

La hayata illallah merupakan suluk bagi orang-orang yang ingin meraih ampunan Nya, kasih Nya, sayang Nya, cinta Nya dalam kehidupan. Sebab kehidupan (hayat) merupakan modal dasar untuk menggapai kebaikan - kebaikan yang telah Dia sediakan. Berlakulah sebagai hamba yang dihidupkan oleh Nya dalam kasih sayang Nya, jangan membenci, jangan mendengki, jangan membelakangi, jangan mencurigai, jangan memusuhi. Tetapi, jadilah hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan kepada mu (wakunu 'ibadallahi ikhwana kama amarakum).

3. La maujuda illallah.

Tidak ada, kecuali Allah, sebuah hukum yang tidak terbantah bahwa selain Dia adalah tiada. Apabila ada sekarang karena diadakan, apabila bisa bergerak sekarang karena digerakkan, apabila berjalan karena diperjalankan, mengimani demikian arti sebuah kehambaan, maha suci yang telah memperjalankan hamba Nya.

Bagaimana tidak, Dia telah berlaku lemah lembut kepada Mu saat sebelum datang kemiskinan mu, Dia telah berlaku lemah lembut kepada Mu saat sebelum datang ujian kepada mu, Dia telah berlaku lemah lembut kepada mu saat dirimu belum mewujud, lalu masih adakah celah bagimu untuk menyalahkan Dia ? Bahkan, nasehat Nya berangkat dari kasih sayang Nya lewat utusan yang menjadi kekasih Nya (Muhammad) : "Peringatkan mereka bahwa mereka dalam kesesatan sedang mereka bermain - main." (Al An 'am : 33).

Telah berkata pengarang kitab Al Hikam : "Siapa yang menyembah Nya demi sesuatu yang diharapkan dari Nya, berupa penolakan musibah dan dalam rangka mengumpan nikmat, ketahuilah sebenarnya anda belum menegakkan sifat - sifat Nya." Adalah maujuda Allah SWT belaka, dalam arti apapun yang ada selalu Dia mempertontonkan sifat - sifat Nya, sebagaimana gurunda mulia menasehati : "Ketika Dia memberi anda, berkesadaran lah bahwa Dia sedang menyaksikan sifat kebaikan Nya kepada mu. Dan ketika Dia menahan pemberian Nya kepada mu, berkesadaran lah bahwa Dia sedang menyaksikan sifat keperkasaan Nya kepada mu."

Meyakini la maujuda illallah yang berarti meniadakan sesuatu selain Dia dan kembali menegaskan bahwa itsbat hanya Dia yang ada. Puncak sebuah karunia pengenalan dari Nya dan kepada Nya, lalu duduk al arif billah pada maqam fana billah sebagai buah (tsamrah) dari tawakkal 'alallah (berserah diri kepada Nya) kemudian selalu merasakan dengan Nya (zauqu billah) yaitu rasa hancur (fana) perbuatan alam ke dalam kekal (baqa') Nya perbuatan Nya, telah terasa fana nama alam ke dalam tajalli nama Nya yang maha meliputi dan maha melindungi, telah terasa fana sifat alam yang baharu (huduts) ke dalam sifat Nya yang terdahulu (qadim), telah fana dzat (diri) alam ke dalam dzat Nya. Sewajibnya dalam shalat dan di luar shalat, dalam puasa dan di luar puasa, dalam zakat dan di luar zakat, dalam haji dan di luar haji, tegak lurus, nyata keberadaan Nya (itsbat) dalam setiap item ibadah, karena hanya Dia yang memiliki hak terhadap ibadah Nya,  yaitu :

  1. La ma'bud illallah ; tidak ada yang disembah kecuali Allah.
  2. La mahbub illallah ; tidak ada yang dicinta kecuali Allah.
  3. La ma'lum illallah ; tidak ada yang dipahami kecuali Allah.
  4. La ma'ruf illallah ; tidak ada yang dikenal kecuali Allah.

(Wallahu a'lam).

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN