AS'ADIYAH
AS 'ADIYAH || MAKTABAH 1
KEESAAN
Telah berkata pengarang Al Hikam ibnu Athaillah rahimahullahu
ta'ala : "Sebaik - baik waktu bagi anda adalah sewaktu anda melihat bahwa
diri tidak berpunya (faqir ilallah), melihat bahwa diri penuh kehinaan dan
kelemahan. Ketika Dia membuat anda liar dari makhluk Nya, maka ketahuilah
sesungguhnya Dia ingin membuka pintu berjinak, bermesraan dengan Nya (al unsu
billah). Ketika Dia memberi izin kepada lisan anda untuk berdo'a, maka Dia
sedang berkenan kepada anda untuk mengingat Nya dan mempersiapkan kepada anda
untuk menerima anugerah batin dari Nya, serta mempersilahkan anda masuk ke
dalam hadhirat Nya. Arif billah tidak pernah luput dari keberhajatan kepada
Nya, arif billah tidak pernah betah, kecuali bersama Nya, arif billah adalah
dia yang selalu merapat kepada Nya. Dia menerangi dzahir syariat dengan cahaya
- cahaya jejak perbuatan Nya, Dia menerangi batin hakikat (sir) dengan cahaya -
cahaya sifat Nya. Oleh karena itu, cahaya - cahaya dzahir terbenam, sedangkan
cahaya - cahaya sir (cahaya batin hakikat) tidak pernah padam, seperti
dikatakan bahwa matahari siang terbenam pada waktu malam, sementara matahari
hati tidak pernah terbenam. Dia menyiapkan kondisi ini yang bertujuan untuk
meringankan anda dari pedihnya bencana, karena Dia yang maha suci adalah Dia
sang penguji, karena Dia sedang menghadapimu dengan kadar - kadar Nya dalam
membiasakan kebaikan - kebaikan yang telah terpilih untuk Mu. Barang siapa
mengira bahwa kelembutan Nya terpisah dari kadar (musibah) Nya, perkiraan mu
itu pertanda kurangnya pemahamanmu kepada Nya. Sungguh, bukanlah kekurangan
taat yang ditakutkan, takut yang
sesungguhnya adalah ketika hawa napsu telah menjadi raja pemenang dalam
memerintah hati. Untuk menjaga hati, Al Quddus telah merahasiakan wali Nya
diantara manusia, kecuali hanya menampakkan sifat - sifat kemanusian wali Nya,
seperti lupa, menyembunyikan secara khusus rububiyah Nya (ketuhanan), serta
menyembunyikan secara khusus 'ubudiyah Nya (kehambaan)."
Guru mengingatkan bahwa dalam kehidupan tidak terlepas dari dua
kondisi yang kontradiksi, diksi lapang dengan diksi sempit, diksi sehat dengan
diksi sakit, diksi nikmat dengan diksi
musibah. Jika diksi musibah dihadapkan dengan pemberian kelembutan -
kelembutan rohani dari Nya, sungguh
musibah menjadi nikmat. Sebaliknya, nikmat Tuhan apabila tidak diliputi oleh kelembutan rohani
Nya, adalah nikmat sama dengan adzab. Sebutan nama Nya Al Lathif dimohon hadir
dalam segala bangunan kehidupan yang tenang atau goncang. Maka, menuju kepada
Nya dan tinggalkan alam yang penuh dengan carut - marut ini, seperti gurunda
mulia berkata : "Sampainya anda kepada Nya dan sampainya anda kepada ilmu
Nya merupakan sebab dugaan. Keyakinan sesungguhnya mengertilah bahwa Tuhan yang
maha sangat tinggi untuk bisa dijangkau. Tuhan yang sangat maha suci untuk
disifatkan dalam keberhinggaan dan kebersampaian sesuatu. Kecuali kedekatan
dengan Nya adalah hakikat menyaksikan Nya dan disaksikan Nya (musyahadah dan
muraqabah), bahwa adalah Dia maha dekat (Al Qarib) tidak pernah jauh, sebelum
anda sampai kepada Nya, sungguh Dia telah sampai kepadamu Sang Qadim, lalu
pahamilah, sejati Nya taat terbit dari keesaan diri Nya, bukan terbit dari
kelemahan dirimu. Andai kata tidak bermula dari rahmat Nya, kemudian dengan
cara apa anda bisa mendekati sang mulia ? Hakikat dari sesuatu selalu datang
dari kuasa tajalli Nya yang meliputi secara keseluruhan. Meliputi kesadaran
tentang sebelum sesuatu dan setelah sesuatu merupakan dari Nya semata,
sebagaimana Dia berbicara dengan kalam Nya (Al Qiyamah : 17 - 19) :
Sesungguhnya bahwa Kami yang mengumpulkannya (di hatimu), dan Kami
membacakannya (Al Qur'an). Apabila Kami telah selesai membacakannya (Al
Qur'an), maka ikutilah bacaan itu. Kemudian sesungguhnya Kami pula yang
menjelaskannya."
Dalam arti, kelembutan Nya dalam kadar musibah Nya merupakan cinta
Nya dalam bentuk yang tidak bisa dipahami kecuali oleh arif billah (orang yang
mengenal Nya). Fakta sejarah menunjukkan Bilal bin Rabah tetap bertahan
meskipun kerasnya tekanan, atau contoh betapapun kemiskinan menjadi busana,
tetapi banyak taat kepada Nya, karena bukan anugerah materi yang mereka ingini,
tetapi kekuatan cinta yang telah menyampaikan mereka ke hadhirat ridho Nya
(quwwatul mahabbah).
Beragama berbasis cinta adalah murni sikap beragama tanpa pamrih.
Tanpa takut neraka dan tanpa berharap surga. Keduanya adalah makhluk Tuhan.
Dalam literasi ini tercatat gurunda mulia berpetuah : "Jangan engkau
berpindah dari satu alam ke alam lain, kalau engkau berpindah bukan karena
kehendak Nya, ibarat keledai yang pusing berjalan, hakikatnya tidak bergerak,
yaitu dimana tempat dia berangkat, disitulah tempat dia berhenti. Tetapi,
berpindah lah dari alam ke pencipta alam. Dan sungguh kepada Nya tempat
kembali."
Artinya, jika engkau mengira bahwa kekuatan mu bisa memindahkan
sesuatu, tidak lain kecuali hanya perpindahan dari alam kebendaan menuju alam
kebendaan lagi, umpama keledai mengitari mesin giling, engkau tidak bisa keluar
dari atmosfir bumi, melainkan hanya berada di ruang hampa udara tanpa oksigen
(sesak bernapas), segala sesuatu yang selain Dia adalah kesesakan dan
kesesatan. Kecuali Dia yang memindahkan mu dari alam menuju kepada pencipta alam.
Dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling lemah jasmani
nya. Disini manusia membutuhkan kekuatan dari Nya dalam tarikan tangan Nya
(jazbah) dan arahan petunjuk Nya (irsyadah).
Demikian paparan betapa keesaan Nya sangat harus diimani dalam
ma'rifat yang sebenarnya, bahwa tidak ada sekutu - sekutu bagi Nya. Derajat
Ahadiyah Nya bermakna pada : La ilaha illallah (tiada tuhan kecuali Allah)
mempunyai makna batin :
1. La
fa'ila illallah.
Tidak ada perbuatan, kecuali (perbuatan) Allah. Sejati yang
dipandang adalah tajalli Nya pada semua perbuatan alam. Sejati adanya perbuatan
alam adalah izin dari Nya, tiada gerak kecuali gerakan dari Nya. Sejati tidak
ada yang menghalangi kecuali halangan dari Nya, tidak ada yang memberi anugerah
pemberian Nya kecuali dari Nya (Al Mu'thi) dan tidak ada yang mencegah -
pencegahan Nya, kecuali dari Nya (Al Mani'), tidak ada yang memberi manfaat,
kecuali dari Nya (An Nafi'), tidak ada yang memberi mudharat, kecuali dari Nya
(Adh Dhar), tidak ada yang maha mulia dan memuliakan, kecuali Dia (Al Mu'izzu),
tidak ada yang menghinakan, kecuali Dia yang menghinakan manusia (Al Mudzillu).
Semua dalam pengawasan Nya, penjagaan Nya (Al Hafidzu).
Seperti dikalamkan : "Dan bukan engkau yang melempar
(Muhammad) ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar." Lalu,
dalam kalam lain : "Innallaha yaf 'alu ma yurid." Artinya :
Sesungguhnya Allah, Dia berbuat (mengenai) apa yang Dia kehendaki. Jadi,
perbuatan - perbuatan Nya pasti memiliki studi hikmah tentang peristiwa yang
belum terjadi dan telah terjadi.
Belajar lah dari hikmah perbuatan Nya, jangan hidup diracuni oleh
asumsi - asumsi jahat pada orang lain (su - udzdzan). Hari ke 24 dari Ramadhan
1443 H sudah kah mampu merubah cara pandang terhadap orang lain bahwa perbuatan
Allah pada alam selalu baik, meskipun dalam tataran dzahir syariat engkau
timbang kurang, cacat, cela, bejat, buruk, bodoh. Sudahkah pesan Lailatul Qadar
yang diturun di sepuluh hari terakhir ('asyrul awakhir) tahun ini dapat
menjadikan dirimu lebih baik lagi dari tahun - tahun sebelumnya. Lailatul Qadar
harus bisa menuntunmu pada memandang kebaikan pada seluruh jejak - jejak
perbuatan Nya, sekalipun orang lain engkau pandang kurang "dalam tatapan
mata syariat mu", sungguh perbuatan sang Jamal tiada lain, kecuali
keindahan, kesempurnaan, kebaikan, keserasian. Duhai manusia Ramadhan, jangan
engkau tertipu dengan yang dzahir syariat
!
Dalam maktabah 1 ini, telah berkata pengarang kitab Al Hikam
tentang kajian perbuatan Nya : "Jangan lah kumpulan perbuatan taat yang
terbit dari anda telah membuat anda tersenyum bahagia, sebab taat yang terbit
mencuat dari anda berasal dari dugaan taat. Tetapi berbahagialah karena
perbuatan taat yang engkau yakini terbit dari Nya dan untuk Nya. Berikut firman
Tuhan yang mulia (Yunus : 58) : Katakan (Muhammad), dengan karunia Allah dan
rahmat Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Demikian itu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan (di dunia)."
2. La
hayata illallah.
Tidak ada yang hidup, kecuali Allah. Ma'rifat bahwa al hayat adalah
Dia, artinya meniadakan selain Dia, baik dalam pandangan terhadap diri sendiri,
maupun dalam pandangan terhadap orang lain. Al hayat ditandai dengan napas,
kemudian adakah napas yang tidak bersumber dari Nya, lalu Dia yang menjamin
napas Nya tetap berlangsung, itulah keesaan ketuhanan Nya (rububiyah). Sungguh,
apabila engkau menangis dengan menyebut nama Nya, ya Rabb, ya Rabb, ya Rabb
telah menghilangkan jarak antara dirimu dengan diri Nya dalam tarikan dan
hembusan napas Nya. Maha suci Dia dari tidak terhijab oleh alam, maha suci Dia
dari terhalang oleh pandangan dunia materi, maha suci Dia dari apa yang
terlahir dalam benak perasaan, maha suci Dia dari meminta taat kepada makhluk,
maha suci Dia yang terkotori dari maksiyat makhluk, maha suci Dia dari apa yang
telah engkau sebut dan sematkan pada
Nya.
Maha suci Dia dari meminta maaf kepada mu disebabkan keterlambatan
datangnya anugerah padamu, sungguh itu sebuah pemberian. Maha suci Dia yang
meminta kepada mu untuk menghindari maksiyat,
sebab apapun yang berisi permintaan merupakan sifat kekurangan pada Nya.
Maha suci Dia dari menuntut mu untuk taat, setiap yang mengandung kata menuntut
taat merupakan sebuah pertanda kesepian, lalu mungkin kah Dia merasa sepi
dengan diri Nya. Maha suci Dia yang telah engkau kurung sebagai pemberi surga
dan neraka, apa yang engkau sifat kan dan nama kan Dia sama dengan makhluk,
itulah ketiadaan ma'rifat dan menyamakan keadaan dirimu sama dengan takaran
pikiran dan perasaan mu (mujassimah).
Jangan menuntut dekat kepada Nya, sedang Dia tidak berubah. Jangan
menuntut kasih kepada Nya, sedang kasih adalah sifat yang telah Dia catat pada
diri Nya, sungguh permintaan mu kepada Nya adalah engkau yang ragu kepada
kemurahan Nya, engkau telah menuduh Dia jauh, jahat, padahal Dia tidak pernah
jauh dan tidak pernah jahat. Ternyata, apa yang engkau pahami tentang Dia
adalah imajinasi liarmu tentang Dia, sungguh buruk tuduhan mu kepada Nya dalam
lingkar dan makar jahatmu. Bukan kah selama ini engkau telah salah mengira
bahwa Dia marah karena dosamu, sementara dengan dosamu mesti mampu memantik
kedekatan mu dengan Nya lebih akrab lagi, melebihi keakraban sebelum lumpur -
lumpur nistanya dosamu.
Permintaan do'a mu adalah tuduhanmu kepada Nya. Berbeda sangat
dengan orang ma'rifat (al 'arif billah) doa mereka adalah pujian kepada Nya,
walau redaksi do'a meminta, tapi tidak meminta atau menuntut, kecuali hanya
menunjukkan kebesaran Nya dalam lingkup mendidik Nya, mengasuh, merawat,
memelihara, mengatur (rububiyah) dan menegaskan posisi kehambaan yang tiada
daya sedikit pun untuk mengundang nikmat atau menampik bala' (ubudiyah).
Memang telah banyak manusia tertipu, Dia titipkan ilmu Nya untuk
digunakan bagi kebaikan ummat (maslahah), tapi dengan ilmu Nya menjadi kan
mereka sombong dan membuat kelas eksekutif di tengah - tengah manusia, manusia
seperti ini lebih dahulu masuk ke dalam neraka dari pada penyembah berhala,
sebab mereka telah menjadi musyrik dengan ilmu Nya.
Ada pula manusia yang mengira mulia karena telah dititipi jabatan.
Tanpa banyak disadari bahwa jabatan merupakan titipan, mereka bisa berbuat
semena - mena atas nama jabatan, atas nama wewenang, atas nama pangkat, atas
nama amanat, atas nama keadilan, atas nama kemanusiaan, bahkan atas nama Tuhan,
inilah dusta - dusta yang paling kotor. Di akhir zaman nanti, banyak orang yang
secara dzahir bertakbir sambil membunuh, bertakbir sambil menjarah, bertakbir
sambil merampok. Mereka telah menarik dan menyeret keluhuran agama pada ranah
kawasan hawa napsu mereka.
Begitu juga ada manusia yang diberi amanah harta, telah banyak
melupakan mereka dari status kehambaan yang mendapat titipan harta untuk
disalurkan kepada mereka yang berhak menerima. Adalah mereka yang tidak
berkesadaran bertuhan, lalu melantik dirinya selaku "orang kaya".
Berlaku padanya hak - hak istimewa yang telah membedakan dirinya dari orang
lain, semenjak pakaian kekayaan dipinjamkan Tuhan, dan terus ingin mengekalkan
kekayaan dalam dinasti emas. Bahkan, membuat cabang-cabang di setiap tempat,
lalu siapa yang akan memujimu ? Bukan
itu derita batin ?
Tiga contoh di atas, keilmuan, kepangkatan dan kekayaan telah
kehilangan tujuan hidup, sebab memandang hidup adalah milik mereka. Dengan kata
lain, tidak meyakini dan tidak mengamalkan "la hayata illallah."
Sesungguhnya pemilik kehidupan yang harus dipatuhi adalah Dia yang selalu
menganugerahkan ilmu, tahta dan harta. Dia yang diikuti perintah Nya, Dia yang
didengar perkataan Nya, Dia yang dicontoh perbuatan Nya, terakhir Dia yang
dikenali dan dicintai. Seharusnya dengan mandat ilmu dari Nya, hamba harus
menjadi "pelayan Tuhan" yang tulus menyebarkan ilmu. Dengan mandat
jabatan dari Nya, hamba harus menjadi "pelayan Tuhan" yang tulus
menolong dan mensejahtera ummat lewat titipan kewenangan dari Nya. Dengan titipan
harta menjadi jalan kemudahan untuk beribadah melalui ibadah harta (maliyah).
Artinya, setiap amanah didalamnya terdapat harga yang harus dibayar dan
ditunai. Dampak luas mengimani "la hayata illallah" akan membuat
hidup semakin lurus, hidup semakin berarti, hidup semakin bermanfaat.
La hayata illallah merupakan suluk bagi orang-orang yang ingin
meraih ampunan Nya, kasih Nya, sayang Nya, cinta Nya dalam kehidupan. Sebab
kehidupan (hayat) merupakan modal dasar untuk menggapai kebaikan - kebaikan
yang telah Dia sediakan. Berlakulah sebagai hamba yang dihidupkan oleh Nya
dalam kasih sayang Nya, jangan membenci, jangan mendengki, jangan membelakangi,
jangan mencurigai, jangan memusuhi. Tetapi, jadilah hamba Allah yang bersaudara
sebagaimana yang telah diperintahkan kepada mu (wakunu 'ibadallahi ikhwana kama
amarakum).
3. La
maujuda illallah.
Tidak ada, kecuali Allah, sebuah hukum yang tidak terbantah bahwa
selain Dia adalah tiada. Apabila ada sekarang karena diadakan, apabila bisa
bergerak sekarang karena digerakkan, apabila berjalan karena diperjalankan,
mengimani demikian arti sebuah kehambaan, maha suci yang telah memperjalankan
hamba Nya.
Bagaimana tidak, Dia telah berlaku lemah lembut kepada Mu saat
sebelum datang kemiskinan mu, Dia telah berlaku lemah lembut kepada Mu saat
sebelum datang ujian kepada mu, Dia telah berlaku lemah lembut kepada mu saat
dirimu belum mewujud, lalu masih adakah celah bagimu untuk menyalahkan Dia ?
Bahkan, nasehat Nya berangkat dari kasih sayang Nya lewat utusan yang menjadi
kekasih Nya (Muhammad) : "Peringatkan mereka bahwa mereka dalam kesesatan
sedang mereka bermain - main." (Al An 'am : 33).
Telah berkata pengarang kitab Al Hikam : "Siapa yang menyembah
Nya demi sesuatu yang diharapkan dari Nya, berupa penolakan musibah dan dalam
rangka mengumpan nikmat, ketahuilah sebenarnya anda belum menegakkan sifat -
sifat Nya." Adalah maujuda Allah SWT belaka, dalam arti apapun yang ada
selalu Dia mempertontonkan sifat - sifat Nya, sebagaimana gurunda mulia
menasehati : "Ketika Dia memberi anda, berkesadaran lah bahwa Dia sedang
menyaksikan sifat kebaikan Nya kepada mu. Dan ketika Dia menahan pemberian Nya
kepada mu, berkesadaran lah bahwa Dia sedang menyaksikan sifat keperkasaan Nya
kepada mu."
Meyakini la maujuda illallah yang berarti meniadakan sesuatu selain
Dia dan kembali menegaskan bahwa itsbat hanya Dia yang ada. Puncak sebuah
karunia pengenalan dari Nya dan kepada Nya, lalu duduk al arif billah pada
maqam fana billah sebagai buah (tsamrah) dari tawakkal 'alallah (berserah diri
kepada Nya) kemudian selalu merasakan dengan Nya (zauqu billah) yaitu rasa
hancur (fana) perbuatan alam ke dalam kekal (baqa') Nya perbuatan Nya, telah
terasa fana nama alam ke dalam tajalli nama Nya yang maha meliputi dan maha
melindungi, telah terasa fana sifat alam yang baharu (huduts) ke dalam sifat
Nya yang terdahulu (qadim), telah fana dzat (diri) alam ke dalam dzat Nya.
Sewajibnya dalam shalat dan di luar shalat, dalam puasa dan di luar puasa,
dalam zakat dan di luar zakat, dalam haji dan di luar haji, tegak lurus, nyata
keberadaan Nya (itsbat) dalam setiap item ibadah, karena hanya Dia yang
memiliki hak terhadap ibadah Nya, yaitu
:
- La ma'bud illallah ; tidak ada yang disembah kecuali Allah.
- La mahbub illallah ; tidak ada yang dicinta kecuali Allah.
- La ma'lum illallah ; tidak ada yang dipahami kecuali Allah.
- La ma'ruf illallah ; tidak ada yang dikenal kecuali Allah.
(Wallahu
a'lam).
Komentar
Posting Komentar