AS'ADIYAH
AS
'ADIYAH || MAKTABAH 3SUMBER
Tulisan Nya adalah apa yang Dia tulis, bacaan Nya adalah apa yang
Dia baca, tulisan dan bacaan Nya bersumber dari sejati Nya, sebab anugerah Nya
engkau diperkenan membaca Nya, sebagai mana setelah Dia kalam kan dalam tulisan
Nya (Al Qalam : 1 - 2) : "Nun, demi pena dan apa - apa yang mereka
tulis."
Kuasa Tuhan sepenuh Nya tanpa menyisakan sedikit pun kuasa makhluk.
Oleh karena itu, seluruh kata ganti (dhamir) adalah milik Nya belaka. Empat
belas kata ganti (dhamir) mengacu dan menuju dari Nya dan kepada Nya, kemudian seluruh perubahan kata (tashrif)
juga milik Nya, lafal - lafal yang beragam (musytarak) berasal dari keesaan
Nya, tiada Dia bersekutu dalam perkataan, perbuatan, perhatian, tiada Dia bersekutu dalam penciptaan, tiada Dia
bersekutu dalam penyembahan dari Nya dan kepada Nya kembali sembah, sebab Dia
maha kuat tidak pernah lemah, Dia maha kaya tidak pernah miskin, Dia maha jaga
tidak pernah abai, Dia segala Nya yang maha meliputi, memenuhi, memadati,
melingkupi. Bahkan setiap inci bumi Nya dan langit Nya berada dalam ilmu Nya.
Seberapa penting kah mengenal Nya pada seluruh lapisan medan ?
Sangat penting dalam harga mahal setitik amal. Ikuti pewartaan mutiara nasehat dari
sang gurunda mulia al imam al arif al
mursyid illallah : "Dia maha mengetahui tentang keberhajatanmu kepada
kebaikan Nya, segera Dia yang maha berlimpah karunia Nya memperbanyak bantuan
Nya. Tetapi, ketika engkau menuntut pahala atas sebuah amalmu, maka Dia pun
menuntut kejujuran hatimu dalam beramal. Cukuplah mata rantai kebaikan bagimu
ketika Dia berkenan untuk dikunjungi, dan Dia menerima mu dalam hadhirat Nya.
Tetapi, manusia yang telah merasa berkeyakinan aman dari pertanyaan Tuhan,
sesungguhnya dia sedang berada dalam berkeraguan."
Ibarat gayung bersambut, Dia yang maha mulia sungguh sangat
mengalah walau Dia dapat mengalahkan detik ini tanpa tempo, atau Dia yang
melihat hamba Nya tulus taat, bisa sesegera mungkin tanpa berwaktu membalas
kebaikan. Tetapi semua balasan ditunda Nya dalam rangka menunggu waktu dan
ruang yang tepat. Jangan lah engkau menuntut disegerakan balasan kebaikan dari
Nya, sedang Dia senantiasa menyaksikan.
Telah berkata gurunda mulia al imam al arif billah Ahmad ibnu Athaillah
rahimahullah ta'ala : " Jangan
merasa diri berbuat amal, nanti engkau telah merasa puas dengan amal, lalu Dia berhentikan bantuan -
bantuan rohani Nya. Jangan klaim kebaikan tumbuh dari akar diri, maka Dia telah
berlepas diri dari mu, dan jangan engkau klaim keburukan bersumber dari Nya,
sebab Dia adalah sumber kebaikan dan tidak pernah tersentuh oleh keburukan.
Beradab lah kepada Dia yang maha baik, kembalikan seluruh kebaikan berasal dari
Nya yang maha suci, dan kembalikan seluruh keburukan yang terdapat pada hawa
napsu dirimu yang tidak pernah puas kepada karunia Nya."
Betapa sangat bestari dan berseri mutiara permata petuah gurunda
mulia - pengarang Al Hikam ibnu Athaillah - telah mengajar kan kebaikan Tuhan
yang maha melingkari atas nama sifat keagungan Nya wajib Dia untuk dipuji dan
disanjung. Puji dan sanjung untuk Nya pun berasal dari perkenan Nya. Kembali
sang gurunda mulia mewartakan bait - bait nasehat : "Jangan memuji diri
sewaktu yang tampak oleh mu adalah sosok dirimu yang lebih baik dari pada orang
lain, atau engkau telah membuka peluang untuk menerima pujian dari orang lain.
Ketahuilah, engkau tidak berhak menyandang sifat - sifat keterpujian, sewaktu
engkau telah menyaksikan bahwa hanya Dia yang pantas dipuji karena memiliki
sifat - sifat keterpujian Nya. Apakah engkau diperbolehkan oleh Nya memakai
sifat - sifat kemaha - terpujian Nya ? Sadarilah, engkau hanya seonggok makhluk yang
hina dihadapan Nya, sang Tuhan raja mulia
semesta alam ! Apabila Dia mencegah mu dari mengakui diri yang terbaik
dan terpuji, sungguh benar saat itulah Dia mengangkatmu ke hadirat Nya.
Kemudian, jangan lah engkau menghina orang yang hina, sebab dia sedang
menjalani takdir Tuhannya, tidak ada hak sedikit pun bagi mu untuk menghina
hamba Tuhan."
Disini gurunda mengajak untuk memahami posisi sesama hamba yang
setara dalam nilai kehambaan, sehingga tidak dibenarkan menyandang gelar
terpuji, terbaik. Gelar tersebut berpotensi untuk menghina, menjajah manusia
atas nama sifat Tuhan yang maha terpuji dan terbaik, begitu pun hal dalam
mengejar target - target kemuliaan yang bersandar pada kenyamanan materi.
Ketika dihadapkan dengan kenyataan (realitas) akan diperdapati si hamba Tuhan
yang miskin, bodoh, jahat, kafir, dan sebagainya. Disini lah letak bagaimana
engkau memaknai sabar dan mengamalkannya.
Jujur, betapa belum pantas si hamba ini menghadiri
"jamuan" rohani dari Nya, sebab ikatan kebiasaan berupa kemanusiaan yang lalai masih kuat
mencengkeram, belum bisa keluar dari penjara hawa napsu. Ingat lah gurunda saat
beliau mendidik tawadhu' pada jiwa yang sombong seakan diri lebih terhormat
daripada diri yang lain, beliau menasehati dalam petuah - petuah beruntai
hikmah : "Selagi engkau masih memenjara diri dalam kebiasaan - kebiasaan
lalai mu, sementara engkau belum bisa keluar dari penjara kebiasaan, selamanya
engkau akan terbuang dari rahmat Nya, sebenarnya banyak permintaan kepada Nya
belum pantas. Memantaskan diri dalam meminta adalah : Pertama, memintalah
kepada Nya untuk dikeluarkan dari kebiasaan - kebiasaan buruk dengan cara
keluar yang benar. Kedua, memintalah kepada Nya untuk dimasukkan ke dalam
anugerah pemberian dari sisi Mu sebagai kekuatan yang menolong, pemberian yang
berupa direstui Nya hamba masuk ke dalam adab Nya dan keadaban dengan cara
masuk yang benar." (Wallahu a’lam).
Komentar
Posting Komentar