TIPS MUDIK
TIPS MUDIK
Narasumber : Ma'ruf Zahran
Seperti berpacu antara waktu dan kesibukan akhir Ramadhan, sebuah
pilihan antara keperluan rutin untuk persiapan menyambut perayaan Idul Fitri
dengan royal pahala yang Dia siapkan di penghujung Ramadhan. Antara kesibukan
mudik lebaran yang telah menjadi tradisi tahunan, sebab memang sebagian besar
bangsa ini berasal dari desa (rural) yang telah merantau ke kota (urban) untuk
kepentingan pendidikan, mencari pekerjaan atau alasan - alasan migrasi lainnya.
Maka penghujung Ramadhan selalu diikuti dengan kepadatan para mudik lewat
transportasi darat, laut dan udara.
Tidak jarang, momentum besar meraih malam kemuliaan (lailatul qadar)
terabaikan, minimal banyak umat yang tidak lagi fokus beribadah. Selain itu
pula kesibukan mempersiapkan hidangan perayaan Idul Fitri yang menjadi tradisi
kearifan lokal negeri ini.
Ada beberapa tips yang akan penulis tawarkan di tengah - tengah
kesibukan para pemudik, diantaranya tetap menjaga puasa di siang harinya, dan
pada keheningan malam di kereta, mobil, bis, pesawat dan kapal, senantiasa
berdzikir (dzikir qalbu), senantiasa memuji Nya, senantiasa memohon ampunan
Nya, kasih Nya, sayang Nya. Sebab, dzikir merupakan ibadah kepada Nya melewati
ruang dan waktu, dalam kondisi hamba sangat bergantung kepada Nya, itulah
kondisi sedekat - dekat status kehambaan di hadapan Sang Ar Rahman - Ar Rahim.
Sebelum berangkat mudik, lakukan shalat sunnah safar dua rakaat, bismillah
tawakkaltu 'alallah, berniat ibadah mengunjungi orang tua, saudara, dan sanak
keluarga untuk menjalin silaturahmi, merajut kembali hubungan kekeluargaan yang
mungkin pernah hampa, mengurai benang kusut komunikasi, mencairkan kebekuan
yang selama ini penuh curiga dan sakit hati, menyambung tali kasih sayang dan
semakin mempereratnya. Inilah inti
lailatul qadar sebagai bentuk harmoni hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi
berdampak pada harmoni hubungan horizontal dengan sesama makhluk.
Dalam perjalanan mudik yang telah diniatkan safar untuk tujuan
silaturahmi, adalah implementasi bentuk bakti anak kepada kedua orang tua yang
telah sangat berjasa dalam hidup. Orang tua posisi yang tidak tergantikan
selamanya di dunia dan di akhirat. Pasca Ramadhan adalah merenda kasih sayang
kepada keduanya, menyulam kembali kenangan - kenangan masa kecil dahulu, lorong
- lorong yang pernah dilewati bersama ayahnda dan ibunda masih teringat kuat.
Apabila keduanya telah tiada, berziarah ke kubur dan mendoakan keduanya
merupakan amal taat yang sangat bermutu.
Bahkan, mudik bukan sekedar ritualistik Idul Fitri, tetapi ada misi
yang dipesankannya ; bantulah saudaramu, ajaklah berpikir untuk memandang
kebaikan masa depan bagi desa yang berkemajuan dan berkeadaban. Diantara bentuk
misi mudik adalah saling membelajarkan (mengedukasi) umat, masyarakat kota yang
bertandang ke desa dapat belajar dari pola hidup masyarakat desa yang
sederhana, tulus, kuatnya nilai kekerabatan, dan nilai - nilai ikhlas lainnya (tanpa
pamrih). Kemudian, masyarakat desa pun belajar tentang arti disiplin, arti
berorganisasi, arti pendidikan, dan sebagainya, terjadilah hubungan yang saling
bermanfaat (simbiosis mutualisma).
Seterusnya, tidak jarang silaturahmi selalu membawa kebaikan dalam
makna terbukanya wawasan berpikir, kebaikan silaturahmi yang telah banyak
membawa berkah Idul Fitri seperti gerakan saudara angkat, atau gerakan orang
tua asuh, program beasiswa full study dan peluang - peluang kebaikan yang
berkepanjangan (jariyah). Momentum mudik tahunan jangan dibiarkan berlalu,
kecuali si pemudik bisa menempatkan diri sebagai "lokomotif penarik
gerbong".
Artinya, tidak ada sedetik waktu yang kita lewati, tidak sejengkal
tanah yang kita tapaki, kecuali memberi kebaikan kepada sesama, meski sedikit
tetapi bernilai banyak di mata Nya, meski sebentar tetapi bernilai lama sampai
ke surga Nya dan ridha Nya. Jangan meremehkan amal taat walau sedikit, mungkin
itu yang diterima Tuhanmu. Jadikan mudik lebaran tahun ini sebuah tahun pencerahan
setelah dua tahun kita jarang berjumpa. Jadilah sang pemudik sebagai ujung
tombak perubahan (agent of change) bagi keluarga dan masyarakat.
Inilah titipan pesan moral Ramadhan bahwa si pemudik pada pundaknya
terdapat tugas - tugas melanjutkan visi dan misi bagi kesejahteraan lahir dan
batin, ilmu dan amal, dunia dan akhirat sebagai tugas kenabian dan kewalian
dalam rangka mewujudkan masyarakat madani yang saling menghormati. Oleh karena
itu, nilai - nilai kebaikan Ramadhan 1443 H akan diuji pada sebelas bulan yang
akan datang sehingga kita menemui Ramadhan 1444 H, insya Allah.
Komentar
Posting Komentar