AL BARKAH
AL-BARKAH
44
HIKMAH
NIKAH
Ustadz
H. Ma’ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
Allah SWT menciptakan kamu berasal dari diri yang satu. Diri yang
satu itulah unsur Adam dalam bentuk jasmani.
Unsur jasmani Adam berasal dari bumi, bumi ada empat anasir tanah, api,
air, angin. Unsur rohani Adam berasal dari surga yaitu unsur langit atau Nur
Ahmad Ruhullah, keduanya (unsur jasmani dan rohani) berasal dari diri yang
satu, maha satu. Dari yang satu ini menimbulkan yang banyak. Ada laki, ada
perempuan, lalu Allah SWT menyatukan mereka, menyatukan hati mereka yang diawali
dengan pandangan mata, dari mata turun ke hati. Tetapi, pernikahan dalam sebuah
rumah tangga, se rumah, se kamar, se tempat tidur, sudahkah bisa menghadirkan
sakinah (tenang), mawaddah (cinta), rahmah (sayang). Ketiga unsur ini harus
disatukan ke dalam hati insan yang berbeda. Berbeda latar belakang, berbeda
masa kecil, berbeda pengetahuan, berbeda pengalaman, berbeda pendapatan,
berbeda jenis kelamin.
Penyatuan dua insan secara syariat dengan hukum nikah yang
mengandung syarat dan rukun. Syariat menghalalkan apa yang dahulu diharamkan. Ucapan
akad nikah adalah ikrar sakral yang disaksikan oleh Allah SWT, Nabi Muhammad
SAW, dan jutaan malaikat turun menghadiri majelis akad nikah. Akad nikah sakral
karena dalam rahim isteri yang suci akan Dia titipkan nama - nama Agung Nya
terlimpah pada kehidupan Nya (Al Hayat), syuhud dari yang satu menjadi jamak
(syuhudul wahdah fil kasrah).
Pada Adam telah Dia titipkan secara berkelanjutan sifat - sifat
maskulin Nya seperti Al Qawi artinya maha kuat, Al Wali artinya maha melindungi,
Al Hafidz artinya maha menjaga, Al 'Aziz artinya maha perkasa, Al Qadir artinya
maha kuasa. Sedangkan pada diri Hawa, telah Dia titipkan sifat - sifat feminin
keibuan seperti Ar Rahman artinya maha pengasih, Ar Rahim artinya maha
penyayang, Ar Rauf artinya maha merawat, Al Wadud artinya maha pencinta,
Al Halim artinya maha penyantun, Al
Latif artinya maha lemah lembut. Kedua sifat Tuhan ini jangan dipertentangkan,
tapi pertautkan, perpadukan sehingga berpadu dalam biduk dan bahtera rumah
tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Saling menghormati bahwa isteri adalah
titipan Allah sebagai :
- Permata hati, hiasan mata (qurrata a'yun).
- Fitnah (cobaan), "inna min azwajikum wa auladikum fitnah", sesungguhnya pasanganmu dan anak-anak mu adalah sebagai fitnah (cobaan).
- Musuh, "innamin azwajikum wa auladikum 'aduwwallakum, fahdzaruhum, " sesungguhnya pasangan mu dan anak-anak mu adalah musuh - musuhmu (dalam menaati Allah dan RasulNya), berhati - hatilah terhadap mereka !
Hidup ini adalah medan - medan ujian, dan pertama ujian datang dari
dalam dirimu sendiri (hawa napsu) ; diri yang tidak sabar, diri yang tidak
syukur, diri yang tidak ridha, diri yang tidak malu kepada Allah SWT, diri yang
tidak takut kepada Nya, diri yang tidak berharap kepada Nya, diri yang tidak
mencintai Nya, sang Jamil. Musuh yang kedua justeru datang dari dalam rumah
tangga, keluarga dekat, serumah, seranjang baik bisikan untuk meninggalkan taat
atau bisikan mengerjakan maksiyat yang diawali bisikan tidak bersyukur atas
nikmat Nya, tidak bersabar atas musibah Nya, tidak ridha atas ketentuan Nya.
Tugas terbesar dalam rumah tangga oleh kedua suami - isteri adalah menyiapkan
kondisi untuk menunaikan taat, menjauhi maksiyat.
Tugas rumah tangga adalah tugas suci karena perjanjian yang sangat
kuat (mitsaqan ghalidzha) tercatat di Arasy Allah SWT, sebab tidak ada satu pun
permasalahan jika menyangkut kasih sayang (rahmatullah) kecuali dicatat di
Arasy. Artinya, pengaruh, dampak atau efek kasih sayang di bumi tercatat di
langit, demikian Rasulullah SAW menyabda : "Irhamu man fil ardhi yarhamkum
man fis sama', " artinya : Cintai olehmu apa - apa yang ada di bumi,
niscaya yang di langit mencintai mu." Bahkan, ketenangan dalam cinta kasih
akan terbawa bersama ke dalam surga yang tinggi lagi indah, sebagai yang telah Dia kalamkan : "Inna
ash - habal jannatil yauma fi syughulim fakihum, hum wa azwajuhum fi dzilalin
'ala ara- ikumut taki - un, " sesungguhnya penghuni surga pada hari itu
bersenang - senang, mereka dan pasangan mereka berada di bawah naungan yang
rindang dan mereka berada dipan - dipan."
Oleh sebab itu, ayat yang sering dikutip adalah surah Annisa ayat
1, kalamullah, ilmullah ini memiliki sifat universal. Universalitas tersebut
dikarenakan menikah adalah tabiat alam semesta dari sejak dahulu kala yang
dilakukan oleh ayahnda Adam dan ibunda Hawa, sehingga banyak para filusuf
menggambarkan seorang ayah ibarat daratan, seorang ibu ibarat lautan. Ayahnda
memikul beban berat bumi, sedang ibunda selalu merahasiakan apa yang ditanggung
nya, itulah kesenyapan dan hitam gelapnya lautan, gelap terkadang ibunda banyak
menyembunyikan penderitaannya, ibarat pantun : 'Seberat - berat mata memandang,
masih berat bahu memikul."
Firman Tuhan yang agung : " Wahai manusia, bertaqwalah kepada
Tuhan mu yang menciptakan kamu dari
sumber jiwa yang satu, dan menjadikan
kamu sebagai berpasangan dari jenis laki - laki dan perempuan, bertaqwalah
kepada Allah yang dengan nama Nya kamu saling meminta, dan sambunglah tali
kasih sayang, sesungguhnya Allah adalah kepada diri mu, Dia maha
mengawasi." (Annisa : 1).
Pranata nikah yang sangat sakral berarti do'a - do'a yang terangkat - terijabah ke
pelataran cinta Allah sang Al Jamil di langit saat majelis akad nikah
dilangsungkan di bumi. Berlangsungnya akad nikah sesaat sebelum, saat berlangsung
dan saat setelah merupakan wilayah mustajabah bagi semua yang hadir, terutama
yang menyadari. Artinya, momentum kekhusyuan rasa adalah saat kesucian doa
terangkat serta cucuran rahmat Nya turun berduyun - duyun. Untuk menciptakan
berkat kebaikan dari majelis akad nikah, dirancang dan dibuat pra kondisi untuk
persiapan sebelum take up seperti
pembacaan ayat suci Al-Quran, khutbah nikah, bahkan setelah usai akad nikah
seperti suami (penganten baru) membacakan surah Ar Rahman dikhalayak tetamu dan
undangan, sebab surah Ar Rahman disebut
juga 'arus Al Qur'an atau penganten Al Qur'an.
Tulisan ini urgen untuk dirilis, menimbang dan mengingat bahwa Dia
hadir memberi waktu - waktu yang mustajabah untuk diijabah tetapi kadang ummat
abai. Malah pada majelis akad nikah banyak sekali do'a - do'a untuk keshalehan
keturunan, keshalehan kehidupan berumah tangga yang menyerta bagi keshalehan
masyarakat dan negara bangsa.
Bahwa perbuatan baik hari ini memiliki efek (dampak) ke atas pada
zona nasab dan berefek pada keturunan ke bawah pada zona dzuriyat, seperti
Tuhan sebutkan di banyak tempat dalam Kitabullah Al Qur'an Al Karim. "Dan
orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan
Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala (amal) kebajikan mereka. Setiap orang
terikat dengan apa yang mereka kerjakan." Kehidupan berumah tangga adalah
kehidupan yang tidak pernah sunyi dari suara - suara ujian, baik berupa
kenikmatan yang melalaikan maupun
penderitaan yang melupakan Allah, keduanya sama-sama sebagai rantai -
rantai fitnah. Kehidupan berumah - tangga salah satu pondasi sangat penting
dalam membina masyarakat, negara bangsa. Rapuh sendi - sendinya, rapuh mahligai
keluarga, keluarga merupakan kekayaan paling berharga, bukan emas perak, bukan
berlian, yakut atau kecubung. Kawasan kehidupan rumah tangga adalah kawasan
target utama syaithan dalam melancarkan serangan.
Marah dengan keadaan artinya marah dengan Allah SWT, karena Allah
SWT yang menciptakanmu dan Allah SWT yang menciptakan keadaan, keadaan senang
atau susah, keadaan lapang atau sempit, keadaan 'alim atau jahil, keadaan kaya
atau miskin, keadaan taat atau maksiyat, semuanya terdapat hikmah kebijaksanaan
apabila dikaji dengan seksama. Orang kaya tetapi bakhil, hikmahnya supaya kita
jangan mencontohkan kebathilan orang kaya. Sebab, mukmin dengan mukmin ibarat
kaca cermin, mukmin dengan mukmin saling meneladani, mukmin dengan mukmin
saling menasehati, tapi bukan menggurui. Berkesadaran bahwa bahtera pernikahan
yang sedang berjalan tidak pernah sepi dari intaian syaithan, godaannya,
bisikannya, rayuannya, sampai manusia menyembah tipu muslihat dan dendam
kesumat khianat Iblis. Kepada orang-orang
kaya ditiupkan sombong, kepada orang-orang miskin ditiupkan buruk sangka kepada
Allah SWT, orang kaya mati kufur, orang miskin mati kufur. Orang-orang 'alim ditiupkan
sombong,orang-orang jahil (bodoh) ditiupkan betah dalam kejahilan (jahiliyah),
orang 'alim - jahiliyah, orang jahil - jahiliyah. Status mereka di dunia
berbeda-beda, tetapi status mereka di akhirat sama, sama-sama mendurhakai Allah
SWT dan Rasulullah SAW.
Jadikan kehidupan berumah - tangga, isinya adalah iman dan ilmu. Fungsi
rumah tangga adalah "tafassahu fil majalis". Untuk bisa
"tafassahu fil majalis" atau berlapang - lapanglah di majelis,
majelis rumah tangga, majelis masyarakat, majelis sekolah, majelis kantor,
kuncinya adalah iman dan ilmu. Iman dan ilmu telah menjadikan rumah tangga,
masyarakat saling lapang dan senang
dalam membantu, saling mengerti, saling menghargai, saling melengkapi
(complementer) sesama pasangan, dikutip dari kebenaran kitab suci Nya (Almujadalah :
11). Iman dan ilmu yang bersumber langsung dari Nya dan bisa menyaksikan
(musyahadah) bahwa keesaan Nya dalam perbuatan Nya seperti yang Dia firmankan
dalam surah Ash Shaffat ayat 96 : "Dan Allah yang menciptakanmu dan apa -
apa yang kamu kerjakan."
Adalah Dia mendatangkan ujian iman untuk mengetes iman, ujian amal
untuk mengetes amal pada seluruh lini, cabang dan tingkatannya. Ujian di
tingkat syariat, ujian di tingkat thariqat, ujian di tingkat hakikat, ujian di
tingkat ma'rifat. Ujian samar sulit untuk dikenali, ujian kasar mudah untuk
dikenali. Ujian samar datang dalam bentuk kecenderungan jiwa berupa kesukaan,
dengan demikian sangat sulit untuk dikenali. Sedangkan ujian yang nyata - kasar
berupa ketidaksukaan, jadi mudah untuk dikenali. Semoga Allah SWT menjaga,
memelihara kita semua di dalam rahmat Nya.
Amin. (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar