AL BARKAH
AL
BARKAH 39
HIKMAH
TAAT
Ustadz
H. Ma’ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
Taat adalah nama untuk makhluk Allah yang diberi padanya derajat
pangkat kemuliaan. Taat dalam banyak bentuk terhimpun pada item iman dan amal.
Sebab meniadakan salah satu dari keduanya berakibat pengabaian, ketimpangan.
Artinya, iman tanpa amal adalah iman yang palsu, iman yang belum terbukti. Amal
tanpa iman seperti rumah yang tidak berpondasi. Landasan iman shahih dan
terapan amal shaleh ibarat dua sisi mata uang emas yang sama berperan penting.
Menghilangkan satu sisinya sama maknanya menghapus nilai harga mata uang. Oleh
sebab itu, iman telah memberi nilai harga terhadap amal, amal adalah isyarat kaca
cermin iman. Ibarat dua sayap pada seekor burung terbang. Sayap lengkap bisalah
si burung membuana, patah sayap satu, burung tidak bisa terbang, tetapi
pincang.
Mengenali hakikat taat dalam iman bersumber dari nama Nya Almukmin,
mengenali amal pun berasal dari perbuatan Nya Al - 'amil. Keduanya (iman dan
amal) telah berada di dalam nama Nya Al - 'alim (maha mengetahui). Sebagaimana
kalamullah suci Nya dalam firman surah Albaqarah ayat 31 - 32 : "Dan Dia
ajarkan kepada Adam tentang nama - nama alam, kemudian Dia perlihatkan kepada
malaikat Nya seraya berfirman : Sebutkan kepadaku nama - nama benda alam itu,
sekiranya kamu yang benar. Malaikat menjawab : Maha suci Engkau, kami tidak
mengetahui, kecuali ilmu yang Engkau tunjuk - ajar kepada kami, sesungguhnya hanya
Engkau sajalah yang maha mengetahui, maha bijaksana."
Telah diketahui, iman manusia yang terbit dari ilmu Nya, qudrat
Nya, iradat Nya akan membuahkan buah (tsamrah) amal. Amal yang berkualitas
shaleh merupakan gambaran telah Dia berkenan terhadap amal di pintu perijinan
amal (babal tha'at), terus hamba berusaha untuk masuk ke dalam pintu penerimaan
amal (babal qabul). Ketercapaian proses awal dan hasil akhir yang bercahaya
gilang - gemilang iman dan amal, inilah yang disebut oleh al 'arifu billah imam
Ahmad ibnu Athaillah Assakandari rahimahullahu ta'ala : "Asyraqat
bidayatuhu - asyraqat nihayatuhu, " artinya : Terbit cahaya dipermulaan -
terbit cahaya dipenghabisan. Sebab, iman yang utuh di awal dan di akhir adalah
dalam menetapi tiga kriterianya :
1.Iqrarun
bil lisan.
2.Tashdiqun
bil qalbi.
3.'Amalun
bil jawarih.
Makna iman itu memiliki tiga kriteria ; iman diucapkan dengan
lisan, iman dibenarkan dengan hati, iman diamalkan dengan perbuatan. Ketiganya
menjadi indikator pembuktian kebenaran iman. Buah dari iman tampil pada amal
yang mahmudat, shalihat. Kitabullah Alkarim dan Sunnah Rasulullah Al - amin
sering mewartakan keterangan refleksi iman tampak jelas pada proyeksi amal.
Dalam sabda baginda : "Paling sempurna seorang mukmin dalam iman adalah yang
terbaik akhlaknya." (Hadits riwayat Muslim).
Totalitas iman dan amal menjadi standarisasi hikmah taat yang
bermuatan kemuliaan yang disandarkan pada nasehat junjungan :
- Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, wajiblah dia memuliakan tamu.
- Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, wajiblah dia memuliakan tetangga.
- Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, wajiblah dia menyambung tali kasih sayang.
- Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, wajiblah dia berkata yang baik atau diam.
Inilah realisasi iman dalam bentuk agenda proyek kegiatan atau amal
shaleh, dimana ummat ini berhak mendapat layanan sebaik - baik mungkin yang
berimbas pada bangunan masyarakat madani yang saling peduli, sang maha gurunda
junjungan telah menyabdakan : "Hak muslim atas muslim lainnya ada lima : Menjawab
salam, mengunjungi orang yang sakit, memenuhi undangan, mengantar jenazah,
membalas jawaban bersinnya (yarhamukallah) ; semoga Allah menyayangimu."
(Hadits riwayat Muslim). Maksudnya bila seseorang telah menjadi muslim adalah
Rasulullah SAW memberikan hak - hak istimewa karena kemuslimannya, dan dia
berhak sebagai muslim guna menuntut layanan - layanan tersebut, istilah agama
menyebutnya fardu kifayah.
Menjadi ukuran iman dalam hamparan bumi kebaikan seperti mencintai,
menolong dan menutup aib orang lain. Rincian sabda - sabda baginda semakin
memperkuat pokok bahasan ini : "Tidak beriman seseorang diantara kamu
sehingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. Barang
siapa yang tidak menyayangi, tidak disayangi. Sayangilah oleh mu apa - apa yang
ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangimu." (Hadits riwayat
Muslim). Dalam Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT telah
berfirman : "Aku adalah Arrahim (maha penyayang), barang siapa yang
menyambungkan sayang Ku, Aku yang akan menyambungkannya. Barang siapa yang
memutuskan sayang Ku, Aku yang akan memutuskannya."
Giat amal menyambung kasih - sayang, menolong sesama, menutup aib
kaum muslimin adalah amaliyah - amaliyah calon penduduk surga. Sebaliknya sifat
memutuskan tali kasih - sayang, enggan membantu sesama, membongkar aib kaum
muslimin adalah amaliyah - amaliyah kandidat penduduk neraka. Rasulullah SAW
yang mulia telah berpadah dalam sabda : "Tidak akan masuk surga bagi
orang-orang yang memutuskan kasih - sayang." (Hadits riwayat Muslim).
Bukankah di dunia kini dan akhirat kelak sesungguhnya manusia sangat memerlukan
bantuan Nya, untuk selalu mendapat bantuan dari Nya, semestinya selalu membantu,
sebab apa yang diharapkan oleh penduduk akhirat adalah saling membantu, tetapi
sudah lewat waktu. Nabi Muhammad SAW memperingatkan : "Sesungguhnya Allah
tetap dalam keadaan menolong hamba, selama hamba menolong sesamanya."
(Hadits riwayat Ahmad). Pada hari kiamat juga merupakan hari disingkap dan
dibongkar aib - aib manusia (yaumut - taghabun). Rasulullah SAW memberi solusi
dengan cara menutup aib manusia di dunia, dalam sabda beliau berkalam cahaya :
"Barang siapa yang menutup aib kesalahan saudara muslim di dunia, niscaya
Allah akan menutup aib kesalahannya di dunia dan di akhirat." (Hadits
riwayat Ahmad).
Jagalah dua komunikasi secara vertikal dengan Tuhan dan komunikasi
secara horizontal dengan sesama hamba Tuhan seperti yang telah termaktub dalam
kitab suci Nya baik tersirat maupun tersurat dalam Ali imran ayat 112 dan
dibanyak tempat sabda - sabda Rasulullah SAW. Bahkan kehadiran utusan Tuhan
dalam rangka menabur kasih - sayang Nya pada alam. Dia sang Rahmat telah
memerintahkan : "Dan tidaklah Aku utus engkau (Muhammad), kecuali sebagai
rahmat (kasih - sayang) untuk seluruh alam." (Al - anbiya' :
107).
Turunnya rahmat dipatuhi oleh generasi sahabat Rasulullah SAW dan
generasi sesudahnya sampai generasi hari ini,
bahwa saat bertemu dan saat akan berpisah mereka selalu membaca surah
Al 'ashar (artinya) : "Demi waktu
'Ashar, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal
shaleh, dan saling nasehat - menasehati dengan
kebenaran, dan saling nasehat - menasehati dengan kesabaran."
Waktu Ashar menunjukkan betapa singkat hidup di dunia yang hanya
menunggu datang senja pertanda matahari akan tenggelam. Sungguh saat Asar
banyak waktu yang disia - siakan, redupnya matahari merupakan waktu tunggu ajal
terbenam matahari siang. Semua manusia menjadi merugi, kecuali yang beriman dan
beramal shaleh. Bila iman ibarat suluh cahaya Tuhan yang dipercaya, lalu amal
shaleh berjalan pada titian cahaya dalam suluh kebenaran dan suluh kesabaran.
Iman dan amal shaleh ketika diposisikan sebagai wilayah domestik,
sedang Tuhan menyebut "saling" (tawashau bilhaqqi, watawashau bish -
shabri) merupakan wilayah publik, maknanya jangan menutup pintu saling nasehat
- menasehati dengan kebenaran kerangka universal sebagai argumentasi, dan
dengan kesabaran sebagai metodologi.
Inilah hikmah terbesar di dalam taat yang murni ; teguh iman
membangun amal dalam ridha Nya. Sungguh kemenangan bagi yang taat dan
memastikan saldo amal shaleh yang telah Allah janjikan dalam firman, dan adalah
Dia maha benar perkataan Nya lagi maha agung termaktub di kitab suci Nya
(Alkahfi : 46) : "Harta dan keturunan adalah hiasan kehidupan dunia saja,
tetapi amal kebaikan taat yang terus -
menerus (pahalanya) lebih baik di sisi Tuhanmu sebagai ganjaran dan lebih baik
guna memberi harapan."
Demikian literasi ini dibentangkan dalam upaya memberi tunjuk -
ajar berupa edukasi bahwa taat yang sebenar adalah ketika taat memberi dampak
positif (hikmah) sebagai kebaikan yang banyak. Kebaikan yang melimpah ke atas
(nasab) dan kebaikan yang melimpah ke bawah (dzuriyat). Dan mudahan Dia sang
Rahman - sang Rahim senantiasa menjaga ummat dalam beristiqamah taat sampai
datangnya waktu istirahat wafat. (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar