AL BARKAH
AL-BARKAH 41
NAMA
Ustadz H. Ma’ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag
Jalan takut merupakan jalan rahasia menuju Allah sekaligus jalan
bahagia (sabilus sa'adah). Sebab di dalam jalan takut (khaufu ilallah)
menimbulkan rasa diri yang lemah sehingga butuh perlindungan kepada Nya, Al
Qawi - maha kuat, menimbulkan rasa diri yang rapuh sehingga butuh perlindungan
kepada Nya, Al Matin - maha kokoh, menimbulkan rasa diri yang miskin sehingga
butuh perlindungan kepada Nya, Al Ghani - maha kaya, menimbulkan rasa diri yang
khawatir sehingga butuh perlindungan kepada Nya, Al Mukmin - yang mengamankan,
yang dipercaya, takut yang menimbulkan rasa terancam sehingga butuh
perlindungan kepada Nya, Al Wali - maha melindungi, takut yang menimbulkan rasa
diri rendah sehingga butuh kepada derajat ketinggian Nya, Ar Rafi', - maha
tinggi, takut yang menimbulkan rasa hina sehingga butuh kepada kemuliaan Nya,
Al Majid.
Rasa diri takut kepada Nya merupakan sebuah pemberian nikmat agung
(na'imah 'adzimah) yang memantik untuk dekat dengan Nya, Al Qarib, - maha dekat
-, rasa takut yang mendulang nama Nya Ar Rauf - maha merawat -, rasa takut yang
membangkitkan rasa berkebutuhan kepada Allah dalam nur cahaya nama Nya Ash
Shamad (Tuhan tempat meminta), rasa gelap hamba dikejar rasa takut, sehingga menjadi pengungkit bagi terbang
sukma menuju cahaya Nya dalam kerestuanNya
(An Nur). Tetapi untuk dipahami bahwa seumur hidup pun manusia tidak
pernah bisa mencapai nama Nya, baik nama Nya dalam perbuatan Nya, nama Nya
dalam sifat Nya, nama Nya dalam nama Nya, sejati Nya tetap menjadi rahasia diri
Nya, dimanapun dan kapanpun.
Betapa agung keesaan perbuatan Nya sampai manusia belum bisa memberi
arti perbuatan dan hikmah perbuatan Nya, jika semakin manusia bersemangat
mengungkap - mengungkit perbuatan Nya semakin manusia terhijab dengan akalnya,
dengan namanya, dengan gelar kehormatan dirinya, dengan pangkat dunianya,
ringkas kata, kata - kata inilah, ilmu inilah, kata yang telah merasa berkata,
ilmu yang telah merasa berilmu, gelar yang telah merasa bergelar, pangkat yang
telah merasa berpangkat, mulia yang telah merasa mulia sebagai hijab terbesar
yang terselubung atas nama diri terpuji, atas nama diri termulia, atas nama
diri berjasa, atas nama diri terhormat.
Sungguh yang dilihat sebenarnya, bukan perbuatan Nya, walau hakikat
dari segala perbuatan adalah perbuatan Nya, melainkan apa yang dipandang
(musyahadah) barulah percikan atau tempias dari kemahaesaan perbuatan Nya saja.
Betapa agung, mulia, besar dan tinggi perbuatan Nya adalah Al 'Adzim, Al 'Aziz,
Al Kabir, Al 'Ali adalah nama perbuatan yang tidak bisa dijangkau karena kemahaagungan
Nya yang tidak berstrata, tidak berderajat, tidak berdirasah karena Dia bukan
pembelajaran, bukan perkuliahan, bukan pengkajian, bukan pengajian, bukan
pengalaman, bukan pengetahuan. Tetapi yang dipandang sekedar tempias dari
cahaya perbuatan pada perbuatan yang terhampar, seperti sedang menonton TV atau
mendengar suara di radio yang sedang livestreaming, berkaedah "atsril min
atsaril af 'al", bermakna
bekas dari bekas - bekas perbuatan.
Allahu ma'i, Allahu nadziri, Allah syahidi. Amalan arif billah, masih bisakah berbuat
maksiyat ? Sungguh agung perbuatan Nya
yang tidak tersentuh oleh sebarang makhluk pun, kecuali siapa yang dikehendaki
Nya dari hamba - hamba yang menjadi pilihan Nya (mujtaba) dan dikalangan hamba
- hamba Nya yang diberi Nya petunjuk (muhtada) yaitu para nabi dan para wali
kekasih Nya. Tidak lah pandangan manusia bisa menembus berbilyun - bilyun
ruang, berabad-abad masa sehingga menembus masa azali, saat yang maujud hanya
sang Azal. Subhanallah, walhamdulillah,
walailaha illallah. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Wahai sang Al Amin, Thaha dari nur Nya, mendekatlah,
engkau menjadi imam di Baitul Makmur. Shalli ''ala habibina Muhammad SAW, wa 'ala alihi wa
shahbihi wa sallama tasliman katsira. Shallu 'alaihi bi 'adadi rahmatillah,
fadhlillah, karamillah, khalqillah, kalamillah, man shalla 'alaihi wamallam
yushallu 'alaihi fissamawati wal ardhi (Shalawat atasmu wahai junjungan sayang,
wahai junjungan kasih, wahai junjungan rindu sebanyak jumlah bilangan rahmat
Allah, karunia Allah, kemuliaan Allah, ciptaan Allah, kalimat - kalimat Allah,
shalawat yang tersanjung sebanyak bilangan orang yang bershalawat kepada
baginda dan sebanyak bilangan orang yang tidak bershalawat kepada baginda di
langit dan di bumi).
Betapa agung Rabbi yang maha penyayang ; ya Rahim, betapa agung
Rabbi yang maha halus budi dan indah perangai dalam pemberian tulus kesantunan ; ya Halim, wahai yang maha
mengalah sepenuh kesabaran kasih sayang Nya yang lemah lembut ; ya Lathif, ya
Shabur. Wahai yang maha sempurna dalam berterima kasih dan sempurna dalam
pembalasan jasa berupa tumpah - ruah permata
mutiara kebaikan Mu, ya Syakur, ya Jawwadun Kamil, ya Jawwadun Jamil, ya
Jawwadun Karim, ya Jawwadun Halim, ya Hannan, ya Mannan.
Apa yang dipandang dari perbuatan Nya Al Halim dalam kesantunan makhluk Nya adalah telah
melewati masa ribuan cahaya yang tidak
bisa terhitung di dalam cahaya kesantunan Nya (nurul halim), ruang yang luas
tiada bertepi dan waktu yang tidak berjangka jika memandang Nya dengan mata dzahir
jasmani. Belumlah sampai pada hadhrat kesantunan Nya, Al Halim.
Kesantunan nama besar Nya Al Halim selama Nya tetap menjadi rahasia
yang tidak bisa diketahui, kecuali dari kesantunan kasih Nya yaitu Nur Muhammad
ketika batin ini mendapat Nur Muhammad dalam tempias Nurulhalim. Kemaha -
terpujian Nya tidak bisa dijangkau dan tidak bisa dirangkai nama Nya Al Hamid,
tetapi Al Hamid terpancar pada Nur (cahaya) kekasih Nya yang bisa dikaji setelah alih nama Nur Muhammad
- Nurul Majid. Kegagahan Nya, keperkasaan Nya tidak bisa dibentangkan tidak
bisa diseminarkan, sebab Al Majid termasuk ke dalam Ahadiyah nama, kecuali
percikan cahaya dari cahaya - cahaya Nya yang memancar pada kekasih Nya Nur
Muhammad - Nurul 'Aziz (atsarin nuri min anwaril asma Allah SWT).
Begitu juga nama Tuhan Al Karim, Al Jalil, dua nama ini tidak bisa
dijelaskan kecuali ketika dijelaskan oleh Nur Muhammad SAW dalam ruang lingkup
sebagai Nurul Karim dan Nurul Jalil dalam kesempurnaan insan mukmin kamil yang
telah mewujud jasmani dan rohani berkenan menjelaskan. Artinya, sabda - sabda
Nabi Muhammad SAW merupakan kalam wahyu suci. (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar