AZZAHRANIYAH 14
AZZAHRANIYAH 14
SYAHADAT
Ma’ruf Zahran
Telah dimaklumi dalam kaji bangunan Islam terdapat lima pilar yang tegak di atas pondasi asas Iman yang kuat lagi kokoh tak tergugat oleh teori apapun dan konsep dari mana pun. Iman termaktub diperkuat dengan landasan syahadatain (dua kalimat kesaksian) yang mendasari seluruh rukun (ketentuan wajib) bagi kaum muslimin. Rukun Islam pun dalam kaji Islam komprehenshif harus utuh-menyeluruh dan saling keterkaitan dalam tangga-tangga mencapai ma'rifat. Berikut uraian tulisan:
Syahadat.
Dalam teori manapun, dua elemen dan dua lapisan menjadi penciri alam semesta. Tidak terkecuali syahadat pun ada, yaitu syahadataini. Syahadataini boleh disebut dua kesaksian dan dua menyaksikan. Pembagian dua ini menurut qaul ulama adalah syahadat tauhid dan syahadat rasul, tetapi sumber dari segala sumber yang dzahir dan yang batin adalah berasal dari yang satu, "min nafsiw wahidah," dari sumber napas (jiwa) yang satu.
Capaian-capaian rahasia perlu dirasa, bukan dikaji. Sebab, jika ilmu agama Islam terhenti pada kajian, menjadi seperti pohon yang kering tanpa daun dan tanpa buah. Status pengucap syahadat boleh sama, tetapi kualitas pengucap syahadat yang berbeda. Sama dengan imam, semua orang secara syariat boleh menjadi berstatus imam, tetapi derajat kualitas imam pasti bertingkat-tingkat. Atau saat sekarang ini yang tampak di mata bahwa di mana-mana orang berlomba membangun masjid, menghias masjid dengan ornamen-ornamen timur-tengah, eropa atau asia. Banyak yang sudah larut secara jamak merasa telah benar dengan cara mereka menghias tubuh luar masjid. Bagaimana dengan tubuh dalam masjid berupa insan-insan masjid yang sehakikatnya lebih harus dibangun badan batin dan jiwa dengan ilmu ma'rifat. Ma'rifat yang mencakup kaji dzahir dan mencakup kaji batin, memadu-padankan keduanya itulah mengenal keesaan (ma'rifat ahadiyah). Keselarasan dua entitas yang berbeda jalan (thariqah), thariqah jahriyah dan thariqah sirriyyah. Memutuskan hubungan dua rantai ini menjadi manusia, jiwa dan ruh yang nelangsa, nestapa, dan dimurka Allah SWT. Artinya telah memutuskan apa yang harus disambungkan, dan yang terdapat pada sambungan termaktub adalah utusan (Rasulullah SAW).
Umpama medan listrik elemen positif dan elemen negatif, keduanya memang terpisah bahkan diisolasi, jika bertemu keduanya tanpa isolasi terjadilah korsleting listrik. Tetapi supaya ada daya untuk menghadirkan energi harus ada lempeng yang memadukan kedua pengantar arus positif dan negatif, ketika telah terhubung secara aman ditemukan dua arus ke medan listrik pada lampu lalu menyala terang, terhubung pada listrik dan mengenai putaran baling-baling yang ada pada kipas angin terasa ac atau kipas angin, ketika dipertemukan dengan kompresor pendinginan lemari es menjadi dingin kulkas, atau energi-energi serupa pada pesawat, kapal, mobil, motor. Demikian dua hal yang berbeda, tetapi sangat berguna, positif-negatif yang sangat memerlukan medan listrik, putik jantan dengan putik betina yang sangat memerlukan angin yang mengawinkan mereka untuk memunculkan bunga dan buah. Dalam kaji Tasawuf penyampai itulah sang Rasul penyampai risalah Allah SWT (Rasulullah SAW), penyampai berita itulah sang Nabi (Nabiyallah SAW), sebagai saksi (syahid), sebagai pembawa warta kegembiraan (basyir) dan sebagai pembawa warta kedukaan (nadzir).
Sungguh nyata bahwa kunci-kunci surga dan nama-nama penghuninya telah ada pada Nur Muhammad SAW beserta kunci-kunci neraka dan nama-nama penghuninya telah ada pada Nur Muhammad SAW. Mengimani Nur Muhammad SAW merupakan iman kepada awal kejadian dan kepada akhir kesudahan (surga atau neraka). Beriman kepada Nur Muhammad SAW semakna juga beriman kepada wujud dzahir yang didzahirkan dan beriman kepada wujud batin yang dibatinkan. Keduanya wajib diimani, tetapi Dia bukan wujud dzahir dan bukan wujud batin, tertulis pada alam azali Nya (Al-Ikhlas ayat 4): "Walam yakullahu kufuwan ahad." (Dan Dia tidak serupa dengan sesuatu apapun).
Syahadat pun harus diikrarkan secara lisan (syariat) dikerjakan dengan perbuatan (thariqat), diyakini dengan hati (hakikat). Tri logos ini dalam upaya mendekatkan pemahaman iman dalam bingkai syahadataini, mendekatkan pemahaman islam dan ihsan dalam bingkai syahadataini: kesaksian keesaan (syahadat tauhid) dan kesaksian utusan (syahadat rasul).
Demikian tulisan sederhana dalam buku ini, bahwa syahadat bukan sesederhana yang dipahami jamak oleh orang umum. Konsekuensi syahadat adalah dipertanyakan pada yaumul hisab nanti. Oleh sebab pentingnya syahadat menjadi sangat lebih penting kajian-kajian syahadataini syariat dan syahadataini hakikat untuk menuju paham yang satu (Ahadiyatullah SWT). Kajian-kajian akhir zaman bercorak kajian ma'rifatullah billah SWT. (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar