AZZAHRANIYAH 15
AZZAHRANIYAH 15
SHALAT
Ma’ruf Zahran
Rahasia shalat (sir shalat) letaknya di ruh yang mendapat Nur
Muhammad SAW. Sebab sir Allah SWT hanya Dia berikan kepada Nur Muhammad SAW.
Sebuah setinggi-tinggi pemberian Nya. Dan, Allah SWT tidak berikan kepada
malaikat dan tidak diberikan kepada Iblis.
Untuk kalangan sendiri buku ini ditulis berkat kebaikan ayahnda dan
gurunda mulia membimbing dari alam duniawiyah sampai ayahnda berada di alam
Barzakh dalam untaian do'a dan mutiara-mutiara nasehat tanpa terhalang dan
tanpa terdinding oleh ruang serta tanpa terbatas oleh sekat waktu bibarkati Nur
Muhammad SAW dari Nurul Allah SWT yang paling agung.
Kemuliaan Allah SWT berikan kepada ummat Nabi Muhammad SAW dengan
Nur Muhammad SAW sehingga baginda sangat mengenali ummat beliau. Di dunia dan
di akhirat, Nur Muhammad SAW dapat memandang kepada seluruh ummat Nabi Muhammad
SAW yang memiliki, mengimani, meyakini, mengamalkan shalawat Nur Muhammad SAW.
Seperti beliau dalam mukjizat Isra' dan Mi'raj dengan jasad dan ruh
telah bertemu dengan Dia, Al- 'Aly. Sementara shalat ummat Nabi Muhammad SAW
adalah bermi'raj dengan ruh. Rahasia ruh karena berasal dari Nur Muhammad SAW. Bukan
jasad yang sampai menembus langit satu sampai langit tujuh. Jasad ini berbentuk
kungkungan atau penjara raga. Penjara raga sifatnya terbatas karena tersekat
oleh ruang dan waktu. Raga diikat oleh yang mengikatnya, yaitu cinta tanah,
cinta api, cinta angin, cinta air. Dengan empat tarikan ini (tanah, air, api, angin) membuat manusia bisa
marah dan memarahi diri sendiri dan memarahi orang lain. Sifat hasud (dengki)
ditiupkan angin ke dalam rongga dada sebelah kiri tempat Iblis bertandang atau
bertamu di hati manusia, sifat tamak
tidak mau berbagi dinyalakan oleh api di ruang dada tengah tempat Iblis
bertamu, sifat tanah yang diam dan malas menuntut ilmu, malas ibadah, malas
bekerja (beramal) menjadi tempat bertamunya Iblis di seluruh tubuh manusia pada
tubuh materi dan tubuh non materi yang disebut latifah Qalab (kebodohan)
sebagai titik-titik halus dalam ajaran-ajaran thariqah. Kawasan titik yang
diberikan potensi baik (taqwa) dan potensi jahat (fujur) sebagai yang telah Dia
- sang Azal - kalamkan dalam kalamullah
surah Asy-Syamsi ayat 8-10: "Maka Kami ilhamkan kepada manusia fujur dan
taqwa. Sungguh, berbahagialah orang yang mensucikan dirinya (jiwanya),
merugilah orang yang mengotori dirinya (jiwanya)."
Upaya apa yang dilakukan agar shalat bermuatan hakikat di dalam syariat yang saban hari telah bergelut dengan syariat tanpa hakikat serta sudah puluhan tahun waktunya, bahkan banyak yang sudah wafat tanpa tersentuh oleh kajian hakikat dan kajian ma'rifat. Kerap kali penulis tulis bahwa manusia terdiri atas dua unsur, unsur diri luar-jasmani (dzahir syariat) dan unsur diri dalam-rohani (batin hakikat). Dua keakuan ini saling bertikai untuk mengaku Aku Tuhan, Aku Tuhan jasmani yang bersumbu pada hawa napsu, hawa napsu sering mengajak bermain-main dengan kesenangan dunia yang menipu (wamal hayatuddun-ya illa mata'ul ghurur). Aku Tuhan rohani yang bersumbu pada tipuan syaithan yang menipu. Dua rayuan inilah yang wajib setiap hari selalu dicurigai.
Dunia mempesona dengan tawaran nikmat di dalamnya, terpandang
manusia kepada enaknya yoga dan mandi sauna, berpelesir ke manca negara dengan
uang banyak serta kesehatan yang
paripurna, mengawini gadis-gadis Eropa, itulah kenikmatan dunia. Dan tiadalah
kenikmatan dunia kecuali kesenangan yang memperdayakan (mata'ul ghurur). Dan
tiadalah kenikmatan dunia kecuali kesenangan yang sedikit (mata'un qalil).
Ini
lah dosa hakikat, dosa hakikat ada dua:
- Hubbud dun-ya wakarahiyatul maut.
- Asy-syirku billah.
Jejaring dunia sosialita berwajah ilmiyah dan amaliyah syariat semu
telah membombardir kawasan hakikat dan menyimpanan mutiara yang terletak di
hati. Tersisih kajian hakikat karena dominasi dzahir ilmi dan amali semakin
mencengkeram kuat.
Net working untuk tampilan etalase benda-benda kebendaan semakin memukau,
mall-mall didirikan, bahkan masjid sekarang pun kualitas bangunan dan isi
jama'ah dan pengunjungnya bermental
hampir-hampir mirip. Orang-orang yang ke mall arah hati mereka adalah cinta
dunia (hubbud dun-ya), kemudian orang-orang yang ke masjid pun arah hati mereka
adalah cinta dunia (hubbud dun-ya). Orang yang hubbud dun-ya pasti karahiyatul
maut (benci kepada kematian). Hukum psikologi nya seperti itu, cinta lawan
benci, dua kondisi yang terkumpul dihati; cinta dunia-benci mati, ingin
hidup-tidak ingin mati.
Orang yang ketiadaan cinta kepada Allah SWT pasti dengan mudah
mempersekutukan Allah SWT atau selingkuh dalam beribadah kepada Nya, tidak dia
ucapkan tapi dia lakukan kesyirikan berupa percaya kepada benda-benda
mengandung keramat atau secara hati (qalbu) ada dua cinta, ada tiga cinta, ada
empat cinta, ada lima cinta dan nama-nama cinta yang menyita ucapan, perbuatan,
perhatian, puji dan pujaan hatinya. Larilah Allah SWT dari hatinya, itulah hati
yang selalu bergembira dengan keadaan suka, hati yang cemas terhadap masa depan
dunia keturunan dan dunia kekayaan, dunia hati yang takut dan sedih
ditinggalkan oleh orang-orang terkasih, goyah tiada tempat berpijak dan tiada
tali tempat berpaut.
Ibadah shalat kepada Allah SWT yang mengambil bentuk syariat berupa rukun qauli (perkataan) segera mengiringi bentuk thariqat berupa rukun fi'li (perbuatan) dan keseluruhan mentalitas shalat mengalami hakikat shalat berupa hadir hati kepada Allah SWT dalam shalat (qalbu shalat) pada ikut-serta yang tidak terlepas dari hakikat-hakikat yang shalat; menyalatkan dan dishalatkan. Mensyahadatkan dan disyahadatkan, menyalatkan dan dishalatkan, mempuasakan dan dipuasakan, menzakatkan dan dizakatkan, menghajikan dan dihajikan, mengumrahkan dan diumrahkan untuk mencapai rasa ini dan mengosongkan diri kedirian dan meniadakan aku keakuan perlu waktu latihan rohani dan rabbani berpuluh tahun, hanya untuk menghilangkan aku yang syahadat, aku yang shalat, aku yang puasa, aku yang zakat, aku yang haji. Ibarat biji dan buah. Orang yang mengaku masih diri yang shalat dan orang yang mengaku masih diri yang puasa, ibarat biji yang telah mati sebelum berbuah. Mengaku diri sendiri yang kuasa taat itulah Iblis yang di hatinya tersimpan dengki kepada Allah SWT, dengki kepada Nur Muhammad SAW yang terdapat pada diri Adam.
Untuk sebenarnya shalat syariat tetap pada syariat yang habis pada unsur jasmani-syariati yang
memperdebatkan sayyidina atau tidak pakai sayyidina dalam bacaan syariati
tahiyat akhir, pakai fil 'alamin atau tidak pakai fil 'alamin, pakai qunut
shalat subuh atau tidak pakai qunut dalam shalat subuh, do'a iftitahpun ada
jamak versi: Allahumma ba'id atau Allahu akbar kabira, pakai wabihamdih atau
tidak pakai wabihamdih dalam ruku' dan sujud, atau pakai subhanallah,
walhamdulillah, allahummagfirli, atau yang afdhal pembacaan surah pada malam
Jumat; surah Al-Kahfi kah, atau surah Yasin kah, dan sebagainya. Perdebatan
syariati tahiyat, do'a, qunut bukan bacaan-bacaan syariati yang sampai
kepadaNya, selamanya tidak akan sampai, sebab itu materi berupa unsur tubuh
bumi yang terdiri atas daging dan darah, bukan taqwa.
Janganlah kita seperti orang Yahudi yang sangat jasmaniah
(orientasi materi) dan janganlah kita seperti orang Nasrani yang sangat
rohaniyah (orientasi immateri) yang dalam Islam mengambil kajian syariat dzahir
dan ada pula yang mengambil kajian hakikat batin. Dua haluan ini pun terbagi
atas dua arus besar pemikiran, pergerakan, perhimpunan yaitu ahlul dzahir dan
ahlul bathin. Supaya tidak gagal paham dan tidak sampai keliru pikir sangat
perlu kajian syariati dan kajian hakiki pada seluruh tubuh dan badan ketaatan,
khawatir pincang dan gagal kajian. Bacaan-bacaan syariat tidak bisa menembus
langit hakikat, karena bacaan-bacaan telah disambar Iblis sebelum menaiki
tangga-tangga syariah, thariqah, haqiqah (proses tarqiyyah). Menjadikan ibadah
banyak yang tidak sampai kepada Allah SWT. (Wallahu a'lam)
Komentar
Posting Komentar