AL USMANIYAH 10
AL-USMANIYAH 10
RAHMAT DAN ADAB
Ma’ruf Zahran
Al-Usmaniyah 10 merupakan uraian kajian pamungkas atau penutup dari
9 sajian Tauhidiyah Ahadiyah. Untuk pembaca kalangan seperguruan, tema rahmat
Allah SWT diturunkan dari keagungan bait-baitNya, dawat-dawatNya, ayat-ayatNya,
surat-suratNya menggelinding kilauan cahaya dan cahaya, hamparan cahaya
memandang cahaya, sungguh banyak cahaya, tetapi akhirnya hanya ada Esa cahaya
Nya, Esa memandang Esa. Barang siapa yang wala', wala' artinya kepatuhan kepada
wilayah kewalian (pemimpin) dan barra', barra' artinya kebaktian kepada wilayah
kewalian (pemimpin). Wilayah kepemimpinan (wilayatul wali) itu tiga: Allah,
Rasulullah, orang-orang yang beriman
(Waliyullah Al-Mahfudz). Tiga serangkai ini yang dipatuhi, yang dipanuti, yang
dituruti, yang diikuti, adalah mereka yang mengikuti ketiganya: "fainna
hizballahi humul ghalibun," artinya: maka sesungguhnya mereka telah masuk
ke dalam kelompok pasukan Allah (hizbullah), mereka menang (di dunia dan di
akhirat). Hendaknya carilah gurunda, handai, taulan, sahabat kemudian berjalan
bersama menuju Tauhidiyah Ahadiyah dengan jejak perjalanan hati rohani, bukan
dengan jejak perjalanan kaki jasmani. Rahmat dari Allah SWT berupa kekuatan
berjamaah (quwwatul jama'ah) tidak bisa dilakukan dengan sendiri-sendiri.
Lebih-lebih di era sekarang, sangat diperlukan kekeluargaan,
kekerabatan, sesama sahabat untuk saling mengingatkan, setiap hari kita
digempur dengan tawaran enak duniawi yang membutakan mata hati diri batin.
Tawaran-tawaran hidup seperti orang-orang yang telah Kami palingkan dari
hidayah. Untuk memenuhi napsu, banyak manusia yang berhutang untuk memenuhi
selera makanan, selera minuman, selera pakaian. Maka, nikmat dzahir-batin
adalah saat insan bisa berguru dan bergabung berjama'ah ikatan berjanji setia
seperti sahabat Yastrib (sekarang Madinah) kepada Allah SWT, Rasulullah,
keluarga dan umat Rasulullah SAW yang akan hijrah ke Yatsrib sebuah ikrar janji
setia, sehidup-semati, bay'atur ridhwan (ikrar janji setia), ikrar 1, ikrar
2. Dua kali perjanjian di waktu yang
berbeda, di tempat yang sama. Sebagaimana firman Tuhan yang Esa dalam surah
Al-Fath (48) ayat 10: "Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu
(Muhammad), seseorang mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas
tangan-tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janji, maka sesungguhnya
dia melanggar janjinya sendiri, dan barang siapa menepati janjinya dengan
Allah, maka Dia memberi pahala yang besar."
Mereka berjanji kepada Allah dan Rasulullah SAW untuk membela Rasul dan kaum muslimin dari golongan Anshar (bay'at ridhwan). Ayat tersebut terealisasi pada sejarah di ayat 18 surah Al-Fath: "Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, lalu Dia memberi ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat."
Rahmat Allah SWT yang maha luas selalu tercurah kepada alam semesta. Untuk kepentingan tulisan ini sebagai posting ke 10 kitab perdana dari media center Al-Usmaniyah memuat dua rahmat, yaitu rahmat syariat dan rahmat hakikat yang diperuntukkan bagi dua alam semesta, rahmat syariat untuk alam semesta dzahir, dan rahmat hakikat untuk alam semesta batin.
Walaupun keduanya berbeda, ada syariat, ada hakikat, ada dzahir, ada batin, tetapi Esa. Sebab bersumber dari segala sumber Esa, tidak dua, tidak jamak. Jika mufrad masih ada bacaan angka bilangan atau tulisan angka bilangan, maka mufrad adalah satu (esa) majazi. Arti esa majazi adalah ada bayang- bayang setelah mufrad. Apa yang setelah mufrad (sendiri) adalah mutsanna (menunjukkan dua), bila tiga dan seterusnya dianggap sudah banyak (jamak). Mufrad, mutsanna, jamak adalah hurup, nama dan makna, sedang Esa bukan hurup, bukan nama, bukan makna, itulah sejati-jati, semurni-murni Tauhidiyah Ahadiyah yang berthariqah Ikhlasiyah berdasarkan surah Al-Ikhlas ayat 1: "Katakan (Muhammad) Dia Allah Ahad." Dengan berharap rahmat Allah SWT, literasi ini mengusung:
A. Rahmat
syariat pada alam semesta dzahir.
Rahmat syariat pada alam semesta dzahir ini tidak lain adalah Nur
Muhammad Rasulullah SAW. Telah Dia titipkan perbuatan Nya, nama Nya, sifat Nya
sehingga menjadi ta'yin (nyata) bisa dicontoh bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, serta banyak mengingat Allah (baca: Al-Ahzab:21).
Semula jadi alam semesta ini awalnya gelap (al-kaunu dzulmun), menjadi
bercahaya dengan cahaya Muhammad SAW (binnuri Muhammad SAW). Nur Muhammad SAW
itulah rahmat, rahmat itulah Nur Muhammad SAW, sebagai yang telah Ar-Rahman
kalamkan: "Dan Kami tidak akan mengutusmu (Muhammad) kecuali rahmat bagi
sekalian alam." (Al-Anbiya' :107).
Salam dan shalawat adalah seutama-utama sebutan, baik secara jahri,
khafi, sirri. Langit, bumi, matahari, bulan, siang, malam, manusia, malaikat
bahkan: "Sesungguhnya Allah dan
para malaikat Nya bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman,
bershalawat lah kepadanya, dengan salam dan shalawat dengan penuh
penghormatan." (Al-Ahzab:56).
Setelah mengetahui rahmat syariat bersumber dari Allah SWT yang
kemudian ditiupkan Nur Allah SWT kepada Nur Muhammad Rasulullah SAW terjadilah
alam semesta berwujud tubuh kasar alam yang bersifat 'adam, 'adam artinya
tiada, kemudian ada karena dijadikan ada, atau adanya alam karena diadakan.
Tingkatan (thabaqat) yang harus diimani pada proses penciptaan alam semesta.
Allah, Muhammad, Alam, ketiga martabat yang saling memuji, puncak
pujian hamdalah: Alhamdulillahirabbil 'alamin, segala puji bagi Allah Rabb alam
semesta. Nur Muhammad pun alam, Adam pun alam, alam bersifat kesementaraan, dan
mutlak kekurangan. Tetapi dari sekian jamak jumlah ciptaan Allah SWT yang
paling sangat termulia adalah Nur Muhammad Rasulullah SAW. Ciptaan yang paling
disayangiNya, ciptaan yang paling dicintaiNya, ciptaan yang paling dikenalNya,
ciptaan yang paling dirindukanNya, ciptaan yang paling diutamakanNya, ciptaan
yang paling dipentingkanNya, bahkan lebih dipentingkannya daripada diriNya
sendiri, sungguh mulia Nur Muhammad disampingNya, sambil Dia memanggil,
"antal amin, mendekatlah, mendekatlah" (dengan suara lembut Tuhan). "Tuhan
menciptakan Thaha dengan cahaya yang didalamnya kehormatan. Dia menyerunya:
Mendekatlah wahai sang terpilih, engkau terpercaya. Ketika dia naik ke Baitul
Makmur, dia menjadi imam shalat. Dan mendekatlah dia kepada Tuhannya yang maha
perkasa lagi maha besar." (Terjemah shalawat Antal Amin).
Bentuk kasih sayang Allah SWT kepada Nur Muhammad Rasulullah SAW
adalah Dia ciptakan alam semesta raya dari Nur Muhammad Rasulullah SAW (Nur
kekasihNya), supaya sewaktu Dia terpandang kepada alam semesta terpandang
walaupun sedikit terdapat Nur kekasih Nya, dengan cara pandang demikian, Dia selalu
mencurahkan kasih, sayang, cinta dalam pelukan dan dekapanNya, ya Rabb, ya
Rabb, ya Rabb, ya Arhamar-rahimin, irhamna bijahi Nabi Muhammad SAW (wahai yang
maha penyayang diantara yang menyayangi, sayangi kami dengan pangkat Nabi
Muhammad SAW).
Disinilah terbongkar rahasia kenapa ummat yang hadir setelah Datuk Baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW diutus sebagai Rasulullah SAW utusan Tuhan, orang-orang kafir, munafik, musyrik, dzalim tidak langsung Allah SWT siksa di dunia, karena unsur alam semesta dzahir mengandung kadar Nur Muhammad walau dalam kadar Nur Muhammad yang jumlahnya sedikit. Pemimpin Jama'ah Tauhidiyah Ahadiyah yang terhormat Gurunda Syekh Haji Usman bin Melek Al-Muqaddas rahimahullahu ta'ala 'anhum waushulihim wa furu'ihim ahlu min ahlil jannah berkalam: "Unsur bumi pun mengandung Nur Muhammad, anasir tanah adalah gelap tanpa Nur Muhammad SAW, begitu juga anasir air, api, angin adalah gelap ketika ketiadaan Nur Muhammad SAW, ketiadaan Nur Muhammad SAW adalah tanah yang mati, air yang mati, api yang mati, angin yang mati. Dalam arti tanah, air, api, angin tidak bisa lagi mendatangkan manfaat, malah mudharat." Syekh Ahmad Ibnu Athaillah As-Sakandari (wafat, Mesir, 709 H), pengarang kitab Al-Hikam (shahibul Hikam) menyebut dengan istilah ni'matul ijad. Ni'matul ijad adalah nikmat penciptaan dari unsur-unsur alam semesta yang dzahirat tadi. Itulah sebabnya mengapa orang yang bershalawat adalah bershalawat kepada dirinya sendiri, karena dalam dirinya telah ditiupkan jiwa dan raga dengan Nur Muhammad SAW sejak dari alam rahim, alam kandungan. Diri yang menyimpan Nur Muhammad.
Mengaktifkan Nur Muhammad dengan salam dan shalawat artinya sama
dengan salam dan shalawat kepada diri. Diri yang mengimani, menyalami dan
menshalawati Nur Muhammad tiadalah diri disentuh api neraka. Sebab dalam Nur Muhammad SAW terdapat sir (rahasia) Allah
SWT. Rahasia Allah dalam shalawat Nur Muhammad SAW, Allahumma shalli 'ala
Muhammad, sirrullah. Sir adalah rasa, rasa Iman sama dengan cahaya Iman, cahaya
Iman itu adalah tauhidul af'al Allah (keesaan perbuatan Allah), tauhidul
asmaullah (keesaan nama Allah), tauhidush shifatullah (keesaan sifat Allah),
tauhidudz dzatullah (keesaan dzat Allah). Nur Muhammad juga berisi rahasia
Islam (sir Islam) yaitu rasa berislam, rasa berserah diri, rasa pasrah diri,
rasa rendah hati. Nur Iman dan Nur Islam adalah Nur Muhammad Rasulullah SAW.
Dengan kata lain, pemilik Nur Islam dan Nur Iman telah Allah SWT
delegasikan (wakilkan) dengan khalifahNya di dunia dan di akhirat. Muhammad,
jika engkau ridha, maka Akupun ridha, jika engkau senang, maka Akupun senang,
jika engkau bahagia, maka Aku pun bahagia. Benar, ridha, senang dan bahagia
kekasihKu adalah keridhaan, kesenangan dan kebahagiaanKu yang sebena-benarnya.
Sebaliknya jika kekasihKu marah, kekasihKu murka, adalah Aku (Allah SWT) lebih marah dan murka kepada orang-orang yang dimarahi dan dimurkai kekasih Ku, Rasulullah SAW.
Alam semesta dzahir ini duplikat kekasih-sayangan Allah SWT kepada
Nur Muhammad Rasulullah SAW. Nur Muhammad Rasulullah SAW adalah Nur kecintaan,
Nur kekasih-sayangan, Nur kemurahan, Nur kemaafan. Orang-orang yang aktif Nur
Muhammad dalam dirinya adalah pemimpin, pengarah, pembimbing yang ramah tanpa
marah.
Orang yang ketiadaan iman, ketiadaan salam dan shalawat kepada Nur
Muhammad adalah sama dengan orang-orang yang mati raga dan mati rasa dalam ilmu
Allah SWT. Maksudnya, unsur bumi yang terdiri atas tanah, air, api, angin yang
Allah SWT ciptaan menjadi mata, lalu mata memandang kepada seluruh ciptaan
dengan keyakinan bahwa disebalik ciptaan Tuhan yang tampak ma'rifatNya
tersembunyi Nur Muhammad. Betapa agung dan mulia Allah SWT menyembunyikan Nur
Muhammad kekasihNya, sehingga banyak orang-orang yang belum mengimaninya, dan
telah wafat sementara belum sempat memahami Nur Muhammad.
Unsur alam semesta dzahir bumi yang mendapat rahmat syariat
diantaranya telinga. Telinga yang beriman kepada Nur Muhammad SAW adalah
telinga yang respon mendengar bahwa suara kokok ayam di subuh hari, kicauan
burung, desiran air sungai, gelombang air laut yang mengamuk, gelombang udara dan apa-apa yang dirahasiakan
adalah kumandang shalawat yang saling bersahutan sebagai tanda Nur Muhammad
yang sedang hidup dan hadir di alam semesta syariat. Sebaliknya, telinga yang
tidak beriman, atau telinga yang tidak mendengar salam dan shalawat alam kepada
Nur Muhammad adalah telinga yang memiliki tutupan (wafi adzanihim waqra)
sehingga tidak mampu mendengar suara panggilan hidayah. Wilayah lisan pun demikian juga, secara jahri
berlafal shalawat, bertulis shalawat, shalawat yang dibaca dan shalawat yang
ditulis bertuliskan Nur Muhammad. Kulit yang diciptakan Tuhan akan merespon
tatkala terbetik Nur Muhammad dalam getaran jiwa, kulit merinding saat mendengar ayat-ayat Allah SWT pertanda kulit yang hidup bersama Nur Muhammad SAW. Lalu lidah merasa, ada Nur Muhammad pada gula
sehingga gula terasa manis, ada Nur Muhammad pada cabek sehingga cabek terasa
pedas, ada Nur Muhammad pada garam,
garampun terasa asin, ada Nur Muhammad pada racikan obat yang diambil
dari tumbuhan alam, obat pun terasa pahit. Rasa manis, pedas, asin, pahit yang
memberi rasa adalah Nur Muhammad yang hidup. Sungguh, makhluk yang namanya
manis, pedas, asin dan pahit sebenarnya tidak ada nama dan tidak ada sifat,
sebab kekasih-sayangan Allah SWT kepada Nur Muhammad yang berlimpah-limpah, Dia
Al-Hafidz memberikan nama, sifat, dan rasa. Disinilah rahasia penciptaan alam
semesta dzahir. Minimal lima alat yang bekerja setiap hari tanpa henti di alam
semesta berkat Nur Muhammad SAW. Indera mata yang melihat, lalu mulut
berkomentar terhadap apa yang dilihat, telinga dalam posisi mendengar komentar,
timbul rasa untuk merasakan apa yang dikomentari, komentar menyenangkan
dan menyusahkan, lalu keseluruhan tubuh pun merespon, sebab seluruh tubuh
dilapisi kulit, rasa takut kemudian mengantar kepada kulit, maka kulit bergetar.
Pada tubuh kasar alam semesta telah Allah SWT perlihatkan dan perdengarkan
betapa Nur Muhammad bekerja, apakah kamu masih mendustakan utusan Ku (Nur
Muhammad)?
Secara syar'i atau peraturan Allah SWT yang berlaku adalah rahmat
alam semesta karena keberadaan Nur Muhammad. Lalu bernama dan bersifat alam
semesta dengan nama dan sifat Nur Muhammad. Bernama baik, benar, indah. Tanpa
kehadiran Nur Muhammad yang dihadirkan Allah SWT tiada alam semesta ini. Alam
semesta merupakan bukti kecintaan Allah SWT kepada Nur Muhammad. Merusak alam semesta sama dengan merusak ciptaan Nya, berdasarkan surah Al-Qasas (28) ayat 77: "Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu tentang negeri akhirat, dan jangan lupakan nasibmu di dunia, dan berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan kamu berbuat kerusakan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Jangan pula berbuat kerusakan pada diri sendiri, diri sendiri juga
anugerah kasih sayang Allah SWT. Dengan kasih sayangNya, Dia sempurnakan
ciptaan mata, mata dititipkan oleh Nya dengan titipan Nur Muhammad SAW, lalu
mata bisa melihat. Dengan kasih sayang Nya, Dia sempurnakan ciptaan telinga,
telinga dititipkan oleh Nya dengan titipan Nur Muhammad sebagai potensi
mendengar, lalu telinga bisa mendengar, begitu seterusnya, sebagaimana yang
dikaji pada sifat 7. Ma'ani sifat 7,
turun kepada Ma'nawiyah sifat 7. Begitu juga dengan alam semesta dunia
malaikat, dunia jin, dunia hewan, dunia tumbuhan. Cahaya malaikat sebagai
cahaya biasa berasal dari Nur Muhammad, insan, hewan, tumbuhan berasal dari Nur
Muhammad, Iblis juga berasal dari Nur
Muhammad.
B.
Rahmat hakikat pada alam semesta batin.
Rahmat hakikat pada alam semesta batin juga tidak lain dan tidak
bukan adalah Nur Muhammad. Jiwa yang Allah SWT hembuskan kepada alam berasal
dari Nur Muhammad selaku hembusan
pertama dari ruh Ku (Allah SWT). Surah Shad:72 menjelaskan: "Kemudian Aku
sempurnakan ciptaan, maka Aku hembuskan (jiwa) dari sebagian ruhKu, Ku
perintahkan (malaikat) bersujudlah kepada Adam. Bersujud semua malaikat,
kecuali Iblis ..." Sebab Iblis
mendustakan Nur Muhammad yang ada di dalam diri Adam. Nur Muhammad yang ada
pada diri Adam adalah nur ikhlas, nur tawadhu', nur pemaaf, nur pengasih, nur
penyayang, nur pemurah. Nah, Iblis berlawanan dengan nur (jamak: anwar). Iblis
adalah jiwa pendengki, tinggi hati, pendendam.
Rahmat hakikat bukan lagi amaliyah-amaliyah yang sekedar terhenti pada pembacaan doa,
pembacaan shalawat. Pembacaan doa dan shalawat merupakan thariqah (jalan)
terbaik menuju Esa. Dalam bacaan-bacaan tersebut saat awal yang menggerakkan
adalah Dia, selanjutnya hanya ada Dia, Dia, Dia dan Dia saja (diam). Bukan lagi
kata yang hadir tetapi rasaNya yang hadir, bukan raga yang hadir tetapi rasaNya
yang hadir. Dia yang melihat ketika yang dilihat Dia, Dia yang mendengar ketika
yang didengar Dia, Dia yang maha melihat lagi maha mendengar. Tetapi, Dia
berbeda dengan makhluk ciptaan.
Bentangan langit yang tinggi tanpa tiang menunjukkan ada Aku, dan
sekaligus menunjukkan tiada dirimu. Hamparan bumi yang digelar menunjukkan ada
Aku dan sekaligus tiada dirimu. Maksudnya, mampukah kamu sekedar menciptakan
satu suara alam yang berbunyi, suara manusia, suara hewan, suara tumbuhan,
suara malaikat, suara jin, suara langit, suara bumi, suara tanah, suara api,
suara angin, suara air dan bisakah suara itu dipahami? Penghadiran rasa di
dalam sifat Allah SWT dan juga penghadiran rasa di dalam asma' Allah SWT.
Sesungguhnya rasa (Nur Muhammad) merasa
bahwa hanya Allah SWT saja yang maha pengasih selain Dia tidak bisa menyandang
namaNya.
Penghadiran rasa bahwa Dia saja yang kuasa, rasakan adalah Dia yang
bernapas, rasakan Dia yang kuasa berbuat, bekerja, belajar (qudratNya). Rasakan
adalah Dia yang berkehendak (iradatNya). Rasakan adalah Dia yang hidup (hayatNya), sedangkan alam semesta
termasuk diri sendiri adalah mati (maut). Rasakan bahwa Dia yang bisa
mengetahui segala sesuatu (ilmuNya), sedangkan alam semesta adalah bodoh
(jahil). Rasakan bahwa yang melihat
adalah Dia (basharNya), sedangkan alam adalah buta ('umyun). Rasakan bahwa yang
mendengar adalah Dia (sama'Nya), sedangkan alam adalah tuli (shummun). Rasakan
bahwa yang berbicara adalah Dia (kalam), sedangkan alam adalah bisu (bukmun).
Merasakan namaNya Al-Malik, maha raja bahwa tidak ada maha raja
yang adil di dunia dan di akhirat, kecuali Dia Al-Malikul Adil. Merasakan
namaNya, Al-Quddus, tidak ada seorang pun, barang apapun yang Al-Quddus,
kecuali namaNya, Al-Quddus, maha suci, dan seterusnya sampai namaNya yang
ke-99, Ash-Shabur (maha sabar). Menumbuhkan benih-benih rasa bertuhan yang Dia
bertahta penuh pada jiwa dan menyingkirkan kegelapan-kegelapan jiwa. Awalnya
cahaya (Nur Muhammad) telah ada sejak hembusan jiwa pertama. Selanjutnya,
setelah hidup di dunia, cahaya Nur Muhammad telah tertutupi oleh kehidupan
duniawi, maka berkewajiban mengasah supaya terang kembali Nur Muhammad ke dalam
jiwa yang gelap.
Bertahun-tahun kegiatan beragama untuk menumbuhkan rasa beragama
Islam, menumbuhkan rasa berserah diri. Bukan diri yang mengajar, bukan diri
yang belajar, bagaimana diri bisa mengajar? Diri gelap kalau tidak ada Nur
Muhammad, Nur Muhammad inilah induk cahaya-cahaya yang ada di alam dunia, alam
barzakh, alam akhirat dan alam surga.
Artinya,
rahmat hakikat alam batin adalah:
- Ma'rifat af'al.
- Ma'rifat asma'.
- Ma'rifat sifat.
- Ma'rifat dzat.
Latihlah ini sepanjang hayat dikandung jasad, latihlah pandangan
rasa perbuatan, semua perbuatanNya, bukan
menonjolkan perbuatan diri sendiri, latihlah pandangan rasa nama, semua
namaNya, bukan menonjolkan nama diri
sendiri, latihlah pandangan rasa sifat, semua sifatNya, bukan menonjolkan sifat
diri sendiri, latihlah pandangan rasa dzat (diri), semua dzat (diriNya).
Bernilai hidup bukan lama waktu tinggal di bumi, tapi seberapa nilai ma'rifat
kepada Allah SWT dan ma'rifat kepada Rasulullah SAW.
Sampaikan pemahaman kepada Nur Muhammad, jika tidak jangan dulu
mati, kalau bisa memilih. Banyak orang-orang
membicarakan cahaya tapi tidak percaya kepada Nur Muhammad. Urusan mereka di
akhirat tergantung kepada Allah SWT. Sebab kita beriman kepada Nur Muhammad
adalah beliau sang cahaya akan diberi Allah SWT mandat untuk memberi syafaat
yang agung kepada yang percaya kepada Nur Muhammad. Tegas disampaikan supaya
tidak menyesal kemudian, terutama untuk kalangan kekeluargaan dan kekerabatan
Jama'ah Tauhidiyah Ahadiyah. Adapun perjalanan kehidupan di dunia yang masih
tersisa kita lewati, tetap meyakini Nur
Muhammad dan berwasilah, bersalam-shalawat kepada Nur Muhammad. Nur Muhammad
yang diyakini seluruh para Nabi, dari Nabi
Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Berbahagialah Jama'ah Tauhidiyah Ahadiyah
di bawah bimbingan Tuan Guru Haji Usman bin Melek Al-Muqaddas rahimahullah.
Walhamdulillahirabbil 'alamin.
Dengan sabar penulis bercita-cita, berpengharapan kepada Allah SWT
bagi warga dunia petunjuk Nur Muhammad untuk jalan-jalan keselamatan
(subulussalam). Penulis berkeyakinan suatu saat nanti, puluhan atau ratusan tahun
yang akan datang (wallahu a'lam) tiba waktu tulisan Al-Usmaniyah ditorehkan,
digoreskan, dipahat dari dalam hati para pencinta Allah SWT dan Nur Muhammad,
ditujukan kepada orang-orang yang diberi hidayah Nur Muhammad. Indah pada
saatnya, kitab Al-Usmaniyah akan diminati oleh peminat Nur Muhammad, akan
dicari oleh pencari Nur Muhammad. Lalu, karya yang kecil ini, biidznillah wa
biidznillah Rasulillah SAW suatu saat bahkan sekarang ini berkat Nur Muhammad dalam kecerahan perbuatan, nama, sifat dan dzat, telah dibuka fakultas-fakultas kebahasaan asing, dan kitab
Al-Usmaniyah bisa ditrans-literasi pada semua bahasa dunia. Kepada Allah SWT
penulis berharap ridha, kepada Rasulullah SAW penulis berharap syafaat, kepada
Gurunda Haji Usman bin Melek Al-Muqaddas penulis berharap keberkahan ilmu yang
diberikan dan meminta kerelaan, kemaafan, keikhlasan. Kepada sahabat
seperguruan Jama'ah Tauhidiyah Ahadiyah, terimakasih, jazakallah khair telah
bersama dalam menuju rahmat keesaan, dan menjadi sahabat dunia dan akhirat.
Oleh sebab itu, gurunda mulia Syekh Haji Usman bin Melek bin Beddu
Al-Muqaddas rahimahullah menyuruh murid atau salik hakikat untuk bergaul dengan
orang-orang syariat, dalam rangka mencari keseimbangan baik dalam ilmu maupun
dalam amal. Gurunda mengatakan jangan jadi manusia pincang. Artinya,
orang-orang hakikat yang pintar tentang penyakit hati seperti riya', 'ujub,
takabbur menilai orang lain dengan kacamatanya sendiri, sungguh tidak adil!
Ilmu hakikat yang diajarkan gurunda bukan untuk menilai orang lain, tapi untuk mengenali diri yang banyak berbuat dosa, dan untuk menilai diri. Jangan jadikan dalil untuk menilai, membasmi atau melumpuhkan orang lain. Dalil merasa benar itulah sebenarnya hawa napsu. Hawa napsu hanya akan dikalahkan dengan diam dan jangan menilai orang lain.
Untuk tidak sombong dalam menilai orang-orang syariat, dan tidak sombong dalam menilai orang-orang hakikat, disini perlu dibahas adab-adab murid dalam berguru. Berikut akan diulas adab- adab berguru:
C. Adab berguru.
Adab adalah tingkatan di atas, sebab adab sudah berdimensi hubungan
Allah - Muhammad, Muhammad - Allah berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: "Addabani
rabbi, fa ahsana ta'dibi." Artinya: Tuhan telah mengajariku adab, dan Dia
membaguskan adabku. (Riwayat Muslim).
Adalah setiap hari kita berguru, berguru pada jenjang masing-masing
sesuai dengan kesadaran tangkapan pada dimensi ruh, hati, jisim. Ketiga tahapan
umum pendidikan (kulliyatut-tarbiyyah) berjenjang dalam derajat kelas tinggi
yaitu berguru kepada Allah SWT, derajat kelas menengah yaitu berguru kepada
Rasulullah SAW, dan derajat kelas perdana yaitu berguru kepada mursyid ilallah.
Ketiga derajat kelas semuanya bermutu, sebab yang satu akan mengantarkan pada
yang lain. Tiga simpul skuadron ini berlari laju ibarat baling-baling pesawat
yang sedang aktif.
Apa yang dikatakan guru secara teori hakikat belum semua mampu
murid terapkan pada pedoman kehidupan dunia yang sedang tayang hari ini, murid
menjalaninya masih terdapat ketidaksesuaian antara panduan (manual proses)
dengan kenyataan yang murid tampilkan. Sebab, berjenjang dalam tingkat
penulisan, pembacaan, pemahaman,
pemaknaan, pembiasaan, pengalaman, pengamalan, bertingkat pula derajat di sisi
Tuhan, derajat murid atau salik, derajat
arif, dan derajat arif yang arif.
Murid, arif, dan arif yang arif (derajat maqam tawakkal) dalam
tampilan layar kaca kehidupan yang direfleksi dalam penulisan, perkataan,
perbuatan dan perhatian sangat berbeda-beda. Tingkatan (thabaqat) ranah
kewalian menunjukkan mutu (kualitas) dimana mereka berada. Persoalan yang
mereka hadapi sehari-hari adalah persoalan hidup dan mati. Keseharian yang
telah menyita waktu mereka adalah sejati rahmat Allah SWT. Di bawah terdapat
ulasan pembahasan serba sederhana tentang ketiga derajat kaum salikin
(muridin), derajat kaum arifin, derajat kaum arifin yang telah duduk pada maqam
tawakkal (kaum mutawakkilin).
Hidup dan mati merupakan rahmat bagi kaum salikin, maka kaum
salikin meminta kepada Allah SWT agar menunda kematian untuk memperbanyak amal.
Bagi kaum arifin meminta kepada Allah SWT agar dipercepat kematian supaya
segera menemui Allah SWT. Sedang bagi kaum arifin-mutawakkilin adalah terserah
kuasa dan kehendak Allah SWT (dalam
balutan qudrat dan iradatNya) semata.
Untuk mencapai ketiga jenjang ini ibarat bintang satu, bintang dua,
bintang tiga adalah dengan berguru. Tetapi, berguru tidak sebatas berguru,
terdapat adab-adab yang mesti dipatuhi, ditaati bila ilmu dan amal menjadi
berkah.
Adab-adab yang dipatuhi secara umum adalah sama, beradab kepada
Allah SWT Al-‘Alim, beradab kepada Rasulullah SAW Muhammad 'Alim, dan beradab
kepada Mursyid ilallah Abdul 'Alim. Ketiga
derajat kealiman ini murni, suci, tinggi dan mulia. Permulia adab kepada
derajat agung ini menjadi syarat bagi ketercapaian maqam ma'rifatullah billah,
bintang tertinggi di dunia dan di akhirat.
1. Adab
kepada Allah SWT.
Beradab kepada Allah SWT dalam arti mengimani Allah SWT dan tidak
ada keraguan sedikitpun terhadap kuasaNya. Jangan persekutukan Allah SWT, bahwa
hanya Dia yang wujud (ada), selain Dia adalah tiada ('adam). Kemudian, agung
sifat Allah SWT yang maha hidup, sang Al-Hayat menghidupkan segala yang mati
menjadi hidup. Al-Ilmu sumber dari Nya, Rabb, tauhid rububiyyah, Tuhan murabbi,
murabbi artinya pendidik, pengajar, pengasuh, Allah, Tuhan pengajar alam
semesta, Allahu Rabbul 'alamin.
Rabba-yurabbi-murabbi-tarbiyyah merupakan satu akar kata, Tuhan
(Rabb) sebagai pengajar, niscaya seluruh alam semesta menjadi muridnya. Sedang
murid yang menyerap hampir seluruh ilmu dan amal, amal dan ilmu Allah SWT
Al-'Alim adalah Nabi Muhammad SAW. Nur Muhammad SAW merupakan ibu dari seluruh
ilmu pengetahuan yang amaliyah dan amal yang 'ilmiyah, washallallahu 'ala
Nabiyyina Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallim.
2.
Adab kepada Rasulullah SAW.
Berguru kepada Rasulullah SAW mesti beradab. Adab-adab tersebut
diantaranya jangan menyaringkan suara, sehingga suaramu lebih tinggi daripada
suara guru. Tidak boleh memanggil guru dengan sebutan namanya, walaupun murid
lebih tua daripada guru, atau murid lebih pintar daripada guru, tidak
menyinggung perasaan guru, baik menyinggung melalui tulisan, bacaan atau
gerakan, tidak boleh merasa lebih hebat daripada guru, tidak boleh menghina
guru dihadapannya atau dibelakangnya, tidak boleh menuntut yang lebih banyak
dari guru.
Seharusnya adab berguru adalah rendahkan dirimu dan suaramu di
hadapan guru, memanggil guru dengan panggilan yang memuliakan dan menghormati,
membahagiakan guru dengan cara menyimak nasehat dan mengamalkan amalan yang
guru berikan, perlakukan guru dengan perlakuan kasih sayang dan rasa muliakan
(ihtiram). Apalagi berguru kepada Rasulullah SAW dimaknai berguru kepada Nur
Muhammad SAW.
Menetapi dan mengamalkan ajarannya pada nurush-shiddiq (cahaya
kejujuran), nurul amanah (cahaya amanah), nurut-tabligh (cahaya penyampaian),
nurul fathanah (cahaya kecerdasan) yang menjadi sifat wajib diri Nabi Muhammad
SAW. Adapun mengamalkan ajaran-ajaran gurunda mulia Nabi Muhammad SAW dalam
ilmu, iman, amal selaku pemakai cahaya kasih (nurrahman), cahaya sayang
(nurrahim), atau pengamal ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW dari pancaran sifat
Allah SWT seperti cahaya hidup (nurul hayati), cahaya ilmu (nurul 'ilmi),
cahaya kuasa (nurul qudrati), cahaya kehendak (nurul iradati), cahaya
penglihatan (nurul bashari), cahaya pendengaran (nurul sam'i), cahaya
pembicaraan (nurul kalami).
Kalau murid dan salik bergurundakan Nur Muhammad SAW adalah hidup
terus-menerus dalam kenangan nama dan sifat. Apabila Nur Muhammad menyentuh
pada ilmu seseorang, ilmunya tidak pernah kering, bila Nur Muhammad menyentuh pada
sifat kuasa, dengan kuasanya bisa menyejahterakan rakyat, bila Nur Muhammad
menyentuh kehendak, semua kehendak akan lulus, bila Nur Muhammad menyentuh
penglihatannya, maka penglihatan bercahaya pandangan masa lalu, bercahaya
pandangan sekarang, bercahaya pandangan yang akan datang, bila Nur Muhammad
menyentuh pendengaran, maka pendengaran akan bercahaya, bila Nur Muhammad
menyentuh pembicaraan, maka pembicaraan akan bercahaya. Tujuh cahaya sifat
Allah SWT yang turun kepada Nur Muhammad SAW dan menyentuh pada tujuh elemen
dasar pokok manusia, lalu setelah diketahui, diimani, diamalkan selanjutnya
tergantung niat pengamal dan pemakai, silakan ada dua jalan, jalan fujur
(jahat) dan jalan taqwa (baik).
Orang yang taqwa tentu memilih jalan taqwa, maksudnya tidak
berkhianat terhadap amanah ilmu dari gurunda mulia Muhammad SAW. Adapun
penjelasan mengenai bahwa unsur bumipun mendapat Nur Muhammad dan sebagai
langitpun mendapat Nur Muhammad dari unsur langit seperti 'arasy, kursi, lauh
mahfudz, sidratul muntaha, 'illiyyin,
sijjin, jannah, jin, malaikat.
Sebagai yang telah tertulis dalam Al-Quran surah An-Nur (24): 35.
Penjelasan takwil dari ayat tersebut bahwa: "Allah SWT Usul
dari segala sumber cahaya, lalu cahaya tersebut muncul pada lampu (cahaya) yang
tersimpan di dalam kaca, kacanya berkilau seperti bintang-bintang. Sumber nya
dari sumbu yang dinyalakan dari pohon yang diberkahi, zaitun. Pohon zaitun
tumbuh tidak di timur dan tidak di barat, bisa menyala (cahaya) tanpa disentuh
api. Cahaya di atas cahaya. Dengan cahaya itulah (Nur Muhammad), Allah memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan demikian Allah pemberi
pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan
kepada manusia, dan Allah maha mengetahui tiap-tiap sesuatu." Nur Muhammad
SAW pelita besar itu (asal cahaya langit dan bumi) berasal dari Usul cahaya
Allah sebagai tungku besar cahaya. Nur Muhammad SAW yang diibaratkan dengan
lampu di dalam dinding-dinding kristal. Pancaran Nur Muhammad SAW ketika
menyentuh alam ibarat sentuhan permata bintang berkilauan. Maksudnya, saat
menyentuh unsur langit dan unsur bumi. Unsur bumi terdapat pada anasir tanah,
anasir air, anasir api, anasir angin yang bercahaya.
Dengan Nur Muhammad SAW menjadi sifat tujuh maknawiyah Allah SWT,
kemudian hayat menjadi napas hayyun, sifat Allah Al-'Ilmu, lalu menjadi sifat
maknawiyah 'alimun pada diri Muhammad. Pada mata ('ain) bila ber Nur Muhammad
bisa melihat (bashirun), dan begitu seterusnya. Unsur bumi tadi pada hakikatnya
mati (maut), ketika mendapat Nur Muhammad SAW adalah seluruh langit dengan
anasir-anasirnya, dan bumi dengan anasir-anasirnya menjadi terang. Terang bukan
karena warna yang ada pada tanah yaitu hitam, bukan karena warna yang ada pada
air yaitu putih, bukan karena warna yang ada pada angin yaitu kuning, bukan
warna yang ada pada api yaitu merah. Terpandang warna hitam, putih, kuning,
merah adalah karena cahaya (Nur Muhammad SAW) yang terdapat di dalam anasir
tersebut (internal) dan cahaya (Nur Muhammad SAW) yang terdapat di luar anasir
tersebut (eksternal), berdasarkan kaidah: "Al-Kaunu kulluhu dzalamatun ay
'adam," artinya: Alam semesta seluruhnya adalah gelap yang berarti tiada
('adam).
Maksudnya, ruang dinding seperti butiran bintang mutiara berkilauan
tidak nampak indah, baik, benar dan sempurna bila tidak ada Nur Muhammad SAW.
Warna anasir tanah adalah hitam mewujud jasad pada daging, kulit dan bulu,
kemudian mampu bercahaya hitam karena sentuhan Nur Muhammad SAW yang masih ada
padanya. Bila tidak, maka tanah akan mati atau negeri yang mati (baladin
mayyit).
Adapun anasir (elemen) dasar air berwarna putih mewujud jasad
berupa seluruh nutrisi air yang disimpan di dalam tubuh, Nur Muhammad yang masuk dan keluar yang
disyahadati, dishalati dan dishalawati dalam makna hakikat. Bercahaya yang
diminum dan bercahaya yang keluar, sungguh agung fakta penciptaan Nur Muhammad
SAW sebagai asal dari seluruh benda-benda semesta. Anasir dasar angin berwarna
kuning yang mewujud jasad pada napas, tulang dan sumsum, sedang anasir dasar
terakhir adalah api yang berwarna merah, ketika mewujud menjadi jasad berupa
darah. Inilah kata gurunda mulia Syekh Haji Usman bin Melek bin Beddu
rahimahullah hafidzahullah yang harus didzikirkan dalam bentuk dzikir tubuh
(kullu jasad), dzikir hati, dzikir napas, dzikir nyawa.
3.
Adab kepada guru mursyid ilallah.
Ulama, guru, mursyid, da'i ilallah adalah cahaya-cahaya langit dan
bumi, mereka laksana bintang-bintang petunjuk perjalanan (kannujumi), mereka
laksana matahari yang setia menyinari (kasy-syamsi), mereka laksana bulan
dengan sinar lembut tetapi mengatur pasang-surut lautan dan penentu penanggalan
hisab dan rukyat (kalqamari). Guru laksana langit (kassamawati), guru laksana
bumi (kal-ardhi).
Memperhatikan betapa alangkah mulia sang guru, maka wajib untuk
memuliakannya, memperhatikan betapa alangkah terhormat sang guru, maka wajib
untuk menghormatinya, walau hanya satu alif yang diajarkan. Atau, guru yang
mengajarkan Bismillah, mereka mulia karena menjadi pewaris Nabi Muhammad SAW.
Sebagai uraian penutup akan mengetengahkan betapa penting Nur
Muhammad untuk diimani sebelum maut datang mengitari. Gurundapun telah
berwasiat mengimani Nur Muhammad, bersyahadat kepada Nur Muhammad,
bershalawat kepada Nur Muhammad dan
dengan Nur Muhammad SAW disampaikan dan tersampaikan kepada Allah SWT. Sebagai
yang telah Dia kabari dalam surah An-Nur (24) ayat 35 (bacalah dan renungkanlah
dengan hati). Semoga seluruh serumpun, setubuh sehimpun, sehati sejati Jamaah
Tauhidiyah Ahadiyah bersama di dalam surga Rasulullah SAW dan setiap hari
memandang Allah SWT Al-Ahad, insya Allah SWT.
Berkat tirakat duduk mengaji berjam-jam dalam menimba hikmah
gurunda mulia, tersusun kata demi kata, kalimat demi kalimat, bab demi bab
mewujud penamaan Al-Usmaniyah 1 sampai 10. Semoga Allah SWT selalu meridha dan
Rasulullah SAW meridha sebagai jembatan penghubung (wasilah) bagi seluruh
Jamaah Tauhidiyah Ahadiyah dari generasi ke generasi sebagai warisan yang bisa
dibaca ulang, dikaji ulang, dan dirasakan.
Allahumma shalli wa sallim 'ala nuridz dzati, wasirrissari, wafi jami'ish-shifati wal asma'. Allahummaj 'al akhira kalamina 'indantiha' ajalina biqauli Lailahaillallahumuhammadurrasulullah kalimatu haq. 'Alaiha nahya, wa 'alaiha namut, wabiha nub 'atsu insya Allahu Ta'ala birahmatihi wakaramihi minal aminina wal maqbulin. Subhana rabbika rabbil 'izzati 'amma yashifun. Wasalamun 'alal mursalin. Walhamdulillahirabbil 'alamin. (Ya Allah sampaikan shalawat dan salam kami kepada Nur Muhammad Nur Dzat, dan rahasia di dalam tutupan rahasia, dan dalam seluruh sifat dan nama (Nur Muhammad SAW). Kami bermohon kepada Mu ya Allah, bentangkan kemudahan kasih Mu di penghujung hala napas kami, ajal detik terakhir meninggalkan dunia fana dengan kalimat Lailahaillallahumuhammadurrasulullah (sempurna kebenaran kalimat). Kalimat kesaksian dan menyaksikan yang dengan seluruh kemuliaan syahadataini kami hidup, kami mati, dan kami dibangkitkan dengan kehendak Allah Ta'ala yang maha tinggi, kabulkan ya Rabb, terima kasih ya Rabb. Maha suci Tuhanmu, Tuhan yang maha perkasa dari apa-apa yang tidak pantas mereka (orang-orang) musyrik sifatkan padaNya. Dan salam keselamatan atas utusan-utusan. Dan segala puji bagi Allah (Rabb) Tuhan yang mendidik alam semesta. Subhanarabbika rabbil 'izzati 'amma yashifun wasalamun 'alal mursalin. Walhamdulillahirabbil 'alamin. Wallahu a'lam, ahlam, ahkam, wa-arham. Ya Arhamarrahimin, irhamna ya Arhamarrahimin, ya Akramal-akramin, ya Mujibassa-ilin, ya Sami', ya Bashir.
Komentar
Posting Komentar