KATA PENGANTAR TAUHIDIYAH AHADIYAH
Kata Pengantar
Alhamdulillah rampung tulisan yang akan dicetak secara digitalisasi
dan manualisasi buku setelah rangkai tangkai kata merajut menjadi kalimat
kalimat menjadi bagunan alenia, bangunan alenia menuju (be coming) gedung buku,
gedung buku terdapat jendela-jendela ilmu pengetahuan.
Terdapat 16 literasi memuat tulisan teks mengarah kepada keesaan
Allah SWT Al-Ahad merupakan penciri buku Tauhidiyah Ahadiyah. Nama Tauhidiyah
Ahadiyah adalah berawal dari pengajian dzikir shalawat dan doa Arasy yang
didirikan oleh Tuan Gurunda Syekh Mursyid Murabbi billah Haji Usman bin Melek
bin Beddu Al-Muqaddas, lalu oleh penulis, nama pengajian tersebut dikutip
sebagai nama buku ini, setelah sukses maktabah yang mendahuluinya, buku
Al-Usmaniyah. Pendalaman dari buku Al-Usmaniyah terdapat di dalam buku ini.
Literasi Tasawuf yang berawal dari mengenal Allah SWT dan berakhir kepada
mengenal Nya lagi. Putaran Allah, Muhammad, Adam dan Adam, Muhammad, Allah
bagian corak yang sangat kental dalam
tulisan Tauhidiyah Ahadiyah. Dalam liputan syariat dan hakikat tulisan
berkesinambungan pada alam dzahir beserta alam batin. Jalan keselamatan yang
tersampaikan kepada keesaan. Artinya, mengenal Allah di awal agama dan mengenal
Allah di akhir agama. Bertujuan berjumpa dengan Allah SWT di awal, kemudian
berjumpa dengan Allah di akhir, berjumpa secara dzahir dengan Adz-Dzahir dan
berjumpa secara batin dengan Al-Batin, dan Dia terhadap sesuatu maha
mengetahui. "Dia Al-Awwal, Al-Akhir, Adz-Dzahir, Al-Batin, Al-'Alim pada
tiap-tiap sesuatu." (Al-Hadid:3). Untuk kepentingan pemahaman yang
berproses menjadi kepahaman yang sebenarnya, keyakinan yang sejatinya, penulis
susun dalam beberapa naskah:
Naskah
I. Hijrah.
Naskah
II. Surga dan Neraka.
Naskah
III. La Huw illa Huw.
Naskah
IV. Kemerdekaan.
Naskah
V. Nur.
Naskah
VI. Kitabullah.
Naskah
VII. Dia bukan Nama.
Naskah
VIII. Tersurat-Tersirat.
Naskah
IX. Maulid.
Naskah
X. 10 Asyura dan 17 Agustus.
Naskah
XI. Esa.
Naskah
XII. Qidam.
Naskah
XIII. Baqa'.
Naskah
XIV. Fana'.
Naskah
XV. Tingkatan.
Naskah
XVI. 3 T.
Menyajikan 16 naskah berkat kemurahan Allah SWT dan Rasulullah SAW,
sungguh diri penulis yang tidak memiliki apa, hanya bisa bersyukur kepada Allah
SWT dan Rasulullah SAW. Dan menghaturkan ribuan terima kasih, jazakallah khair
dipersembahkan kepada Tuan Guru Haji Usman bin Melek bin Beddu Al-Muqaddas
sebagai murabbi dan mursyid yang telah menunjuki penulis kepada jalan Nya,
Allah SWT dan Muhammad SAW. Gurunda selain sebagai pendiri majelis Jamaah
Tauhidiyah Ahadiyah (JTA), juga sebagai pengasuh, pembimbing dan pendidik JTA.
Terhatur hamparan terimakasih tulus kepada Ryan Fernanda, S. Pd
disela-sela menit perbaikan proposal tesis S-2 nya dan terbagi perhatian kepada
istri dan anak, keduanya telah ikut menyemangati Ryan menyelesaikan tesis. Ryan
masih dapat memberikan porsi sebagai juru ketik dan editor dalam
tulisan-tulisan yang penulis tulis. Jazakallah khair untuk Ryan sekeluarga.
Kepada ayahnda H. Zahran dan Hj. Barkah, dua insan yang sangat
berjasa bagi diri penulis, moga Allah SWT menumpahkan sebesar-besar rahmatNya,
semurni-murni cintaNya, seagung-agung karuniaNya, semulia-mulia ampunanNya,
keduanya telah berada di jannah baitul arwah. Tertadah kedua belah tangan dan
tertunduk satu hati untuk saudara kandung yang telah mendahului, H. Muhammad
Thamrin bin H. Zahran, mudahan Allah SWT mudahkan memasuki jannah dan rukyah
(memandang) Tuhan di dalam surga yang mengalir mata air sungai-sungai dan
kolam-kolamnya.
Bagi insan-insan berjasa dan mulia, tidak bisa penulis tuliskan nama mulia sang gurunda, sahabat, handai, taulan, keluarga yang dekat dan keluarga yang jauh serta seluruh ummat Muhammad SAW sedunia, kecuali do'a, ampuni mereka ya Allah ya Mujib baik yang masih hayat maupun yang telah wafat. Semoga tulisan sederhana ini menjadi jembatan sayang, menjadi tali kasih, menjadi dawat tinta perindu dalam lubuk sosok perawat (rauf) dan sosok penyayang (rahim). Sosok yang selalu datang, hadir dan menetap di hati. Muhammad Rasulullah SAW.
Penulis sebagai insan yang dhaif, lupa, lengah dan
lalai, masih dalam tahap belajar memohon maaf batin dan lahir atas kesalahan
yang tersirat dan yang tersurat, memohon ampun kepada Allah SWT ketika salah
dalam memahami Nya, sebab Dia maha benar (Al-Haq), memohon ampun kepada Allah
SWT ketika keliru dalam memuliakan Nya, sebab Dia maha mulia (Al-Majid),
memohon ampun kepada Allah SWT saat lupa mengingat nama Nya, sebab Dia maha
menyaksikan (Asy-Syahid). Selalu berharap kepada Allah SWT dan Rasul-Nya,
Muhammad SAW untuk menjadi semakin dekat, dan semakin fana' dalam Ahadiah.
Amin. Pontianak. Kamis, 27 Muharram 1444 H. 25 Agustus 2022. (Al-Faqir ila
rahmatillah, Ma'ruf Zahran).
Dokumen Tauhidiyah Ahadiyah merupakan kumpulan naskah yang suatu
saat akan dijadikan referensi bagi insan pembelajar, pemerhati, pencinta, dan peminat dunia batin
Tasawuf dan dunia dzahir Adab. Adab dan Tasawuf ibarat sepasang pengantin baru
yang sedang berbahagia. Minimal, kajian duduk berjam-jam dengan Gurunda Syekh
Mursyid Murabbi Haji Usman bin Melek bin Beddu Al-Muqaddas dapat terarsipkan
dan terdokumentasikan baik dalam bentuk digital dan manual, dalam bentuk warkah
(Arab: Warqah). Warkah artinya kertas yang berisi tulisan sebagai bacaan bagi
generasi yang akan datang, sebab dokumen ilmu yang terhimpun -insya Allah-
tidak menjadi limbah. Minimal sebagai
dasar pijakan yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai kekuatan hujjah (dhabit)
secara tulisan dan hapalan. Mengingat, karya-karya shufi internasional,
nasional dan lokal harus disebar-luaskan dari zaman ke zaman. Setiap zaman
memiliki identitas bahasa budaya yang mempengaruhi gaya bahasa (uslub)
setempat. Penerjemahan, pensyarahan kitab-kitab warisan shufiyah secara
terus-menerus dan berulang (mustamirah) dilakukan untuk memberikan kecerahan
dan kepahaman bagi ummat-ummat yang hampir kepadaman dan kehilangan api suluh.
Penyalaan api suluh Tasawuf tersebut harus dengan bahasa kaumnya, bahasa
generasi, bahasa kultur yang selalu berubah. Dengan rendah hati, buku
Tauhidiyah Ahadiyah ikut menyumbang tulisan dan menyambung getaran tali kasih
kepada generasi terdahulunya, Al-Imam Ahmad Ibnu Athaillah As-Sakandari
rahimahullah dalam kitab Al-Hikam, Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
Al-Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumuddin, dan seluruh kitab-kitab syarah Ihya
seperti Siyarus Salikin karya Syekh
Abdus Samad Al-Jawi Al- Palimbani, serta karya Guru Haji Ismail Mundu bin Haji
Daeng Abdul Karim Teluk Pakedai Kalimantan Barat dalam kitab Ushul Tahqiq,
untuk semua Waliyullah Karamatullah kita berterimakasih dan selalu mengirim doa
kepada kekasih-kekasihNya. (Pontianak, 1 Shafar 1444 H bersetaraan dengan 29
Agustus 2022 M, Penulis: Ma'ruf Zahran).
Komentar
Posting Komentar