TAUHIDIYAH AHADIYAH 14
TAUHIDIYAH
AHADIYAH 14
FANA
Ma'ruf Zahran
Maqam fana billah merupakan jalan dan jalur yang sangat mulia dan suci. Tidak semua salik dan murid mampu menggapainya, kecuali rahmat dari Allah SWT. Maqam fana adalah maqam mulia karena tidak sembarang orang mendapatkannya, mendapatkannya dengan cara seperti proses mengambil madu di tengah-tengah sengatan lebah, ibarat proses mendulang emas di dalam lumpur, lumpur dibuang emas diambil.
Upaya amal batin meraih fana billah semata-mata ridha Nya atas tiga
latihan yang dilakukan sebagai tiga asas dalam satu kesatuan yaitu latihan
jasmani (riyadhah), latihan rohaniyah (mujahadah), latihan rabbaniyah
(tawajjuh). Dalam rangka menyingkirkan alam makhluk berupa hakikat alam semesta
yang ketiadaan untuk dibuat tiada (pandangan 'adam kepada dunia), alam semesta
yang baharu dipandang baharu (pandangan huduts kepada dunia), alam semesta yang hancur binasa dipandang
dengan cara pandang kehancuran dan kebinasaan (pandangan fana kepada dunia),
alam semesta yang semisal-serupa dalam ketiadaan, dalam kehancuran adalah
pandangan bahwa alam semesta bagaimanapun
prediksi baik dan benar tetap lah sama derajat mereka, derajat ingat
sama derajat lupa, derajat taat sama dengan derajat maksiyat, derajat nikmat
sama dengan derajat musibah, sebab masih dilakukan makhluk, masih dinamakan
makhluk, masih disifati makhluk, masih di-diri-kan makhluk, apakah makhluk yang
bernama insan, jin, malaikat, hewan dan tumbuhan berderajat sama yang disebut
pandangan (syuhud) mumatsalatuhu lil hawadits
(mereka memiliki kesamaan derajat sebagai makhluk yang 'adam, huduts,
fana, maut, jahil). Masih upaya untuk memfanakan, membenamkan diri yang terdiri
dan menerbitkan diri yang terpri adalah riyadhah dzahirah dan mujahadah
bathinah untuk mengaku diri yang hanya bergantung kepada Allah SWT dalam
tajalli Dia yang maha berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi), sedangkan yang
selain Dia sangat bergantung kepada tempat, waktu dan benda-benda hidup
(ihtiyaju ilal mahalli awil muhassisi).
Seterusnya, diri yang terdiri adalah alam semesta yang hakikatnya
tiada ('adam), alam semesta yang hakikatnya banyak rupa, berbilang angka, beragam macam dalam sifat
kelemahan insan yang disebut ta'addud (berbilang). Jika ta'addud adalah sifat
makhluk, maka wahdaniyyat (keesaan Tuhan) adalah sifat khaliq. Beragam-ragam
makhluk jangan dikomentari, jangan dinilai, jangan dibuat pusing, jangan dibuat susah, begitulah ragam makhluk.
Tetapi, pusatkan pandangan kebenaran batinmu (haqqul bashirah) kepada sifat
wahdaniyyat Allah SWT Jalla Jalaluhu Al-Ahad, Al-Wahid dalam fokus Esa yang
datang dan Esa yang pulang, Esa yang keluar dan Esa yang masuk. Membinasakan
diri yang banyak mengaku berdiri atas nama diri jabatan, atas nama diri
kekayaan, atas nama diri kekuasaan, atas nama diri kekuatan, atas nama diri
kemampuan, atas nama diri keilmuan, diri-diri berbilang banyak (ta'addud)
menjelma menjadi tuhan-tuhan palsu dan semu, sangat membahayakan tauhid.
Lapangan qudrat Allah SWT pun mentajalli (mendzahir) pada alam
dzahirah dan alam bathinah. Seluas mata memandang, seluruh kawasan rasa, semua
wilayah raga adalah maha ada Allah SWT yang wujud Nya bersifat wahdaniyyat
(Esa). Esa yang meliputi dan Esa yang diliputi, Esa yang melindungi dan Esa
yang dilindungi, Esa yang menaungi dan Esa yang dinaungi, Esa yang membicarakan
dan Esa yang dibicarakan, Esa yang membacakan dan Esa yang dibacakan, Esa yang
menuliskan dan Esa yang dituliskan, keyakinan kepada Esa adalah reflika beriman
kepada sifat wahdaniyyatullah SWT (keesaan Allah SWT). Wahdaniyyat Allah SWT
dalam perbuatan Allah SWT disebut pula tauhid rububiyyah artinya keesaan Allah
SWT meliputi perkataan dan perbuatanNya.
Esa di dalam nama Nya yang maha agung telah meliputi, memenuhi,
memadati nama-nama yang ada, baik yang hidup maupun yang mati. Wahdaniyyat
asmaullah SWT Al- Awwal, Al-Akhir, Adz-Dzahir, Al-Bathin, Al-'Alim atas
tiap-tiap sesuatu. Bahkan, diri yang terdiri inipun asalnya Esa. Dari Esa
kepada Esa, Esa yang meliputi, Esa itu bernama Allah SWT dalam tingkat ma'rifat
asmaullah Al-Wahid yang meliputi (Al-Muhidh).
Pandangan iman wahdaniyyat sifat yang keluar adalah syuhud Esa, dan
pandangan iman wahdaniyyat sifat yang masuk adalah syuhud Esa juga. Esa itulah
kata gurunda Syekh Tuan Guru Haji Usman bin Melek bin Beddu Al-Muqaddas bila
disimbolkan untuk mendekati pemahaman adalah berupa Alif. Alifullah inilah yang
menerbitkan ba, ba Allah, ba Muhammad, ba Adam. Alifullah inilah yang
menerbitkan ta menjadi ta Allah, ta Muhammad, ta Adam. Alifullah inilah yang
memunculkan tsa Allah, tsa Muhammad, tsa Adam, dan seterusnya.
Alifullah inilah yang mengutus alif Allah, alif Muhammad
Rasulullah, alif Muhammad bin Abdullah. Alifullah inilah yang secara bersanad
dan beriwayat diturunkan kedalam sifat keesaan (wahdaniyyat) nama Allah SWT,
turun (tanazzul) kepada Nur Muhammad seterusnya kepada dua puluh lima nabi
utusan yang terdapat kandungan Alifullah kepada Alif Muhammad, kemudian
memancar (naurah min nuri Muhammadiyah) kepada alif Adam, alif Idris, alif Nuh,
alif Hud, alif Luth, alif Shaleh, alif Ibrahim sampai kepada alif Muhammad bin
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusai bin Kilaf bin
Murrah bin Fihris bin Quraisy.
Alifullah menjadi pijakan yang sangat usuliyah dan asasiyah dalam
alam duniawi dan ukhrawi. Alifullah awal (walau tiada terdawat tetapi wajib
terakad), wajib terhakikat, tetapi tidak wajib tersyariat, wajib diyakini batin
tersirat meskipun tidak dzahirkan secara tersurat, misal ucapan diam (Alifullah)
Alhamdulillah. Maksudnya pujian awal terbit adalah maha kuasa (dalam diam)
Alifullah. Itulah makna Dia yang maha awal dan di yang maha akhir. Sebagai awal
(diam Alifullah) kemudian baru dibaca berucap dzahir secara syariat
Alhamdulillah dan sebagai akhir (diam Alifullah). (Wallahu a'lam).
Komentar
Posting Komentar