TAUHIDIYAH AHADIYAH 15

 


TAUHIDIYAH AHADIYAH 15
TINGKATAN FANA' BILLAH

Ma'ruf Zahran

Waliyullah yang diberi kemuliaan dari Allah SWT (karamatullah SWT) bertingkat-tingkat anugerah rahmat dari Nya yang disebut waridat. Waridat adalah sebuah pemberian Tuhan yang maha agung secara tiba-tiba dan langsung tanpa bersebab dari alam semesta yang huduts. Kehalusan dan kelembutan pemberian Tuhan. Al-Lathif yang maha halus merupakan pemberian yang hampir tidak terasa datangNya. Supaya tidak ada yang merasa berjasa sehingga bisa membuat alasan (madlul) bagi penghampiran kedatangan wardiyah, radhiyah, mardhiyyah. Bagi orang-orang yang halus budi, halus rasa sungguh mereka merasakan dan menyadari datangNya waridat tersebut, maka mereka segera bersujud, tersungkur dan menangis. Telah memandang betapa bercahayaNya Dia An-Nur.

Sungguh besar dan agung wardiyah Tuhan yang selalu datang tidak pernah putus. Wardiyah Tuhan yang selalu mencintai tidak akan pernah membenci selamanya, sang kekasih. Wardiyah Tuhan yang selalu melindungi tidak pernah mengabaikan kekasih-kekasihNya, sang pelindung Al-Wali. Wardiyah Tuhan yang selalu bersama tidak pernah meninggalkan. Wardiyah Tuhan yang selalu  merawat tidak pernah membiarkan, sungguh Dia Sang Perawat, Ar-Rauf. Wardiyah Tuhan yang selalu menyantuni tidak pernah menahan pemberian, sebab Dia maha penyantun, Al-Halim. Wardiyah Tuhan yang selalu pemurah, tidak pernah kikir, sebab Dia Sang Pemurah, DiriNya Al-Karim.

Fana' billah pun adalah wardiyah Allah SWT yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki secara bertahap sebagai hikmah diturunkan wardiyah-ilhamah-irsyadah dari Allah SWT,  Sang Jamil. Tingkat pemula-perdana yang mendapat anugerah mulia di tingkat keesaan perbuatan Allah SWT, memfana dirinya di hadirat Allah SWT. Artinya, tidak ada diri yang berbuat, tidak ada diri yang beramal. Dzikir af'alullah SWT yang berkesadaran tidak luput dari berkelalaian, dzikir af'alullah SWT yang selalu ingat tiada lupa adalah dzikir kullu jasad (seluruh tubuh) yaitu:

  1. La qadiran illallah.
  2. La muridan illallah.
  3. La fa'ilan illallah.

Arti bacaan itu adalah;  tidak ada yang berkuasa kecuali Allah, tidak ada yang berkehendak kecuali Allah, tidak ada yang berbuat kecuali Allah, bukan perkataan, tetapi keyakinan. Perkataan bisa terputus, tetapi keyakinan tersambung dengan Sang (pemilik) Perbuatan. Bukan bacaan, tetapi sudah terkoneksi atau belum dengan Sang Sejati Perbuatan, Al-Khaliq. Bukan bacaan, tetapi sudah terkoneksi atau belum dengan Sang Nabi. Bukan bacaan, tetapi sudah bermetamorfosa atau belum dengan Sang Rasul. Bukan daun yang memiliki zat hijau daun, tetapi karena pantulan sang mentari pagi.   Gurunda Syekh Haji Usman bin Melek bin Beddu Al-Muqaddas menanyakan sudahkah diri-diri murid menjadi Muhammad SAW yang memancarkan pada diri terdiri si A, si B, si C. Bisakah si A, si B, si C terkoneksi atau berkoneksi dengan Sang Sejati Rabbi, tentu tidak bisa tanpa melewati sambungan deras dari Nya, Allah-Muhammad, Muhammad-Allah.

Dengan kata lain, dzahir Adam hancur (fana) ke dalam dzahir Muhammad, dzahir Muhammad hancur (fana) ke dalam Dzat Nurullah SWT. Tegak dzahir Allah SWT yang maha dzahir Adz-Dzahir (Al-Hadid ayat 3). Batin Adam hancur luluh (fana, binasa) ke dalam batin Muhammad, batin Muhammad hancur luluh (fana, binasa) ke dalam batin Allah SWT berupa kasih sayang, dan mereka berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalam rahmat Allah (fafi rahmatillah, hum fiha khalidun). Adzahir, Al-Batin, keduanya menjadi perbuatan Allah SWT yang bertajalli di hati orang-orang yang beriman.

Dzahir dan batin adalah Esa dalam Esa perbuatan berdasarkan firman Tuhan yang Esa dalam surah Al-Anfal ayat 17: "Wama ramaita idz ramaita walakinnallaha rama" (Bukan kamu yang melempar -Muhammad-, melainkan Allah yang melempar). Dalam surah Ash-Shaffat ayat 96 difirmankan: "Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu lakukan." Perbuatan Allah SWT secara wahdaniyyat (keesaan) adalah dalam dzikir syuhudiyah ahadiyah yaitu:

  1. La hayyan illallah (tidak ada yang dapat menghidupkan kecuali Allah).
  2. La 'aliman illallah (tidak ada yang dapat memberi pengetahuan kecuali Allah).
  3. La qadiran illallah (tidak ada yang memberi kuasa kecuali Allah).
  4. La muridan illallah (tidak ada yang memberi kehendak kecuali Allah).
  5. La sami'an illallah (tidak ada yang memberi pendengaran kecuali Allah).
  6. La bashiran illallah (tidak ada yang memberi penglihatan kecuali Allah).
  7. La mutakalliman illallah (tidak ada yang memberi kuasa bicara kecuali Allah).

Perbuatan penghidupan, pengetahuan, penguasaan, kebebasan berkehendak, pendengaran, penglihatan, pembicaraan semua adalah milik Allah SWT Al-Baqi, sedangkan alam semesta adalah fana dalam perbuatan (fana' fil-af'al).

Bagi mereka yang telah duduk pada maqam fana' billah fi af'alillah SWT merupakan cahaya pandangan (nurul bashirah) tentang keesaan perbuatan Allah SWT yang tidak terhijab oleh sesuatu. Sungguh apa yang dilihat hanyalah perbuatan Allah SWT yang sedang tayang memberikan pelajaran bagi diri yang telah mengenal Diri Al-Kabir. Pelajaran demi pelajaran untuk diambil ibarat ('ibrah) bagi  orang-orang yang berpandangan tajam sehingga menembus hijab yang disebut ulul abshar (fa'tabiru ya ulil abshar).

Pelajaran tersebut tertuju pada diri sendiri bukan pada diri orang lain. Makna beragama adalah menasehati diri sendiri, bukan menasehati orang lain. Semua tanda-tanda, ayat-ayat Allah SWT sangat berguna bagi kaum yang beriman, kaum yang berpikir, kaum yang bersyukur, kaum yang bersabar, kaum yang bertaqwa, kaum yang berakal, kaum yang mendengar, kaum yang melihat. (Wallahu a'lam).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN