TAUHIDIYAH AHADIYAH 16

 


TAUHIDIYAH AHADIYAH 16
3 T

Ma'ruf Zahran

Sebuah pengenalan sering diawali dengan nama, tetapi apalah artinya nama tanpa pengenalan lebih dalam terhadap pengenalan sifat, pengenalan perbuatan dan pengenalan diri. Pengenalan adalah pintu utama untuk saling menyayangi dan saling menyayangi pengantar bagi saling mencintai. Lebih lagi kepada sang sejati, Ar-Rahman. Dalam rangka mencapai hikmat ma'rifat terlebih dahulu para murid menempuh jalan bagi para pencari Tuhan (salik). Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, pengarang, pengamal, pengajar mulia Tasawuf telah menetapkan jalan tersebut, yaitu Takhalli, Tahalli, Tajalli.

A. Takhalli.

Takhalli berasal dari kata khali, khali artinya kosong. Takhalli adalah upaya proses pengosongan diri. Maksudnya kerja batin (amal hakikat) membuang, mengusir, mengosongkan diri dari perbuatan, perkataan, nama, sifat dari karakter-karakter jahat, seperti membuang:

  1. Sifat binatang buas (subu'iyah) menyerang, menyergap, membenci, memfitnah, melukai, membunuh.
  2. Sifat binatang jinak (bahimiyah) seperti malas ibadah, malas bekerja, malas belajar, banyak tidur, banyak makan, banyak minum.
  3. Sifat iblisiyah seperti sombong, dengki, dendam, bohong, penipu, khianat.
  4. Sifat ananiyah seperti keakuan, syahwat, hawa napsu, bodoh, tergesa-gesa,  tidak mau ikut aturan, ikut dalam persekongkolan jahat, tidak mau kalah dan tidak pernah merasa bersalah, selalu mencari pembenaran atas kesalahan atau kebohongan diri, selalu menyalahkan orang lain tetapi lupa mengoreksi diri, tidak pernah merasa kekurangan diri, ingin selalu dihormati, ingin selalu dimuliakan, ingin menjadi pemenang, ingin menjadi orang kaya, ingin menjadi orang pintar, ingin menjadi orang-orang yang terkenal. Ananiyah berpusat pada keinginan diri pribadi untuk hidup bergelimang harta, keinginan hidup untuk bergelimang materi.
  5. Sifat rububiyyah, sifat ketuhanan berupa isti'la atau ketinggian-ketinggian, seperti ketinggian dalam perbuatan, nama, sifat dan dzat (diri). Diri yang telah menjadi tuhan-tuhan yang  pantang  kelintasan, diri yang telah menjelma menjadi tuhan-tuhan yang pantang dilupakan, diri yang telah mewujud menjadi tuhan-tuhan yang pantang kerendahan, pantang kehinaan. Sifat ketuhanan yang tidak pantas diri yang ringkih menyandangnya. Al- Jabbar adalah Dia Tuhan yang memaksa. Al-Qawy adalah Dia Allah SWT yang maha kuat, Al-Matin adalah Allah SWT yang maha hebat, Al-Kabir adalah Allah SWT yang maha besar.

Sifat isti'la atau sifat-sifat ketinggian tidak boleh manusia memakai dan menyandang gelar ke dalam diri makhluk. Nama Allah SWT Al-Qahar, gagah perkasa, menunjuk adalah manusia Al-Haqir, lemah, kecil tiada kuasa berbuat. Isti'la nama Allah SWT yang maha agung, Al-'Aziz. Allah SWT yang berhak menyiksa dengan nama Al-Muntaqim. Allah SWT yang memiliki sifat maha sempurna dengan sifat Al-Kamal. Allah SWT yang memiliki nama maha pengampun, Al-Ghafur, maha pemaaf, Al-'Afuwwu. Maha indah dengan keindahanNya, Al-Jamal. Maha luhur dengan keluhuranNya Al-Jalal. Maha mulia dengan kemuliaan namaNya Al-Majid. Maha terpuji dengan segala keterpujianNya, Al-Hamid, maha luas dengan keluasan  rahmatNya, Al-Wasi'. Maha kekal, Al-Baqi.

Melekat sifat kehambaan bagi abdi yang wajib mengabdi tidak boleh menjadi rabbi (tuhan), sebab tuhan bernama Malik  yang berarti raja, sedangkan makhluk (yang diciptakan) bersifat mamluk, mamluk artinya hamba sahaya, budak belian. Selaku manusia lemah pakailah pakaian dhaif berupa baju kelemahan, kealpaan, kerendahan. Jangan sesekali memakai baju kekuatan,  Al-Qawy. Meminta maaf sebab jati diri manusia adalah jahil, sedang yang maha mengetahui yang tampak atau tidak tampak, maha mengetahui yang syariat dan hakikat, maha mengetahui yang tersurat dan tersirat adalah Allah SWT Al-'Alim.

Buanglah sifat-sifat keburukan pada jiwa. "Sungguh sangat berbahagialah orang-orang yang membersihkan jiwanya dan merugilah orang-orang yang mengotorinya." (Asy-Syams ayat 9-10). Dalam kalamullah: "Sungguh sangat berbahagialah orang-orang yang membersihkan jiwa. Kemudian mengingat nama Tuhannya lalu shalat. Tetapi kamu memilih kehidupan dunia. Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya inilah yang Kami tulis di dalam awal shuhuf. Shuhuf Ibrahim dan Musa." (Al-A'la:14-19).

B. Tahalli.

Pengertian tahalli adalah hali, hali artinya isi. Tahalli merupakan upaya proses pengisian diri setelah dikosongkan oleh takhalli. Tahalli berperan pengisian jiwa dengan cara kerja memasukkan Nur Muhammad SAW yang berisi sirullah (rahasia Allah SWT) melalui masuk yang benar (mudkhala shidiq). Pengisian perbuatan uswah hasanah Nabi Muhammad Rasulullah SAW ke dalam diri para nabi dan ke dalam diri para wali. Dengan Rasulullah SAW para nabi dan wali mengenal wujud Tuhan yang maha Esa. Wujudur-rahman, wujudur-rahim, wujudul-quddus, wujudus-salam. Dengan kata lain, petuah Gurunda Haji Usman Al-Muqaddas bahwa pada diri Adam terdapat Nur Muhammad SAW, demikian pula pada diri Idris, Nuh, Hud, Luth, Saleh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayub, Syu'aib, Musa, Harun, Ilyas, Ilyasa' dan seterusnya. Selanjutnya, Syekh Mursyid Murabbi Usman bin Melek bin Beddu Al-Muqaddas juga menerangkan bahwa Allah SWT mengutus pribadi mulia, Rasulullah SAW secara batin dan dzahir. Secara dzahir dan batin Nabi Muhammad Rasulullah SAW sehingga dapat diteladani bersuri-tauladan (Al-Ahzab:21). Uswah hasanah yang bisa ditiru ibarat patron atau mal berpola pakaian untuk menjahit pakaian.

Rasulullah SAW adalah barometer kehidupan. Barometer kehidupan harus yang paling baik. Allah SWT mengutus contoh perikehidupan nyata secara totalitas, contoh teladan tersebut terdapat pada perikehidupan Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai rangka bangun tidak terputus antara yang mengutus dengan yang diutus, antara yang mewakilkan dengan yang diwakilkan, antara yang memberikan kuasa dan dikuasakan dalam uraian berikut:

  1. Ketuhanan yang maha Esa berperikeadilan, berperikesantunan, berperikesayangan, berperikemanusiaan, berperikesatuan, berperikesopanan, berperikerakyatan, berperikemasyarakatan, berperikebersamaan, berperikedamaian, berperikebenaran, berperikeberanian, berperikelembutan, berperikemurahan, berperikemuliaan.
  2. Ketuhanan yang maha Esa berperikehidupan rukun iman, iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepada hari akhir, iman kepada takdir baik dan takdir buruk dari Allah SWT.
  3. Ketuhanan yang maha Esa berperikehidupan rukun islam, syahadat, shalat, zakat, puasa, haji.

Demikian hubungan erat keduanya, AllahMuhammad. Perikehidupan Nabi Muhammad Rasulullah SAW inilah menyatakan dalam perbuatan Allah SWT (af'alullah), nama (asmaullah) dan sifat (shifatullah). Untuk penjelasan tentang derajat tahalli (pengisian jiwa), literasi ini akan mengetengahkan kajian berdimensi waktu dan ruang batin hakikat dan amaliyah-amaliyahnya:

1. Tahalli af'alullah.

Pengisian perbuatan baik (hasanah) adalah perilaku perikehidupan Nabi Muhammad Rasulullah SAW dalam perbuatan (af'al) yang hakikatnya perbuatan Allah SWT yang tertuju kepada perbuatan kekasihNya Muhammad SAW karena ditampung dalam wadah rohani hidayah dan jasmani hadiah. Daya tampung berdimensi jasad, waktu dan ruang tertampak pada batas wilayah wujud tanah, sehingga si tanah bisa bersujud, hati sebagai kawasan rohani hidayah hakikat telah dahulu bersujud sebelum syariat jasad bersujud.

Tahalli af'alullah pada anasir air, lalu jasadpun berwudhu mengikuti patron atau garis takdir alam rohani yang telah ditetapkan pada masa qadimNya Allah SWT. Demikian juga anasir api dan angin. Artinya hakikat perbuatan lebih dahulu datang daripada syariat perbuatan. Misalnya, hakikat perbuatan taubat lebih dahulu bekerja, kemudian disusul oleh syariat perbuatan taubat. Hakikat perbuatan ikhlas lebih dahulu memberi ilham, lalu syariat perbuatan ikhlas pun muncul. Hakikat perbuatan sabar telah dicatat dan dikukuhkan di alam qadimNya dan di alam azaliNya, kemudian menyata di alam jisim jasmani pada syariat diri yang sabar. Hakikat alam batin syukur lebih dahulu daripada syariat alam dzahir syukur, maka si hamba bisa bersyukur.  Bahkan, menurut keterangan Gurunda Syekh Haji Usman bin Melek Al-Muqaddas,  khusus bagi Jamaah Tauhidiyah Ahadiyah (JTA) sebelum memulai perbuatan harus meyakini kuasa Allah SWT dalam lambang huruf Alif (sukun, diam) Alifullah artinya telah bersama atau sama dengan Allahumuhammad yang tidak terpisah, kemudian baru beraktivitas, beramal atau bekerja.

Orang yang telah duduk pada maqam tahalli, jangan pernah mengaku mampu memasukkan tamu undangan kebaikan, kebahagiaan dalam diri, sungguh yang masuk adalah hakikat perbuatan Tuhan terlebih dahulu, insan hanya menjalani dan membuktikan kebesaran perbuatan Tuhan, insan hanya menyaksikan perbuatan Tuhan dan Muhammad saja, bagian yang diajarkan Mursyid Rabbani Gurunda Syekh Haji Usman bin Melek bahwa dua penyaksian (syahadatain) yaitu menyaksikan dan disaksikan adalah perbuatan Tuhan dan perbuatan Utusan Tuhan (Muhammad Rasulullah SAW) di dalam keesaan perbuatan Tuhan (af'alullah SWT), atau tajalli musyahadah dan muraqabah af'alullah SWT menuju Ahadiyah Allah SWT.

Perbuatan ridha yang datang adalah didatangkan Allah SWT, perbuatan tawakkal yang mengisi jasad adalah berkat qudrat dan iradat Allah SWT, tidak ada andil insan didalam ikhlas dan tawakkal hamba. Perbuatan harap dan takut kepada Allah SWT terbit dari kun rahmatNya, mahabbatullah SWT  (kecintaan kepada Allah SWT) pun terbit dari kun rahmatNya, syaja'ah (keberanian) pun terbit dari kun rahmatNya, demikian pula qana'ah, iffah, 'afiyat, barkah, ilmu, hayat, rizki, hidayah, taufik, do'a, syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, semuanya berkat kun rahmatNya.

2. Tahalli asmaullah.

Asmaullah terletak di hati sebagai mutiara hati yang sejati, terutama dzikir Allah, Allah, Allah (sir). Atau dzikir asmaullah al-husna, asmaullah al-'ulya. Sebagaimana firman Tuhan yang maha Esa dalam surah Al-A'raf (7) ayat 180: "Dan Allah memiliki nama-nama yang baik, memintalah kepadaNya dengan seluruh nama-nama itu, dan berpalinglah kamu dari orang-orang yang memperolok-olok namaNya, nanti mereka mengetahui akibat perbuatannya."

Tahalli sebagai upaya proses pengisian nama-nama Allah SWT yang hidup dan aktif di hati, adalah nama Allah nama yang memenuhi ruang hati, nama Allah nama yang meliputi ruang hati, nama Allah nama memadati ruang hati. Sehingga tidak ada karunia agung lagi kecuali namaNya. Nama utama dan pertama adalah Allah. Artinya, menyebut dengan berkesadaran nama Allah telah mewakili seluruh 99 nama muliaNya (asmaullah al-husna). Tahalli asmaullah Ar-Rahman artinya terhunjam, terpahat kasih Allah SWT pada seluruh alam semesta, demikian pula dengan nama-nama lainnya.

3. Tahalli shifatullah.

Hali, tahalli shifatullah yang berarti memasukkan sifat-sifat kebaikan dari Allah SWT ke dalam ruh (nyawa). Ruh adalah bermahram artinya saling mengerti dan saling mengenal kepada asal tiupan ruh pertama yang diterima sayyidul arwah, abul arwah. Sedangkan asal (Nabi Muhammad Rasulullah SAW) sangat bermahram kepada Rabbul arwah (maha usul). Sifat Rasulullah SAW tidak bisa terpisah dengan diri Allah SWT. Nur Muhammad Rasulullah SAW berasal dari Nur Allah SWT. Isi dari Nur Muhammad Rasulullah SAW adalah rasa, rasa berkedudukan di alam ruh (rohani). Rohani ini yang yang membuat seseorang saling menasehati kepada kebenaran, saling menasehati dengan kesabaran, saling menasehati dengan kasih sayang (watawa shaubil haqqi, watawa shaubish-shabri, watawa shaubil marhamah).

Tampilan mulia kasih, mulia sayang karena cahaya Nabi Muhammad Rasulullah SAW yang mewujud pada diri para nabi dan diri para wali. Dalam versi sanad adalah:

  1. Format alam semesta beresensi sifat Muhammad SAW, sifat Muhammad SAW beresensi Dzat Nurullah SWT.
  2. Format para nabi beresensi sifat (nur) Muhammad SAW, sifat (nur) Muhammad SAW beresensi dzat (nurullah SWT).
  3. Format para wali beresensi sifat (nur) Muhammad SAW, sifat (nur) Muhammad SAW beresensi dzat (nurullah SWT).

Tiga sifat sanadiyah, Allah, Muhammad, Adam, sebagai jalan datangnya sifat. Adam, Muhammad, Allah merupakan jalur pulang. Sifat adalah sesuatu yang menjadi induk warna (ekstrak) perbuatan dan nama.

Memasukkan (tahalli) shifatullah SWT pun bagi para murid dan salik Jamaah Tauhidiyah Ahadiyah (JTA) perlu latihan meyakini ketibaan EsaNya yang tidak tersebut, tidak terhurup dari jalur skema turun (tanazzuliyah) yaitu Dzat Allah An-Nur memberikan anugerah kepada shifatullah SWT (Nur Muhammad), shifatullah memberi anugerah kepada asmaullah dalam wujud ruh yang sudah bersifat karena disifati, hakikatnya bukan alam semesta yang bersifat, dalam wujud ruh yang sudah bernama karena dinamai, hakikatnya bukan alam semesta yang bernama. Lalu dari anugerah nama, dari nama Allah SWT yang mendzahir kepada nama Muhammad, kemudian kepada nama-nama Adam atau nama-nama benda alam semesta, seterusnya dari nama Allah SWT Al-Wahdah kepada nama Muhammadiyah di martabat Wahidiyah dan martabat Arwah, lalu turun  ke martabat-martabat Misal, Ajsam. Dua martabat tersebut adalah martabat alam atau perbuatan alam. Untuk memandang dengan cahaya pandangan kebenaran (nurul haqqul bashirah) perlu "teropong" Nabi Muhammad SAW yang telah beriman dan telah menyaksikan Allah SWT dalam martabat terakhir, martabat insan kamil-mukammal Muhammad SAW, Rasulullah SAW. Dalam kajian Tauhidiyah disebut kaedah : "Pandanglah yang satu untuk yang banyak", sebagai jalan datang (syuhudul wahdah fil katsrah).

Sedangkan jalur skema naik (tarqiyyah) adalah meyakini perbuatan dari diri mulia baginda Rasulullah SAW atau perbuatan insan kamil-mukammal (insan yang sempurna dan menyempurnakan) naik lalu menuju lantai asmaullah SWT, kemudian terus meningkat ke dalam lantai shifatullah SWT yang hakikatnya adalah Nur Muhammad Rasulullah SAW menuju ke hadhirat keagungan yang tidak bersuara, tidak beraksara. Walau secara syariat-dzahir perbuatan makhluk tampil makhluk yang berbuat, berkata tampak si makhluk yang berkata, sungguh itu cermin dari kuasa Tuhan  yang telah menguasakan insan untuk berbuat dan berkata, kuasa dan kasih Tuhan memberikan perbuatan, nama dan sifatNya yang terhimpun pada diri Muhammad. Muhammad kekasih Allah SWT sajalah yang dapat menemuiNya, Al-Qadir. Pulanglah melalui jalur kaedah shufiyah, waliyullah, arifubillah, mursyid murabbi ilallah dari sanad yang bersambung menyatakan,  meyakinkan dan menyaksikan dalam kutub: "Pandanglah yang banyak untuk yang satu" (syuhudul katsrah fil wahdah) sebagai jalan pulang (suluk tarqiyyah). Jalan yang sama dilewati ketika pulang (ilallah) dan jalan yang sama pula dilewati ketika datang dahulu (minallah). Surah Yasin (36) ayat 82 adalah gambaran jalan kedatangan Ahadiyah sampai ke insan kamil-mukammal Muhammad SAW, dan menjadi emanasi Muhammad- Muhammad-Muhammad yang banyak berupa perbuatan alam, nama alam, sifat alam, sejatinya adalah Nur Muhammad SAW yang memancar pada alam semesta.

Surah Yasin (36) yang mengandung hati Al-Quran atau qalbu Al-Quran diawali dengan Yasin.Yasin adalah nama agung Nabi Muhammad SAW, nama langit dan nama 'arasy,  Yasin shallallahu 'alaihi Yasin, Dzatullah, Sirrullah, Asmaallah, Shifatullah, Salamullah, Habibullah, terhimpun di jalan kedatangan, tertulis pada ayat 82: "Innama amruhu idza arada syai-an ayyaqula lahu kun fayakun," diyakini sebagai jalan datang.

Ayat 83 diyakini sebagai jalan pulang. Pulang ini belum tentu selamat, indikator keselamatan adalah mengenal atau tidak mengenal kepada yang dituju. Jika yang menuju tidak kenal yang akan dituju,  sesatlah jalan. Bertanya kepada orang-orang yang sesat, semakin jauh sesatnya, sebab semua yang tampak adalah sifat 'adam (tiada), sifat huduts (baharu), sifat fana (hancur). Bisakah logika atau hukum akal bertanya kepada sifat yang tiada,  bertanya kepada sifat  yang baharu, bertanya kepada sifat yang telah hancur?

Bisakah menanya jalan pulang kepada sifat karakter yang tidak mengetahui, tidak mengetahui adalah sifat jahil yang menjadi busana makhluk, jahil yang menjadi nama dan sifat makhluk. Jalan pulang tidak bisa ditanyakan kepada si jahil atau si safih (kurang akal). Jalan pulang jangan ditanyakan kepada si mati (maut). Maut pakaian makhluk si A, si B, si C. Hakikatnya, bisakah si A yang telah mati bertanya kepada si B yang juga sama-sama telah mati, mustahil. Hakikatnya, alam semesta menyandang sifat lemah ('ajuz) bisakah menandingi sifat Allah SWT Al-'Aziz, Al-Qadir, Al- Muqtadir. Hakikatnya, sifat alam semesta adalah karahah, karahah artinya alam semesta tidak memiliki hak kebebasan tetapi keterpaksaan. Alam semesta tidak bisa menurunkan atau memberhentikan hujan, alam semesta tidak memiliki kuasa memberikan rahmat atau adzab, alam semesta tidak bisa memasukkan seseorang ke dalam surga atau memasukkan seseorang ke dalam neraka. Kerja memasukkan dan mengeluarkan adalah Tuhan Rabb. Alam semesta tidak memiliki kehendak bebas untuk menghidupkan, melahirkan dan mewafatkan. Alam semesta tidak berhak meninggikan atau merendahkan makhluk. Alam semesta tidak berhak untuk memuliakan atau menghinakan makhluk. Alam semesta tidak ada hak untuk memberikan manfaat atau mudharat kepada makhluk.

Senada bahwa sifat alam semesta adalah buta ('umyun), tuli (summun) dan bisu (bukmun). Dapatkah secara hakikat yang buta melihat, yang tuli mendengar, yang bisu berbicara? Jika tidak, mengapa yang buta, tuli dan bisu lalu ditakuti? Menakuti objek-objek yang buta, tuli dan bisu adalah gambaran sifat jahil.

Maksudnya, jangan menyembah kepada alam semesta makhluk yang buta, tuli, bisu. Nyatanya buta, tuli, bisu, tetapi ditangisi, menangisi yang buta, tuli, bisu. Nyatanya buta, tuli, bisu tetapi disesali, dikecam, dihujat, dihukum. Atau sebaliknya, nyatanya buta, tuli, bisu tetapi dipuja, dipuji, disanjung, ditepuk-sorai, diberikan penghargaan. Memberi penghargaan kepada si buta, si tuli, si bisu, pemberian penghargaan dari si buta, si tuli, si bisu. Mereka adalah orang-orang yang kajian mereka belum kepada Ahadiyah.

Kemudian, mampukah si buta, si tuli, si bisu mengomentari kejadian-kejadian di sekelilingnya, komentar dibalas komentar sama dengan  dari si buta kepada si buta, dari si tuli kepada si tuli, dari si bisu kepada si bisu, dari si jahil kepada si jahil, dari si maut kepada si maut. Itulah hakikat lukisan hati perasaaan yang mati, hati penglihatan yang buta, hati pendengaran yang tuli, hati pembicaraan yang bisu. Banyak berkomentar tidak merubah taqdir, sedikitpun berkomentar tidak merubah takdir, tidak berkomentar pun tidak merubah takdir. Bila takdir berubah, perubahan tersebut bukan karena komentar makhluk yang buta, tuli, bisu. Sebab Allah SWT tidak tergantung kepada alam semesta. Sebab alam semesta tidak memberi bekas atau tidak memberi pengaruh terhadap keputusan Allah SWT. Allah SWT maha suci dari segala ketergantungan kepada makhluk, maha suci Allah SWT dari meminta untuk disembah, sifat meminta merupakan sifat kekurangan, maha suci Allah SWT dari semua sifat kekurangan. Maha suci Allah SWT dari meminta shalat, zakat. Allah SWT maha kaya dari seluruh alam semesta.

Meniadakan, menihilkan peran makhluk secara hakikat akan berbuah ma'rifat. Hikmah ma'rifat yang paling agung saat diri yang lemah terdiri buta, bisu dan tuli menghadap kepada Tuhan, Rabbi yang meliputi, memenuhi, memadati, tidak ada waktu dan tidak ada ruang kosong kecuali Dia, tidak ada Dia kecuali Dia (la huw illa huw), tidak ada Engkau kecuali Engkau (la anta illa anta), tidak ada Aku kecuali Aku (la ana illa ana). Seluruh kata dan kata ganti adalah Esa, seluruh perbuatan dan kata ganti perbuatan adalah Esa, seluruh nama dan kata ganti nama adalah Esa, seluruh kata sifat dan kata yang disifati adalah Esa, seluruh diri dan yang di-diri-kan adalah Esa, Esa. Seluruh kata yang dikuatkan dan dilemahkan adalah Esa, semua sifat yang dimuliakan dan sifat dihinakan adalah Esa. Esa yang meliputi, jika demikian, masih maukah berlaku dzalim, masih berkehendak kepada kemuliaan, masih bercita-cita kekayaan, kerajaan, kekaisaran, kesultanan. Bila telah jahil masih bisakah menyandang gelar keilmuan dan kepakaran. Selama ini tertipu dengan lapisan emas, lapisan perak, lapisan titanium yang sebenarnya hanyalah imitasi.

Seharusnya shifatullah yang dimasukkan ke dalam ruh yang keluar-masuk setiap detik-detiknya. Ruh yang keluar-masuk itulah Adam sebagai diri yang nampak dan banyak. Proses pengisian (tahalliyat) sangat penting dengan dzikir kullu jasad. Dzikir kullu jasad adalah ma'rifat af'alullah La ilaha illallah. Dzikir asma berpusat di hati. Hati memiliki gizi dan nutrisinya hanya asma Allah, Allah, Allah. Nutrisi shifatullah SWT adalah dzikir napas sama artinya dengan mendzikirkan ruh secara sirri (rahasia).

C. Tajalli.

Tajalli berasal dari kata jali. Jali artinya terang, nyata, jelas, tegas. Jali, jali dalam kajian Tasawuf bahwa Allah SWT lebih jelas daripada yang jelas, maha jelas perbuatan Nya, maha jelas namaNya, maha jelas sifat Nya, kemaha-jelasan tersebut adalah namaNya Al-Mubin. Lebih terang daripada yang terang, karena perbuatanNya terang, namaNya terang, sifatNya terang Adz-Dzahir.

Tajalli adalah upaya proses manusia mendzahirkan kuasa Allah SWT pada langit, bumi, matahari, bulan, siang, malam, surga, neraka. Mentajallikan Allah SWT dalam seluruh area yang dipandang, didengar dan dirasa adalah tajalli Esa Allah SWT dalam pandangan, pendengaran dan perasaan. Mentajallikan Allah SWT dalam ruang lingkup kehidupan langit dan bumi artinya Allah SWT bertajalli, terjelas pada kuasaNya di langit dan terjelas pada kuasaNya di bumi. Jangan terjebak dengan yang tampak pada lensa mata syariat-dzahirat berupa langit yang biru atau berupa bumi yang hijau.

Tajalli Allah SWT yang maha  jelas bertajalli, maha jali bertajalli pada gunung, laut, sungai, hutan, kota, desa, dusun, kaya, miskin, sehat, sakit, lapang, sempit, muda, tua, hidup, mati, adalah rangka-rangka iman yang kokoh, rangka bangunan adalah bagunan islam, sedangkan isi pernak-pernik hiasan bangunan rumah berwujud akhlak yang mulia dan adab yang terpuji (ihsan).

Apabila tiga rangkaian ini telah menyatu dalam satu kesatuan iman, islam, ihsan (adab) disini titik Muhammadiyah. Titik Muhammadiyah pun akan lenyap ke dalam Ahadiyah,  tanpa gambaran, tanpa lukisan, tanpa bayangan, tanpa lintasan pikiran dan tanpa penandaan, tanpa penamaan, tetapi dapat dikaji untuk memudahkan kepahaman menuju keyakinan yang benar, keyakinan kepada Tuhan Esa, Esa Tuhan.

Tuhan Esa lagi Esa Tuhan adalah doktrin atau ajaran-ajaran yang mengajarkan tangga-tangga (thabaqat) menuju pengenalan kepada Esa sejati, sejati Esa adalah tajalli wujud Ar-Rahman, tajalli wujud Ar-Rahim, tajalli wujud Al-Malik, tajalli wujud Al-Quddus, tajalli wujud As-Salam, tajalli wujud Al-Mukmin, tajalli wujud Al-Muhaimin, tajalli wujud Al-'Aziz, tajalli wujud Al-Jabbar, tajalli wujud Al-Mutakabbir, tajalli wujud Al-Khaliq, tajalli wujud Al-Bari', tajalli wujud Al- Musawwir.

Allah SWT Al-Jali maha hadir yang kehadiranNya Esa, Esa yang dirasakan kehadiranNya oleh salik lillah menuju salik billah menuju salik fillah. Ternyata, maqam salik pun sangat bertingkat-tingkat. Satu tingkat maqam salik terdapat tujuh puluh ribu ruang, setiap ruang terdapat tujuh puluh ribu kamar, sungguh pengetahuan Allah SWT Al-Jali sangat maha luas lagi (Al-Wasi') dalam sigma  tidak berhingga, sigma tidak berbatas, sigma maha luas ilmu Allah SWT Al-'Alim, Al- Wasi', tetapi Dia maha mengumpulkan dan maha menghitung dalam Dzat Allah SWT yang diri tajalli dalam maha wujud namaNya adalah maha mengumpulkan (Al-Jami') dan maha menghitung (Al- Hasib). Tajalli wujud maha kuasa Al-Qadir, tajalli wujud maha memerintah Al- Malik.  Al-Malik memerintahkan gunung meletus dengan nama Al-Qadir Dia memuntahkan lahar dan lava. Al-Malik memerintahkan copot jabatan bagi pejabat, lalu Al-Qadir berkuasa menciptakan pengantar dan berkas-berkas untuk pencopotan jabatan kemudian pejabat tersebut menjadi terpecat. Al-Malik memerintahkan tangkap koruptor, Al-Qadir berkuasa kerja menciptakan situasi, kondisi dan domisili koruptor, lalu tertangkap si koruptor. Kemudian, Dia Al- Hakim melewati tangan-tangan makhluk untuk menjatuhkan vonis hukuman, kemudian dieksekusi sebagai ketetapan Al-Hakim, sebagai perintah Al-Malik, sebagai kuasa Al-Qadir. Allah SWT Jalla Jalaluhu bertajalli pada jali-jali (kenyataan si kuasa dan si hakim). Gurunda mengatakan seluruh perbuatan Allah SWT Al-Ahad adalah Esa, seluruh asma Allah SWT Al-Ahad adalah Esa, seluruh sifat Allah SWT Al-Ahad adalah Esa. (Wallahu a'lam).

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN