AKHLAK TASAWUF - AR-RISALAH 14 - NAMA
AKHLAK TASAWUF
AR-RISALAH 14
NAMA
Ma’ruf Zahran
Muslim adalah akrab dengan kitab sucinya panduan hidup dan mati,
Al-Quran Al-Adzim. Sebagai kitab panduan atau buku manual, kitab suci selalu
dekat membaca sahabat yang dibaca, Al-Quran membaca dan dibaca, Al-Quran
mengawasi dan diawasi, Al-Quran dilihat dan melihat, Al-Quran menghadirkan dan
dihadirkan. Surah Al-Buruj sebagai juz XXX sering dihadirkan dalam pembacaan
umum (tilawah) dan pembacaan khusus (qiraah). Perdebatan sering muncul ketika
pembacaan sebatas tilawah, tajwid dan tangga-tangga lagunya (teks), sedangkan
qiraah menjauhkan diri dari kemunculan debat. Debat, hanya akan melahirkan
debat, debat tidak pernah menemukan konvensi (kesepakatan). Al-Quran menyuruh
musyawarah, bukan mujadalah. Jadal adalah sifat orang-orang yang durhaka.
Al-Buruj yang artinya gugusan bintang-bintang merupakan satu dari
114 surah dalam Al-Quran yang juga membicarakan nama-namaNya, ayat ketiga
menunjukkan Dia yang menyaksikan dan disaksikan dalam redaksi ayat:
"Wasyahidiwwamasyhud," artinya; Dan (Dia) menyaksikan (syahid), dan
Dia yang disaksikan (masyhud). Agung sekali ayat tiga yang telah meniadakan
alam yang 'adam, tegak nyata namaNya Asy-Syahid dan Asy-Syahid menyaksikan yang
maha disaksikan (Al-Masyhud) dalam perbuatan penyaksian dan penyaksian perbuatan, Asy-Syuhud.
Asy-Syahid, Al-Masyhud, Asy-Syuhud adalah tiga rangka sebutan dalam satu
hakikat, hakikat ma'rifat ahadiyyatullah SWT.
Dzikir Asy-Syuhud Ta'ala untuk menjadi ujian bagi mereka yang
beriman (linabluakum, linaftinakum) dalam rupa-rupa pandangan (syuhud) yang
baik-buruk, 'amil-jahil, benar-salah, besar-kecil, banyak-sedikit, sehat-sakit,
siang-malam, istana-penjara, taat-maksiyat, pahala-dosa. Pandangan lin-nasi,
pandangan lin-nafsi, pandangana lil mali, bukan pandangan lillahi merupakan
pandangan yang terhijab dari Allah SWT,
bukan pandangan "wasyahidiwwamasyhud."
Asy-Syahid Allah, Al-Masyhud Allah, Asy-Syuhud Allah. Al-'Arif
Allah, Al-Ma'ruf Allah, Al-'Uruf Allah. Ad-Da'i Allah, Al-Mad'u Allah, Ad-Du'u
Allah, trilogi yang terus beredar dengan cepat saling menjauh dan mendekat
dalam 99 namaNya dikalikan tiga, dikalikan empat belas isim dhamir (nama kata
ganti) dikalikan seluruh nama yang ada di alam semesta raya yang tampak
(syahadat) dan yang tidak hadir, tidak tampak tetapi ada (ghaibat), sungguh
maha besar Dia, Allah SWT nama agung dan nama-namaNya di seluruh alam.
Al-Kabir maha besar yang kebesaranNya tidak terbatas oleh empat
ruang, ruang barat, ruang timur, ruang utara, ruang selatan. Al-Kabir tidak
bisa diperkecil dalam arti kehadiranNya yang disebut masa lalu, masa sekarang,
masa yang akan datang. Dia bukan masa dunia dan Dia bukan masa akhirat.
Al-Kabir, Al-'Ali, Al-Muta'ali, nama dalam lingkup sifat kebesaranNya (Al-Jalal
SWT Al-Ahad). Bahwa Al-Kabir adalah
kuasa (Al-Qadir) yang berkuasa tanpa menunggu konfirmasi makhluk, tanpa
menunggu referensi makhluk, tanpa menunggu konsultasi makhluk, tanpa menunggu
rekomendasi makhluk, tanpa menunggu verifikasi makhluk, tanpa menunggu afirmasi
makhluk, tanpa menunggu taat makhluk, tanpa menunggu maksiyat makhluk, tanpa
menunggu do'a makhluk. Al-Qadir tegas, tegar dan tetap dalam diriNya, Dia dan
hanya Dia, Dia kecuali Dia.
Al-Baits, Al-Haq, Al-Hamid, Al-Majid, Al-Wajid, Al-Qarib, Al-Mujib
adalah menggerakkan alam makhluk dalam bentuk makhluk yang bangkit bersemangat
bekerja, belajar karena Dia yang memberi cita-citaNya sudah kebangkitan
Al-Ba'its. Al-Haq Dia yang maha benar, Dia ajarkan arti kebenaran, dengan
menghadirkan arti kesalahan, lalu ada guru ada murid, ada polisi ada pencuri,
ada pejabat ada penjahat, ada 'alim ada jahil dalam tokoh-tokoh antagonis,
antonim. Atau subjek yang menyertai objek, ada 'amil, ada fi'il, ada maf'ul. Ada subjek ada
keterangan tempat, keterangan waktu, keterangan keadaan (ahwal), seperti ada
katib (sekretaris), ada maktab (sekretatiat), ada qari' ada maqra', ada sajid
ada masjid.
Jika kita meyakini banyak nama selain nama Al-Ahad, lalu diri kita
akan kembali kepada nama-nama yang banyak berupa nama-nama yang baik seperti
atau kembali kepada nama-nama yang buruk seperti kufur, kufur dan syukur
keduanya adalah sebatas makhluk sama dengan jati diri kita dan alam semesta
dalam penyandangan sifat 'adam (tiada). Atau, diri akan kembali kepada sifat
yang sifat alam semesta adalah 'adam juga (tiada). Sebab, nama Allah SWT Al-Ahad
maha ada adalah Al-Wajid, sedangkan sifat Allah SWT Al-Ahad yang maha ada
adalah Al-Wujud. 'Alim-jahil keduanya makhluk yang bernama 'alim, makhluk yang
bernama jahil, meyakini nama akan sebatas kembali kepada nama, nama adalah
alam, alam adalah nama, sebab bisa disebut, setiap sebutan adalah makhluk.
Al-Wujud tidak pernah terbit-tenggelam, dua sifat yang melekat pada
alam semesta, artinya hakikat pertemuan adalah perpisahan, saat (waktu)
pertemuan disitulah hakikatnya perpisahan yang hanya menunggu waktu, demikian
juga hakikat kesenangan adalah kesulitan, kesenangan lagi dan begitu
seterusnya, demikian hakikat kehidupan adalah kematian, sebab tinggal menunggu
waktu (ila hin), berdasarkan firman Tuhan dalam surah Yasin (36) ayat 44:
" ... dan untuk menikmati hidup di dunia, sampai batas waktu yang Kami
tentukan (ajal)."
Selalu setia adalah Tuhan (Rabb) sifat jabatanNya, Allah SWT nama
jabatanNya, Al-Ahad diriNya (tauhid
khalis melahirkan muwahhid mukhlis). Ibadah yang muwahhid mukhlis tiadalah
berwajah dua, tiadalah berdiri dua, tiadalah berniat dua apalagi jamak dengan
tuhan-tuhan, tuhan dunia, tuhan tugas, tuhan lirik, tuhan lagu, tuhan baca,
tuhan tulis, tuhan gambar, tuhan lukis, tuhan pahat, tuhan gergaji, tuhan
pengajaran, tugas pengajaran, tuhan penelitian, tuhan pengabdian masyarakat,
negara, agama, nusa dan bangsa, tuhan-tuhan materi yang selalu menuntut materi.
Tuhan jika masih tersimbolisasikan materi dan materialisme pasti
menuntut bukti dalil, hujjah, argumentasi, lalu konfirmasi selanjutnya materi
lagi, tuhan dalam genggaman tangan, dan tuhan dalam kepungan imajinasi, tuhan
dalam aturan manusia. Sekarang masa dimana manusia telah mengatur tuhan, bukan
tuhan mengatur manusia.
Akhir zaman manusia mengaku beriman tetapi mereka lebih percaya
kepada diri sendiri daripada percaya kepada Allah, lebih percaya kepada
kekuatan diri sendiri, daripada percaya kepada kekuatan Allah, lebih percaya
kepada kekayaan diri sendiri daripada
kekayaan Allah, lebih percaya kepada keilmuan diri sendiri daripada keilmuan
Allah SWT Al-Ahad, Al-'Alim.
Manusia sudah terlalu bangga bahwa dia yang mendatangkan,
mendapatkan, penelitian, penemuan, pembacaan, penulisan dan pengembalian,
kecuali Dia. Harus sampai kepada keyakinan yang khalish bukan amal ibadah yang
menyampaikan kepada Allah SWT Al-Ahad, nanti menuhankan amal ibadah, amal
ibadah itulah makhluk. Bukan taat yang mengantarkan kepada Tuhan Allah SWT
Al-Ahad, nanti taat yang diyakini selaku tuhan mengahadap Al-Ahad, Nabi Ibrahim
Al-Khalil telah membasmi berhala - berhala syariat dan berhala - berhala
hakikat yang berjalan setiap hari, setiap pekan, setiap purnama dan setiap
pertemuan matahari. Ilmu, iman, islam, amal semua mereka adalah makhluk, baik,
buruk, benar, salah, besar, kecil, sebelum sekarang, sekarang, setelah sekarang,
udara, laut, darat mereka adalah makhluk.
Dalam surah Ath-Thariq dibacakan pula Al-Ahad dalam keesaan Dia (la
huw illa huw), Dia dan Dia, tidak ada kamu! La ilaha illa huw, lalu amal
dimana, amal adalah makhluk nihilisme (nothing), "wasyahid-wa
masyhud," (Al-Buruj:3). Selama ini majelis pengkajian dan pembahasan
Al-Quran sangat materalistik, sekularistik dan behavioristik, sehingga gagal
memahami dan gagal mengkaji, minimal timpang. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang
pendek seperti surah-surah dalam Juz Amma (XXX) yang dipahami dengan berbantuan
ilmu kealaman atau ilmu thabi'i, bukan dengan ilmu laduni. Ayat-ayat suci
-sakral- didekati secara materi -profan-, kalamullah karimullah dikaji,
dipahami secara dirayat dan riwayat tetapi tidak dengan laduniyat, minimal
pengabaian. Pengabaian yang berbahaya sebab berdampak kepada tauhid (esa) dan
tauhidiyah (keesaan).
Minimal terjebak pada ruang kajian terdahulu (salafi) dan terjebak pada ruang kajian terbaru (khalafi), terjebak pada kajian ilmu globalitas dan terjebak pada kajian ilmu lokalitas, terperangkap pada cara pandang dunia barat (gharbiyyah) dan terperangkap pada cara pandang dunia timur (syarqiyyah). Sedangkan Al-Ahad adalah; " .... La gharbiyyah wala syarqiyyah ..." (An-Nur:35). Bukan amaliyah yang dibawa menghadap Al-Ahad, bukan makalah yang dibawa menghadap Al-Ahad, bukan ilmiyah yang dibawa menghadap Al-Ahad. Bukan ruang kawasan barat, timur, utara, selatan, bukan susunan abjad, bukan susunan kalimat, tetapi Al-Ahad ridha tidak?
Al-Ahad sangat tidak bergantung kepada amal (la 'amalah), Al-Ahad sangat tidak bergantung
kepada bacaan (la tilawah), Al-Ahad tidak bergantung kepada gerakan (la
arkanah), Al-Ahad tidak butuh dengan kertas kerja (la maqalah), Al-Ahad tidak
butuh dengan doktrin ajaran (la risalah), Al-Ahad tidak memerlukan penulisan
(la kitabah), Al-Ahad tidak mementingkan kepentingan pembicaraan (la khitabah),
Al-Ahad tidak menggunakan kegunaan percakapan (la muhadatsah). Sebab jika
berhukum memerlukan, hukum membutuhkan adalah ciri kekurangan, ciri kelemahan,
mengimani Al-Ahad bukan mengimani kekurangan dan kelemahan, tetapi bukan
berarti mengimani kekuatan. Kekuatan adalah pasangan kelemahan, kekurangan
adalah pasangan kesempurnaan, kebesaran adalah pasangan kekecilan, kemuliaan
adalah pasangan kehinaan, ketinggian adalah pasangan kerendahan. Kapan mulia
datang, saat hina pulang, lalu apakah Al-Ahad berada dalam kondisi ruang datang
dan kondisi ruang pulang, berarti Al-Ahad telah terkurung oleh kondisi ruang.
Al-Ahad tidak berpasangan, Al-Ahad adalah wahdaniyyat, Al-Ahad,
Ash-Shamad (Al-Ikhlas:1-2) Kebendaan alam materi (kaun, jamak akwan) memang
disebutkan Al-Ahad dalam surah Ath-Thariq, bahwa penciptaan manusia dari air
mani yang terpancar (ma-in dafiq) dari tulang punggung laki-laki (sulbi) dan
tulang dada perempuan (tara-ib), sungguh Tuhan kuasa mengembalikan (mati,
hidup, mati, hidup). Ada air di tulang - ada tulang di air, keduanya ada sir
didalamnya, itulah sir rahmah (kasih sayang) berbentuk air yang keluar dari dua
sumber, sulbi dan tara-ib (sulbi wat tara-ib), fakta penciptaan manusia yang
luar biasa rapi (Ath-Thariq:5-8).
Sedangkan fakta penghembusan (nafkhiyyah) sir (rahasia) batin
terdapat pada ayat 9-10: "Pada hari (ini) terbongkar seluruh rahasia. Maka
tidak ada kekuatan apapun bagi manusia
(kekuatan ilmu, iman, imam, amal dan seluruh apa yang pernah dibanggakan
manusia), dan tidak ada seorang pun penolong."Ayat 11-17 berbicara topik
ayat kauniyah (kealaman) alam makrokosmos (langit dengan bumi), setelah penjelasan
ayat di atas berkalam tentang penciptaan (khalqiyyah), ayah ibarat langit yang
mencurahkan hujan dan ibu ibarat bumi yang menampung air hujan, dalam firman: "Demi
langit yang mengandung hujan. Demi bumi yang tumbuh. Sungguh Al-Quran sebagai
pemisah (hak dan batil). Dan Al-Quran bukan senda gurau. Orang-orang jahat
membuat tipu daya, dan Aku (Allah SWT) juga membuat tipu daya. Maka berilah
penangguhan waktu (di dunia) bagi orang-orang kafir, penangguhan waktu yang
sebentar." Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar