AYAH
AYAH
Ma’ruf Zahran
Orang tua banyak memiliki arti ketika dilihat dari sudut pandang
yang berbeda. Orang tua yang dimaksud dalam tulisan ini terdapat empat status
orang tua. Pertama, adalah orang tua yang telah melahirkan, membesarkan,
mengasuh, merawat, mendidik, mengarahkan, memenuhi kebutuhan jasamani dan
rohani anak. Kategori orang tua pertama ini berlaku pada orang tua kandung,
orang tua tiri, orang tua angkat. Kedua, adalah orang tua dalam hubungan mertua
atau orang tua dari istri atau suami akibat logis dari sebab hukum pernikahan.
Ketiga, orang tua dalam arti orang tua pendidikan atau orang tua perguruan,
setiap orang yang dilahirkan dari rahim pendidikan pasti dia anak kandung
pendidikan. Bila disebut orang tua kandung dan mertua sangat dominan mereka
adalah orang tua jasmani, sedang bila disebut orang tua pendidikan selalu
berkonotasi orang tua rohani. Keempat, orang tua yang usianya lebih tua dalam
tinjauan umur (kelahiran).
Sungguh hari ini peran posisi dari orang tua sudah terambil separuh
kalau tidak seluruhnya berpindah kepada media sosial. Keniscayaan bahwa ruas
link berbasis informasi teknologi telah merambat sehingga ke wilayah privasi
dan kamar-kamar tidur. Handphone di tangan hari ini telah menjadi pasar
yang siap menawarkan sajian dengan
menu-menu yang menarik, murah dan memuaskan yang biasa diistilahkan pasar
online, jual-beli online. Bidang pendidikan dengan ruas link tersendiri pun
menyediakan sekolah dan materi-materi online dengan fitur dan content yang siap
diakses, demikian juga materi agama disajikan secara cepat, cermat, tepat dan
lugas berbasis dalil. Ada sesuatu yang hilang dari hubungan memori yang disimpan
saat pembelajaran berbasis tatap muka.
Orang tua hampir-hampir hari ini tidak berdaya dengan
tawaran-tawaran jejaring media sosial yang memudahkan (easy). Kemudahan
tersebut berdampak luas pada generasi muda yang sekarang terhadap etos dan etis
kerja. Nasib nusa dan bangsa ini terletak di tangan pemuda-pemudi saat ini.
Kuantitas dan tanggung jawab kerja yang taat regulasi, kualitas dan tanggung
jawab kerja yang taat regulasi yang dijaminkan. Mengingat saat sekarang posisi orang tua tergantikan oleh
sistem mekanisme robotik.
Sejarah menyuruh bagaimana caranya menghormati orang tua. Orang tua
dalam tinjauan agama berada pada posisi mulia setelah Allah SWT dan Rasulullah
SAW. Kitab suci memberi contoh komunikasi ayah dan anak. Sebagai contoh, dalam
relasi komunikasi tersebut terdapat pembicaraan Ibrahim dengan ayahnya dalam surah
Maryam, pembicaraan Ya'qub dan Yusuf dalam surah Yusuf. Dua pembicaraan ini
akan menjadi prototype kajian atau bahasan opini.
Pertama,
akhlak Ibrahim kepada ayahnya (Adzar).
Nabi Ibrahim 'alaihissalam tercatat sebagai nabi yang ketujuh dalam
urutan dua puluh lima nabi dan rasul. Risalah tauhid yang beliau bawa adalah
agama yang mengesakan Allah SWT Al-Ahad. Disini termuat contoh bagaimana
seorang ayah tidak bisa memaksakan kehendak seorang anak dan seorang anakpun
tidak bisa menjadi seorang ayah, Tuhan tunjukkan bahwa kuasaNya Al-Qawi (maha kuat), Al-Matin (maha kokoh), Al-'Aly (maha tinggi), Al-Kabir (maha besar), Al-Muntaqim (maha menyiksa), dalam lingkup sifat JalalNya.
Lingkungan dalam kapasitas sedikit banyak ikut mempengaruhi kepribadian
ayah-anak dalam hubungan mereka. Interaksi keduanya bukan semata sebab
perbedaan usia, tetapi juga perbedaan kultur yang telah mereka alami berdua
yang telah menjadi endapan di bawah alam sadar mereka. Hidayah dan kesesatan
adalah dua hal yang bukan menjadi kawasan kekuasaan manusia, sungguh begitu
reflek baik menyeruak dan mendorong terkadang tanpa disadari, sungguh begitu
reflek buruk membisiki dan mendorong perbuatan gerak terkadang tanpa disadari,
disini titik lemah manusia saat berhadapan dengan nama Allah SWT Al-Jabbar
(maha memaksa). Dalam keadaan yang selalu diatur Allah SWT hambaNya taat,
semurni taat atau kepalsuan taat, Dia yang maha mengatur (Al-Wakil), demikian
tenangkan jiwa dengan obatNya, sungguh ketenangan jiwa merupakan kunci-kunci membangun
dialog.
Dahulu, sebelum android sebagai alat komunikasi terakses global,
pergaulan anak dan orang dewasa seputar kampungnya saja. Peran keluarga lebih
ekstra lagi menanamkan pondasi iman, ilmu dan amal. Memang terdapat ujian yang
besar dalam mengarungi bahtera hidup berumah-tangga, penuh tantangan dan cobaan
bertubi-tubi, berturut-turut.
Betapa kuasa hukum Allah SWT yang tidak bisa direka saat Dia yang maha
agung berkehendak walaupun yang mengadu-rayu adalah nabi (utusan) Nya dalam hal
ini khalilullah Ibrahim 'alaihissalam: "Ingatlah ketika dia (Ibrahim)
berkata kepada ayahnya, wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang
tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak menolongmu sedikitpun?"
(Maryam:42). Betapa halus sapaan Ibrahim kepada ayahnya. Begitulah seharusnya
nilai perkataan yang lemah lembut (qaulan layyina), nilai perkataan yang
komunikatif (qaulan baligha), perkataan yang mulia (qaulan karima), perkataan
yang teguh (qaulan tsaqila), perkataan yang baik (qaulan ma'rufa).
Persoalan perkataan baik secara lisan maupun secara tulisan sangat
penting untuk dijaga yang bila tidak diperhatikan tata krama komunikasi lisan
dan tulisan, akan menggiring kepada efek buruk yang lebih luas. Kitab suci
selalu mengajarkan untuk berhati-hati dalam berucap dan bersikap, keduanya
merupakan "kawah candra dimuka" saat melestarikan arti rumah tangga,
melestarikan arti persahabatan. Begitulah kehidupan ini berjalan dengan wajib
hanya menuhankan Rabb sejati, Allah SWT Jalla wa Akbar, bukan menuhankan keadaan,
mencintai keadaan nyaman dan membenci keadaan susah.
Kedua,
akhlak Yusuf kepada ayahnya (Ya'qub).
Titik paling rendah telah ditunjukkan diri Yusuf 'alaihissalam
(nabi dan raja Mesir) kehadirat ayahnda nabi Ya'qub dengan bersujud kepada
ayahnya: "Dan dia (Yusuf) menaikkan kedua orangtuanya ke atas singgasana.
Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (sang ayah)... " (Yusuf:100).
Sekarang, adakah anak millenial yang
seperti Yusuf. Bahwa ayah adalah sosok yang bijaksana, hari terbahagia, terceria, terharu bagi anak adalah satu kali kualitas pelukan ayah sama dengan tiga kali pelukan ibu. Ayah memang jarang memeluk,
tetapi pelukan ayah adalah pelukan maskulin yang berbalut feminin.
Hari ini posisi ayah sangat diperlukan. Banyak didapati predikat
ayah di kampus, di sekolah, di masjid, di kantor, di pasar, dan di rumah. Sudahkah ayah-ayah
tersebut menjalankan profesi sebagai yang dapat dicontoh, yang diikuti
nasehatnya. Banyak hari ini anak-anak yang "lapar ayah", lalu mereka
liar.
Penyifatan kualitas baik dalam relasi dua generasi juga tergambar
pada pola hubungan Daud (ayah) dengan Sulaiman (anak), Zakaria (ayah) dengan
Yahya (anak), Lukman dengan anaknya, Ibrahim (ayah) dengan Ismail (anak).
Beberapa firman Tuhan sudah menunjukkan hubungan automatic harmoni tersebut.
Untuk memelihara dan menjaga relasi antar generasi ke generasi yang dapat menyatukan
mereka adalah Tuhan pemilik hati (rabbul qulub), Tuhan penyebab maha awal
segala sebab (musabbibal asbab bisabbib) kepadaNya lah kepala bersujud, hati
bersyukur, hati bersabar, tubuh berserah kepadaNya, air mata menitik.
Menjadikan Tuhan tumpuan harapan dan tumpuan kenyataan merupakan
jalur yang paling cepat meraih ridha Allah SWT Al-Qawi Al-Matin. Dalam sebaran
ayat-ayat Tuhan yang maha suci selalu dikaitkan bahwa ayah dan anak-anak harus
menaati Allah dan utusanNya, disitulah bertemu ketaatan sejati. Pertautan
tersebut ditemukan pada do'a ayah mereka kepada Tuhan. Wasiat Ya'qub kepada
anak-anak, wasiat Zakaria kepada Yahya, wasiat Ibrahim kepada generasi.
Selalulah meminta kepada Tuhan yang maha lembut dalam pemberianNya
(Al-Lathif), selalu manis dalam penyajian kata dan sifat prilakuNya (Ar-Rauf),
maha penyelamat dalam setiap urusan (As-Salam), maha penutup atas semua salah
dan aib (As-Sattar). Nama-nama tersebut menunjuk pada lambang-lambang kekasih-sayangan Allah dalam sifat keindahan Nya, Al-Jamal. Allah Al-Jamal telah menyatakan keindahan perbuatan Nya bahwa disebalik kejadian demi kejadian, peristiwa disambut dengan peristiwa, tangis berdesakan dengan tangis pasti mengundang hikmah dan hikmah yang banyak terdapat kebaikan yang luas.
Menjadi orang tua, guru, pembimbing, penasehat dalam mengisi rohani
generasi milenial sungguh sangat berat. Ujian telah Allah SWT siapkan baik
ujian yang berasal dari sifat JalalNya maupun yang berasal dari sifat JamalNya.
Dalam lingkar kehidupan nyata inilah ujian dalam kehidupan yang terus bergulir. Menjalani dua kenyataan
sifat JamalNya berupa ujian-ujian nikmat atau dengan berstatus kebahagiaan,
kelapangan, keluasan, kebaikan sebagai cobaan (bil khairi fitnah) atau yang
datang dalam bentuk sifat JalalNya berupa kesusahan, kesulitan, kesempitan,
keburukan (bisy-syarri fitnah). Syukur, sabar dan ridha adalah jalan Tuhan yang
harus ditempuh dalam kondisi dan situasi apapun. Kecuali itu, ucapkanlah segala
puji bagi Allah SWT dan terimakasih atas pembelajaran yang akan, sedang dan
telah diberikan olehNya dengan dua materi: Al-Jamal dan Al-Jalal.
Ayah secara umum memang jarang di rumah, tetapi komunikasi jangan
sampai tersendat apalagi terputus. Keberadaan ayah wajib diperlukan oleh
keluarga, sebab ayah sebagai asal pembentukan keluarga sejak akad nikah
diikrarkan. Seiring dengan perjalanan waktu bahwa ayah adalah bagian dari alam (sunnatullah)
pastilah ayah mengalami masa pasang dan masa surut, ayah pasti mengalami masa
tua dan akhirnya mati merupakan kepastian ajal yang tidak dapat dibantah.
Proses pendidikan in formal
dalam rumah tangga adalah patron yang telah dicontohkan Al-Quran surah
Luqman (31) ayat 14-19. Ayat-ayat yang berisi materi pembelajaran tauhid,
larangan syirik, perintah menghormati kedua orang tua, perintah mendirikan
shalat, perintah beramar ma'ruf dan bernahi mungkar, perintah bersabar atas
musibah, karena musibah merupakan bagian yang telah Dia tetapkan. Larangan
berlaku sombong, suruhan rendah hati dalam berjalan dan rendah hati dalam
berbicara. Panduan berupa bekal hidup telah Allah SWT titipkan dalam wasiat Luqman Al-Hakim (ayah teladan) bagi semua anak, Ibrahim (ayah panutan) dalam ketundukan kepada Allah SWT bagi semua generasi, Ya'qub (ayah ikutan) bagi insan beriman, menjadi bukti nyata relasi interaktif yang telah diamalkan ummat selama abad dunia berupa ajaran-ajaran mulia. Wallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar